Pondok Belajar

Wednesday, March 01, 2017

Memahami Jenis-jenis Paragraf Dalam Sebuah Penulisan Teks

Jenis-jenis Paragraf
Sebagaimana yang telah dipahami bersama bawah berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis, yaitu:

1. Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi adalah  paragraf yang menggambarkan sebuah objek dengan tujuan supaya para pembaca merasa seolah-olah melihat dengan mata sendiri setiap objek yang digambarkan dalam teks tersebut. Jenis dari Paragraf ini menggambarkan sesuatu dengan menggunakan kata-kata secara jelas dan terperinci dalam teks. Yang digambarkan bisa tentang keindahan alam, keadaan jasmani, watak, atau perasaan seseorang. Melalui paragraf deskripsi, seorang pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan penulis atau membayangkan apa yang dilihat penulis. Oleh karena itu, paragraf deskripsi bisa disebut sebagai hasil observasi (pengamatan) melalui pancaindra yang disampaikan dengan kata-kata.
Memahami Jenis-jenis Paragraf Dalam Sebuah Penulisan Teks
Jenis-jenis Paragraf 

Dalam prakteknya, cara menulis paragraf deskripsi berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh fokus setiap manusia terhadap suatu peristiwa berbeda-beda. Misalnya pandangan seorang ahli sepak bola ketika melihat pertandingan sepak bola berbeda dengan pandangan orang awam. Setiap orang akan melakukan seleksi terhadap informasi yang diterimanya atau hasil observasi yang mereka peroleh dalam menyampaikan informasi melalui paragraf deskripsi tersebut.
Secara umum sebuah tulisan tersusun dalam komposisi sederhana, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Untuk memudahkan penentuan awal dan akhir tulisan, siswa dapat menggunakan struktur tulisan. Menurut Sadikin (2002:68) dalam paragraf deskripsi, siswa bisa mengembangkan struktur tulisan sebagai berikut.
a. Urutan waktu (kronologis)
Struktur tulisan ini melukiskan sebuah kejadian berdasarkan waktu. Misalnya, penulis menyajikan profil seorang penyanyi yang sukses. Ia memulai tulisannya dengan mengungkapkan masa remaja si penyanyi, lalu pertama mengenal dunia tarik suara sampai si penyanyi menjadi sukses.

b. Urutan ruang
Struktur tulisan ini melukiskan suatu tempat yang dimulai dengan kesan pertama yang ditangkap mata atau indra lainnya. Setelah itu, pengamatan berkembang pada hal-hal menarik yang tertangkap oleh pandangan selanjutnya.

c. Urutan keakraban
Struktur tulisan ini dimulai dengan melukiskan hal-hal yang akrab, sebelum mengemukakan hal-hal yang masih asing bagi pembaca.

2. Paragraf narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang bertujuan untuk menceritakan peristiwa atau kejadian tertentu sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian itu. Sadikin (2002:89) mengatakan bahwa dalam paragraf teks narasi terdapat kejadian ataupun peristiwa dalam urutan waktu tertentu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur tersebut berupa kejadian, tokoh, dan konflik dimana ketiga unsur itu juga merupakan unsur pokok sebuah paragraf teks narasi. Jika ketiga unsur bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, paragraf narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot.

Pola paragraf narasi secara sederhana adalah awal, tengah, dan akhir. Awal paragraf narasi biasanya berisi pengantar, yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Namun, bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik tidak hanya berupa benturan fisik (perkelahian, permusuhan, peperangan), tetapi juga bersifat nonfisik, seperti memilih antara pacar dan orang tua, memilih antara mengakui kesalahan atau memendamnya.

Setelah konflik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda kembali. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, dan ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri. Terkadang pada akhir cerita muncul peristiwa yang dramatis hingga menimbulkan perasaan yang kuat sekali bagi pembacanya.

3. Paragraf persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang bersifat membujuk, mendorong, dan meyakinkan pembaca sehingga mereka mau mengikuti dan berbuat seperti kemauan penulis. Agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik, penulis harus mampu meyakinkan pembaca dengan menyajikan bukti-bukti yang kuat dan dapat dipertahankan kebenarannya. Oleh karena itu, bukti-bukti harus dilengkapi dengan fakta, data, denah, contoh, dan lain-lain yang sesuai dengan topik dan tujuan penulisan.
Rahardjo (2004:47) mengatakan langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis paragraf persuasi sebagai berikut:

a. Menentukan topik
Sebuah topik harus menarik perhatian penulis sendiri. Topik yang menarik perhatian penulis akan mendorongnya untuk terus berusaha mencari data-data demi kepentingan penulisan.

b. Menentukan tujuan
Setelah menentukan topik, masih ada hal penting lainnya yang perlu ditetapkan, yaitu apa maksud penulis menguraikan topik. Tahap ini disebut tahap menentukan tujuan.

c. Mengumpulkan bahan
Bahan atau data dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan, wawancara, menyebarkan angket, dan membaca sumber acuan yang erat hubungannya dengan topik.

d. Memilih bahan
Pemilihan bahan ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengembangan kerangka paragraf. Paragraf persuasi akan lebih tepat bila menggunakan susunan logis dengan urutan sebab akibat.

e. Membuat kerangka paragraf
Sebuah kerangka paragraf mengandung rincian seprti rencana kerja, memuat ketentuan-ketentuan pokok tentang bagaimana suatu topik harus diperinci dan dikembangkan. Secara singkat dapat dikatakan kerangka paragraf adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu paragraf yang akan digarap.

4. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bersifat memaparkan atau menjelaskan suatu masalah. Paragraf eksposisi menyajikan fakta atau gagasan yang disusun sebaik-baiknya sehingga mudah dipahami pembaca. Oleh karena itu, paragraf eksposisi harus disusun secara teratur, logis, dan lengkap.

Paragraf eksposisi sangat tepat digunakan untuk menyampaikan uraian ilmiah populer atau uraian ilmiah lainnya yang tidak bertujuan mempengaruhi pembacanya. Sebelum menyusun paragraf eksposisi, perlu mempersiapkan dan mengumpulkan data atau fakta yang diperlukan untuk menjelaskan masalah yang akan dibahas.
Menurut Sadikin (2002:65) paragraf eksposisi harus memenuhi hal-hal berikut (a) menjelaskan pendapat, gagasan, dan keyakinan; (b) memerlukan fakta yang diperkuat atau diperjelas dengan angka, peta, statistik, grafik, organigram, dan gambar; (c) memerlukan analisis dan sintesis pada waktu pengupasan;          (d) menggali sumber ide dari pengalaman, pengamatan, penelitian, sikap, dan keyakinan.

5. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Tujuannya, untuk mempengaruhi orang lain (para pembaca) sehingga mereka membenarkan pendapat, sikap, dan keyakinan penulis. Dengan menggunakan paragraf argumentasi, seseorang bisa mempengaruhi serta mengubah pendapat orang lain agar menerima pendapatnya. Pendapat itu tentu saja harus logis dan dapat diterima semua orang.                                                                                                           
Berdasarkan letak gagasan utamanya, paragraf terbagi ke dalam beberapa jenis, yakni sebagai berikut:

1. Paragraf deduktif adalah paragraf yang letak gagasan utamanya terletak di awal paragraf.

2. Paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di akhir paragraf.

3. Paragraf campuran adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak pada kalimat pertama dan kalimat terakhir.

Setelah kita menentukan jenis paragraf yang kita buat, kita harus mampu membuat susunan kalimat yang efektif. Adapun susunan kalimatnya sebagai berikut:

a) paragraf pendahuluan/pembuka, yaitu berisi kalimat utama atau pokok gagasan yang akan disampaikan dalam  paragraf tersebut. Kalimat utama terletak di beberapa tempat dalam paragraf diantaranya, di awal paragraf, di tengah paragraf, di akhir paragraf, dan di awal dan di akhir paragraf
Adapun teknik-teknik dalam menyusun suatu paragraf pembuka adalah:
  1. Memulai paragraf dengan anekdot(cerita yang menarik) yang terkait dengan topik/gagasan utama
  2. Memberi ulasan preview atas beberapa temuan dari orang-orang terdahulu
  3. Memulai dengan pernyataan umum adan akrab dengan pembaca
  4. Menyatakan subtopik atau rencana penulisan

b) Paragraf berisi beberapa kalimat-kalimat penjelas untuk menjelaskan pokok/gagasan utama  paragraf serta untuk memudahkan pembaca memahami inti/gagasan utama dalam  paragraf tersebut. Di sini pengembangan paragraf sangatlah diperlukan. Ada beberapa teknik untuk menyusun paragraf isi yaitu: (1) memberikan kutipan data, fakta, statistik dan bukti; (2) meringkas/mengutip mengatakan sendiri kesaksian orang lain sehubungan dengan apa yang dibicarakan; (3) memberikan perumpamaan; (4) mendefisikan istilah; (5) membandingkan dan mempertentangkan yang sedang di bicarakan dengan hal lain; (6) melukiskan fisik, watak, orang, tempat, barang atau tindakan yang sedang dibicarakan.

c) paragraf penutup merupakan sebuah kalimat untuk menutup suatu paragraf dimana di sini terdapat beberapa kata-kata transisi yang lazim digunakan seperti akhirnya, jadi, dapat disimpulkan, demikianlah, oleh karena itu, dan lain-lain. Dalam membuat paragraf penutup terdapat teknik-teknik yaitu:
  1. Meringkas hal-hal penting yang telah dibicarakan dalam paragraf isi
  2. Menyatakan kembali dengan kata-kata lain gagasan pokok seluruh wacana
  3. Menambah komentar terhadap topik
  4. Memberikan kesimpulan dengan tegas dan efektif mengenai isi wacana agar pembaca mudah mengingatnya
  5. Menyatakan solusi


Keterampilan Menulis Paragraf Dalam Sebuah Tulisan

Keterampilan Menulis Paragraf Dalam Sebuah TulisanDalam menyajikan materi pembelajaran guru harus berpedoman pada kurikulum. Guru seharusnya terlebih dahulu mempersiapkan bahan yang akan diajarkan kepada siswa dengan membuat rincian minggu efektif, program tahunan (prota), program semester (prosem), silabus, penetapan kriteria ketuntasan minimal, dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk SMP.
Keterampilan Menulis Paragraf Dalam Sebuah Tulisan
Ketrampilan Menulis Paragraf
Pembelajaran menulis paragraf berorientasi pada struktur kalimat topik dalam sebuah paragraf, cara menyusun sebuah paragraf, teknik pengembangan paragraf, cara merancang pengembangan paragraf, dan cara menghubungkan kalimat dalam paragraf. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP terdapat kompetensi dasar (butir) pembelajaran menulis paragraf  dari kelas VII, kelas VIII, dan kelas XI sebagai berikut.
Materi-materi pembelajaran keterampilan menulis paragraf di SMP meliputi pembelajaran jenis-jenis paragraf dan pola pengembangan paragraf. Keseluruhan materi pembelajaran keterampilan menulis paragraf di SMP dari kelas VII sampai kelas VIII cenderung berkesinambungan, bahkan ada materi yang diulang pada kelas berikutnya.
Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan satuan bahasa tulis yang terdiri atas beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, lengkap, utuh dan terpadu. Lalu bagaimanakah membuat paragraf yang baik? Membuat suatu paragraf yang baik tidaklah semudah yang kita bayangkan karena paragraf yang baik memiliki aturan-aturan tertentu. Seperti yang kita ketahui paragraf terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan satu pikiran utama atau gagasan pokok sebagai intinya. Oleh karena itu, sebelum kita menulis suatu paragraf, hendaknya kita memikirkan sebuah gagasan utama terlebih dahulu. Sebuah gagasan utama menentukan jenis paragraf yang kita buat. 

Pada hakikatnya sebuah paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan sebuah topik. Paragraf bukanlah suatu pembagian dari suatu bab yang terdiri dari kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat saja. 
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat yang tedapat dalam paragraf tersebut; yang diawali dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, hingga diakhiri oleh kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. 

Disamping itu, Paragraf dapat juga disebutkan sebagai sebuah karangan yang sangat pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan dimulai dan berakhir. Kita akan kesulitan membaca tulisan atau buku, jika buku tersebut tidak memiliki paragraf, karena kita seolah-olah dipaksakan untuk terus membaca secara terus menerus hingga selesai. Kita juga mengalami kesulitan untuk memusatkan pikiran dari satu gagasan ke gagasan lainnya. Dengan adanya paragraf, kita sebagai pembaca  dapat berhenti sebentar untuk dapat memusatkan pikiran terhadap gagasan yang terkandung dalam paragraf tersebut.

Paragraf tidak lain dari suatu kesatuan pikiran yang dihimpun melalui kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Sebuah pikiran atau gagasan dalam sebuah paragraf dinyatakan dalam sebuah topik. Apa yang diperbincangkan dalam sebuah paragraf disebut topik paragraf. Topik paragraf adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf terpusat pada pikiran utama.

Struktur Paragraf
Kita tahu bahwa, Paragraf berfungsi untuk memudahkan para pembaca untuk mengikuti alu/jalan pikiran penulis. Prinsipnya dasar sebagai cara membuat paragraf adalah dengan menyusun kerangka penulisan sedetil-detilnya supaya lebih  memudahkan penulis memberikan penjelasan dan untuk menghindarkan terjadinya penjelasan yang berulang-ulang. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan pemahaman tentang struktur penulisan paragraf yang baik, yaitu sebagai berikut:

1. Kalimat Topik
Disebut kalimat topik, sebab di dalam kalimat topik itulah pengarang meletakkan topik yang dibicarakannya. Seorang pengarang biasanya meletakkan inti maksudnya pada sebuah kalimat topik. Oleh karena topik paragraf  juga merupakan pikiran utama dalam penulisan sebuah paragraf, maka kalimat topik harus menjadi kalimat utama dalam paragraf karena tiap paragraf hanya mempunyai sebuah topik, maka jelaslah setiap paragraf tentu hanya mempunyai sebuah kalimat topik saja.

Fungsi kalimat topik dalam sebuah paragraf penting sekali. Pertama, sebuah kalimat topik memberitahukan kepada pembaca apa yang diprbincangkan di dalam paragraf itu. Sebab, inti pikiran yang dibicarakan dalam sebuah paragraf terdapat dalam kalimat topiknya. Kedua, bagi penulis sendiri kalimat topik berperan sebagai pengontrol terhadap apa yang mau diuraikan dalam paragraf itu. 
Sebuah kalimat topik berfungsi sebagai pemberi arah terhadap semua pembicaraan yang dituliskan dalam paragraf itu. Selain itu,sebuah kalimat topik penting pula artinya bagi paragraf itu sendiri.ia berfungsi sebagai sandaran kalimat-kalimat lainnya dalam paragraf itu. Dapat dibayangkan kalau sebuah paragraf tanpa kalimat topik maka apa yang dibicarakan dalam paragraf itu adalah pembicaraan yang tidak berpangkal.

Jelas bahwa tiap paragraf  punya sebuah kalimat topik. Tanpa kalimat topik, sebuah paragraf tak ada artinya sama sekali.dan menyatakan sesuatu pikiran.ide atau gagasan tanpa kalimat topik akan merupakan suatu uraian yang berkepanjangan,yang tak tentu ujung pangkalnya.atau sebuah paragraf yang tidak mempunyai akan merupakan pernyataanyang kering dan karenanya sukar meyakinkan pembaca karena maksud yang disampaikan kurang efektif.

Kebanyakan penulis meletakkan kalimat topiknya pada atau dekat bagian permulaan sebuah paragraf. Ini erat hubungannya dengan fungsi kalimat topik itu sendiri. Dengan meletakkan kalimat topik pada atau dekat bagian permulaan, dengan sendirinya para pembaca cepat bersua dengan pikiran utama yang ada disana.sebab, pembaca pembaca telah disiapkan terlebih dahulu mengenai apa yang akan mereka baca dalam keseluruhan sebuah paragraf itu. Dengan kata lain, kalimat topik yang diletakkan pada atau dekat bagian permulaan paragraf  akan membimbing  pembaca dalam menelusuri uraian-uraian yang ada dalam paragraf tersebut
Dilihat dari kepentingan penulis meletakkan kalimat topik pada atau dekat bagian permulaan juga penting artinya.ia akan sangat menolong penulisnya .kalimat tersebut dapat memberikan tuntunan sehingga lebih mudahi menyelesaikan keseluruhan paragraf itu. Kalimat topiknya itu dapat dijadikan basis atau seperti tempat bertumpu yang dapat membantu penulisan selanjutnya. Kalimat topik selain diletakkan pada bagian atau dekat permulaan sebuah paragraf juga dapat diletakkan pada bagian tengah atau akhir sebuah paragraf.

Penulis yang berpengalaman tahu betapa pentingnya fungsi serta peranan kalimat topik. Mereka tahu menghasilkan kalimat-kalimat topik yang dapat memenuhi fungsinya. Kalimat topik yang demikian disebut kalimat topik yang ideal.
Kalimat topik yang ideal adalah kalimat topik yang jelas maksudnya. Kalimat tersebut mudah dipahami. Biasanya yang mudah dipahami itu adalah sebuah kalimat sederhana, ringkas, tidak berbelit-belit. Sebaliknya kalimat topik yang terdiri atas kalimat luas bukan saja menyukarkan pembaca, tetapi juga sukar diselesaikan menjadi sebuah paragraf penuh.

2. Kalimat Penjelas
Sebuah paragraf dibangun berdasarkan sebuah kalimat topik dan beberapa buah kalimat penjelas. Kalimat penjelas adalah adalah semua kalimat yang berfungsi untuk menjelaskan kalimat topik. Kalimat-kalimat itulah yang membuat paragraf itu benar-benar “bicara” kepada pembaca tentang ide atau gagasan yang disampaikan penulis atau pembicara dalam paragraf tersebut. Sesuai dengan namanya sebagai kalimat penjelas, maka apa yang dimaksud oleh kalimat topik dijelaskan dengan kalimat-kalimat penjelas itu. Pembaca dituntunnya untuk dapat sepenuhnya memahami maksud kalimat topik. Dengan tampilnya kalimat-kalimat penjelas dalam sebuah paragraf, diharapkan paragraf itu menjadi suatu pembicaraan yang meyakinkan.
Semua kalimat penjelas hendaknya bertalian rapat dengan topik paragraf itu. Kalimat penjelas yang tidak terkait dengan kalimat topik akan merusak struktur paragraf itu. Kalimat itu akan mengganggu konsentrasi pembaca waktu membacanya. Oleh sebab itu, semua kalimat yang tidak berkaitan rapat dengan topik itu sebaiknya disingkirkan saja

Tuesday, February 28, 2017

Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Model Sanggar Sastra

Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Model Sanggar Sastra. Sanggar sastra sebagai wadah kegiatan sastra memiliki tujuan untuk memberdayakan sastra dan ingin memompa sastra agar lebih berkualitas. Melalui sanggar sastra, aspirasi dari setiap siswa akan terkover dan memiliki tempat untuk menuangkan dan mengapresiasi karya sastra di dalam sanggar sastra. Sanggar sastra adalah bingkai komunitas yang memiliki kegiatan yang sejalan untuk memberdayakan sastra, antara lain; menciptakan karya sastra, menampilkan karya sastra, mengapresiasi karya sastra, bereksperimen sastra, dan lain-lain.
Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Model Sanggar Sastra
Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Model Sanggar Sastra

Sanggar sastra berfungsi sebagai tempat untuk bertukar pikiran, ilmu, dan segala wawasan dalam hal pengembangan sastra. Di dalam sanggar sastra, siswa akan saling berdiskusi, saling membahas, saling mengkritik, dan lain-lain untuk kemajuan kerja kreatif masing-masing. Konteks ini mengandung pesan bahwa sanggar sastra tidak jauh berbeda dengan sebuah perguruan; di dalamnya ada kontak aktivitas pembina dengan anggota.
Visi dan misi sanggar sastra cukup jelas dan terang. Visi yang dikedepankan adalah mengadakan gerakan moral kesastraan untuk meningkatkan kiprah sastra (Endraswara 2003:94). Visi semacam ini lebih diarahkan untuk mewadahi para anggota yang memiliki keinginan untuk berlatih, membina, dan mengembangkan kesastraan. Sanggar sastra lebih memupuk aktivitas kreativitas sastra menuju masa depan yang lebih cerah. 
Misi yang diemban setiap sanggar berbeda-beda satu dengan yang lain. Misi tersebut tergantung lokasi dan jangkauan masing-masing sanggar. Namun, secara umum misi sanggar dapat dikemukakan sebagai berikut (Endraswara 2003:94-95).
1) Pembenahan keadaan, perencanaan, dan pelaksanaan aktivitas sanggar untuk meningkatkan kualitas sastra.
2) Menumbuhkan kerjasama antarlembaga sastra dengan tujuan untuk meningkatkan kiprah sastrawan.
3) Ikut membantu program-program pemerintah khususnya bidang pendidikan humaniora, kesastraan, dan kebudayaan untuk menyambut kehidupan yang sejahtera.
4) Untuk meningkatkan dan menghidupkan sanggar diupayakan aktivitas;
  1. Menggalakkan minat baca karya sastra dengan membuat kelompok-kelompok pembaca sastra menurut genrenya
  2. Menerbitkan buku-buku sastra yang sistematis
  3. Menyelenggarakan penataran dan lokakarya bagi pengarang dan sayembara-sayembara, serta penulisan jurnalisme sastra,
  4. Mengelola perpustakaan sastra.
Baik visi maupun misi sanggar tentu ada penjabaran dan langkah-langkah untuk mencapainya. Pelaksanaan visi dan misi biasanya telah dirancang oleh pengurus yang dibentuk bersama. Sanggar adalah kegiatan yang tidak mengedepankan aspek material, melainkan lebih mendorong ke arah spiritual. Kepuasan batin adalah yang lebih banyak mewarnai kegiatan sanggar sastra. Oleh sebab itu, sanggar sastra tidak mengenal jam pelajaran (batas waktu) dan tempat yang khusus. Apabila proses demikian diterapkan di sekolah, peran guru amat diperlukan dalam membina siswa untuk berpartisipasi dalam sanggar. Sanggar dapat dijadikan kegiatan ekstrakurikuler  agar siswa semakin leluasa berolah sastra. Namun, dapat juga dimasukkan ke dalam kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berolah sastra. 

Strategi Sanggar Sastra
Kegiatan sanggar sastra dilakukan secara sederhana, melalui penggalangan dalam pentas sastra, melalui penerbitan karya nyata, dan sebagainya. Hal ini dapat dilakukan di sekolah dengan cara menggalang anggota sanggar secara sukarela. Pada umumnya jika sanggar sastra dikelola oleh sekolah dan dipimpin langsung oleh guru, hampir semua siswa akan ikut aktif. 
Kegiatan-kegiatan sanggar sastra terangkum ke dalam strategi pembinaan kreativitas, mulai pembacaan, apresiasi, cipta sastra, dan kritik sastra. Secara garis besar, kegiatan itu dapat dilihat sebagai berikut:

1) Diskusi, sarasehan, ceramah, bedah buku sastra, terlebih lagi membicarakan karya para anggota sanggar sastra. Pembicara tidak harus dari luar anggota sanggar, tetapi dapat diambil dari teman sendiri.

2) Lokakarya penciptaan sastra dan pementasan. Latihan pentas dan baca sastra di panggung dilakukan terutama menjelang peringatan hari besar dan tutup tahun/ semester.

3) Pentas dan baca sastra melalui media elektronik, yaitu untuk mengisi siaran radio swasta terdekat.

4) Penerbitan lembar komunikasi sastra dan majalah sastra. Media ini diterbitkan sendiri secara terbatas dan dana kecil-kecilan. Yang penting sosialisasi karya tersebar luas.

5) Berkunjung, wisata, kemping sastra, ziarah sastra, dengan tujuan untuk eksplorasi kreatif.

6) Mengikuti lomba-lomba sastra, dengan cara memacu anggota untuk mengikuti berbagai perlombaan. Jika mereka ada yang menang, lalu diminta berbicara di tengah-tengah anggota sanggar untuk menjelaskan proses kreatifnya. Penerbitan buku atau antologi karya anggota sanggar.
(Endraswara 2003: 97)

Kompetensi Sanggar Sastra di Sekolah
Sanggar sastra dapat dijadikan salah satu alternatif pengajaran KTSP sastra yang dapat meningkatkan kemampuan siswa terhadap karya sastra secara mendalam. Melalui  sanggar sastra, siswa juga diajak mengelola organisasi bernama sanggar sastra. Sanggar sastra di samping sebagai model pengajaran juga akan menanamkan tata cara berorganisasi secara estetis. Jika guru mampu membentuk sanggar sastra di sekolah tentu akan menambah wawasan estetis siswa. Sanggar termasuk kegiatan ekstrakurikuler, tetapi dapat secara langsung dikaitkan dengan pokok bahasan sastra dalam kegiatan kurikuler karena dalam KTSP sastra, sesungguhnya batas kurikuler dan ekstrakurikuler sebenarnya tipis sekali dan saling mengisi. Jika sanggar sastra tersebut berada dalam kegiatan ekstra, justru pengajar akan lebih leluasa untuk memasukkan figur lain di luar sekolah untuk ikut andil dalam pengajaran. Sanggar juga lebih leluasa untuk melakukan eksplorasi dan pentas-pentas di luar sekolah sebagai salah satu wujud nyata hasil pengajaran. Berdasarkan hal tersebut, kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh siswa dengan adanya sanggar sastra di sekolah antara lain sebagai berikut:

1) Siswa mampu mengelola sanggar sastra sebagai aset aktivitas estetis berupa keterampilan berolah sastra.

2) Siswa mengikuti sanggar sastra tanpa ada paksaan, didorong oleh kesadaran diri bahwa pengalaman sastra secara langsung akan diperoleh di dalamnya.

3) Siswa dapat melakukan pentas sastra dalam situasi apa pun, seperti mengisi siaran radio, mengisi peringatan hari besar nasional, dan gemar mengikuti lomba-lomba sastra.

4) Siswa mampu menghasilkan produk sastra secara rutin dan berkualitas.

Jika keempat kompetensi di atas dapat terpenuhi, akan dapat menjadi catatan guru dalam memberikan penilaian akhir. Siswa yang berkali-kali dalam setiap semester mengikuti atau mengisi aktivitas sastra, baik di sekolah maupun di luar sekolah tentu akan mendapat nilai plus.

Jenis Metode Pembelajaran Apresiasi Puisi

Pembelajaran Apresiasi Puisi. Pengajaran merupakan alat pendidikan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap pengajaran harus mempunyai tujuan yang jelas dan terencana dengan baik. Demikian pula dengan pembelajaran puisi, pelaksanaannya harus mempunyai rumusan yang jelas. Hal ini sangat penting karena akan menjadi pegangan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran Sastra (Apresiasi Puisi)
Pembelajaran Apresiasi Puisi

Pembelajaran sastra bertujuan memberikan kepada siswa pengalaman tentang karya sastra. Siswa diharapkan dapat memahami dan mengaplikasi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai bekal bagi pengembangan jiwa dan kepribadiannya. Hal ini sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah digariskan dalam kurikulum, yaitu siswa mampu menikmati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra sebagai sarana pengembangan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan juga untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Pengetahuan tentang sastra dapat diajarkan oleh guru kepada siswanya. Akan tetapi, untuk memperoleh pengalaman tentang sastra harus disediakan kesempatan agar siswa terlibat secara langsung, mengalami atau mendengarkan karya sastra sehingga akan mencapai tujuan pengajaran yang memuaskan. 
Pembelajaran puisi merupakan aktivitas guru dan siswa dalam menikmati puisi. Sebelum mempelajari puisi, pengajar dituntut terlebih dahulu menghayati makna puisi yang hendak dipelajari dan kemudian menyajikan puisi itu dengan menarik. Unsur yang sangat penting dalam pembelajaran puisi adalah penikmatan terhadap puisi, penimbangan, dan sikap menghargai sebuah puisi.

Kritikus sastra terkemuka di dunia, I.A. Richards ( Wilson Nadeak, 1985:33) memberikan perumusan atas hakikat puisi yang mengandung makna keseluruhan sebagai berikut.

a. Tema atau makna
Penyair ingin mengemukakan sesuatu kepada pembaca, sesuatu kejadian yang dialaminya, dipersoalkan, dan dipermasalahkan dengan caranya sendiri.

b. Rasa
Suatu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya. Dua orang penyair dapat menyairkan objek yang sama dengan sikap yang berbeda.

c. Nada
Nada ini sangat berhubungan dengan tema dan rasa yang terkandung dalam sajak tersebut. Pada saat pribadi atau masyarakat menderita tekanan maka timbullah pemberontakan atau keluhan, jeritan yang bernada sinis.

d. Tujuan (amanat)
Setiap penyair mempunyai tujuan dengan sajak-sajaknya, baik disadari atau tidak. Tujuan ini diungkapkan penyair berdasarkan pandangan hidupnya.ada puisi yang religius, ada yang filosofis dan sebagainya, semuanya berdasarkan pandangan hidup penyair itu sendiri.

Keempat unsur yang disebutkan di atas tidaklah berdiri sendiri-sendiri, kesemuanya saling mengukuhkan dalam sebuah puisi yang sudah jadi dan berhasil.

A. Pengertian Puisi
Jassin (1977:40 –1) dalam Wilson Nadeak (1985:16) mengatakan bahwa puisi adalah pengucapan dengan perasaan, dalam puisi itu pikiran dan perasaan seolah bersayap, ditambah lagi oleh syarat-syarat keindahan bahasa mengenai tinggi rendahnya tekanan suara (ritme), bunyi, dan lagu. Penyair   mengungkapkan gejolak batinnya yang indah ke dalam wujud yang utuh, didukung oleh perasaan, pikiran, dan cita-citanya. Ketiga unsur itu menggemakan getar jiwa. Unsur-unsur itu saling mendukung dan mengisi. Puisi yang indah bukan hanya merupakan letupan-letupan luahan perasaan saja, akan tetapi juga merupakan perpaduan dari perasaan, pikiran, dan keinnginan/kehendak. Penyatuan dari Ketiganya itu melahirkan satu kepaduan yang disebut dengan keindahan. Kata ‘puisi’ atau ‘sajak’ sebenarnya berasal dari bahasa Yunani ‘poiesis’ yang bermakna penciptaan. Di dalam buku Ensiklopedia Indonesia N-Z (edisi lama, tanpa tahun: 1147) dalam Wilson Nadeak (1985:18) memberi pengertian bahwa puisi adalah hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan.
Sementara itu Waluyo (1991:25), menyebutkan bahwa puisi merupakan bentuk karya sastra yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batin dalam sebuah puisi. Ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang dilakukan secara imajinatif dengan menggunakan kekuatan bahasa untuk berkomunikasi dengan pembaca dan pencinta sastra khususnya karya puisi.

B. Memahami Puisi   
Usaha penikmatan suatu karya puisi sangat erat hubungannya dengan pemahaman. Hutagalung dalam Wilson Nadeak (1985:26) berpendapat bahwa seperangkat pengetahuan diperlukan seseorang untuk memahami sebuah puisi, apalagi untuk menikmatinya.
Modal yang utama untuk memahami puisi adalah hati yang terbuka dan pikiran yang terbuka. Yang dimaksud dengan terbuka di sini adalah mencoba membiarkan pikiran kita berkelana, menjelajahi dunia yang diciptakan oleh penyair, dan kemudian mereguk makna kehidupan yang terkandung dalam puisi karena setiap puisi mempunyai amanatnya sendiri.
Dalam memahami puisi terdapat metode untuk memudahkan pengapresiasian puisi. Jadi, untuk memahami puisi ada beberapa metode beserta sarana yang perlu diperhatikan dengan teliti. Sarana itu adalah sebagai berikut.

1. Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang teliti dan tepat. Kata yang digunakan pada puisi cenderung pada makna konotatif . Setiap kata yang digunakan penyair memiliki makna tertentu.

2. Imaji
Imaji adalah segala yang dirasai atau dialami secara imajinatif. Pilihan kata yang tepat membantu daya hayal untuk menjelmakan gambaran yang nyata, sehingga penikmat dapat melihat, merasakan, mendengar, dan menyentuh secara imajinatif apa yang dituliskan penyair.

3. Kata Nyata (concrete word)
Bahwa dengan pilihan kata yang tepat penyair dapat menggambarkan suatu pengertian menyeluruh sebuah puisi. Ketepatan kata  akan menimbulkan asosiasi yang menjelmakan imaji sehingga penikmat dapat merasakan apa yang dialami penyair.

4. Majas
Bahasa kias atau gaya bahasa yang digunakan penyair berusaha memperjelas maksud serta menjelmakan imajinasi. Ada penyair yang menggunakan gaya personifikasi, metafora, simbolisme, perbandingan, dan persamaan.
5. Ritme dan Rima
Ritme dan rima mempunyai pengaruh yang besar untuk memperjelas makna suatu puisi.

C. Metode Pembelajaran Apresiasi Puisi
Metode berhubungan dengan cara (bagaimana) membelajarkan sastra yang tepat. Cara ini akan merujuk pada kiat-kiat yang efektif dan efisien dalam pengajaran. Oleh karena itu, melalui metode yang tepat, tentu tidak akan memakan waktu dan menguras energi dalam proses pengajaran. Metode pengajaran sastra yang kondusif dapat disebut juga metode yang sinergis.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran puisi didasarkan pada pendekatan komunikatif dan keterampilan proses yang dapat memberi peluang kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Tujuan penggunaan metode adalah agar guru dapat menggiring siswa kepada aktivitas belajar secara aktif selama pembelajaran berlangsung.
Sistem dan metode pengajaran yang efektif selalu diupayakan oleh guru dalam mengajarkan sastra. Pemilihan model pembelajaran disesuaikan dengan siswa dan tetap sesuai dengan KTSP sastra. Pembelajaran sastra mutakhir dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model pembelajaran. Model pembelajaran sastra tersebut seperti dikemukakan oleh Endraswara (2003:85-195) adalah sebagai berikut. 

a) Model Sanggar Sastra 
Sanggar sastra adalah sebuah wadah aktivitas sastra yang memiliki tujuan memberdayakan sastra. Sanggar sastra merupakan bingkai komunitas yang memiliki tujuan yang sama dengan berbagai aktivitas sastra. Aktivitas yang ada adalah mencipta, menampilkan, mengapresiasi, mengotak-atik, dan bereksperimen sastra. Dalam sanggar, seseorang dapat bertukar pikiran, ilmu, dan segala wawasan yang dimiliki. Siswa dapat saling berdiskusi, saling mengkritik, dan lain-lain demi meningkatkan kreativitas mereka dalam bersastra. 

b) Model Worksop Sastra dan Bengkel Sastra
Worksop sastra adalah sejenis pelatihan yang banyak dilakukan oleh kaum akademisi yang bertujuan untuk menghasilkan karya yang optimal. Worksop sastra ini dirancang dan dikerjakan sebaik-baiknya, dalam tempo singkat, siswa telah mampu mencipta dan membaca sastra dengan baik. 

c) Model Laboratorium Sastra
Melalui laboratorim sastra, kompetensi apa saja yang hendak dicapai akan lebih mudah karena siswa akan berkreasi sendiri dengan ditopang sejumlah sarana dan prasarana relatif lengkap.

d.) Model Pragmatik Sastra
Pragmatik akan berhubungan dengan ihwal fungsi sastra. Dalam wawasan pragmatik, kompetensi yang perlu ditanamkan kepada siswa adalah fungsi sastra sejalan dengan kondisi zaman.

e) Model Literature Based Thematic 
Literature Based Thematic  adalah model apresiasi sastra yang lazim dilaksanakan dalam pengajaran sastra dengan cara mengungkap makna. Model pengajaran ini berusaha menemukan refleksi tematik karya sastra. 

Dengan berbagai model yang dapat diterapkan dalam pengajaran sastra, guru akan lebih mudah memilih dan menyesuaikan model pembelajaran yang sesuai dengan siswa yang menjadi objek pembelajaran. (Endraswara, 2003 : 85-195).

Puisi selalu terkait dengan emosi, pengalaman, sikap, dan pendapat-pendapat tentang situasi atau kejadian yang ditampilkan secara abstrak atau implisit (Altenbernd, dalam Endraswara, 2005:109). Oleh karena itu, pemahaman sebuah puisi juga memerlukan keterlibatan emosi, pengalaman estetis, dan intuisi-intuisi. Bekal semacam ini akan banyak menolong siswa untuk menikmati keindahan puisi.

Monday, February 27, 2017

Mengapa Begitu Cepat Ayah Berlalu

Mengapa Begitu CepatMengapa hari-hariku selalu seperti ini, diliputi dengan rasa iri dan juga sedih. Ratapanku kepadamu seperti tiada gunanya. Sama saja hari-hariku selalu melihat, mendengar, bersedih dan tak tahu harus berbuat apa hingga aku berkata “Mengapa terlalu cepat”. Inilah sekelumit cerita yang ingin aku sampaikan kepada mu, kisah yang semestinya tak kuceritakan tetapi inilah adanya. Seperti mimpi buruk yang berlari dihamparan gurun sahara.  
Tak henti-hentinya aku bersedih ketika melihat mereka, mereka dan anak-anak se usiaku yang bersalaman, berpelukan dan melepaskan rindu ketika ayahnya pergi untuk bekerja ataupun pulang dari bekerja.  Itu hanyalah sekitar jarak dan waktu yang tak dapat ditempuh dengan transportasi. Sedangkan aku hanya bisa menyaksikan aktifitas orang orang tersebut. 
Cerpen Mengapa Begitu Cepat Ayah Berlalu
Mengapa Begitu Cepat Ayah Berlalu
Tetapi bagaimana dengan diriku sendiri, seorang gadis yang berusia sekitar 17 tahun yang takkan dapat lagi menyaksikan dan melihat bagaimana sosok ayah yang tegar, dermawan, berwibawa dan peduli tarhadap anak-anaknya seperti yang teman-temanku yang bercerita terhadap sosok kepribadian ayah mereka masing-masing yang selalu mereka idolakan. Pernah sekali aku tidak peduli dengan omongan teman-temanku tentang sosok ayah mereka karena aku terbawa oleh perasaan iri kepada mereka yang masih memiliki sorang ayah sedangkan aku sendiri sudah lama tidak melihat apa lagi mendengar kabarnya. Aku sadar bahawa sang yang maha khlaiq lebih menyanyangi ayahku sehingga beliau lebih dahulu dipanggil kepangkuanNya. 
Sekarang ini yang masih sering mengaung dalam ingatanku adalah sebuah kisah tragis tentang kematian ayahku yang diceritakan oleh ibuku kepada kami semua. Waktu itu aku baru saja mamasuki usia 17 tahun, sedangkan adikku yang juga seorang perempuan sudah memasuki usia 15 tahun, kami hanya terpaut usia 2 tahu. Aku memaksa ibuku bercerita tentang bagaimana ayahku dipanggil oleh illahi. Ibuku memulai ceritanya dengan mengatakan jka aku sudah berunsia 17 tahun dan sudah sangat dewasa untuk mencermati cerita dari ibuk ini. Aku hanya menduk lesu mendengar cerita ibuku. “ayahmu adalah seorang suami yang sangat hebat, dia tidak pernah mengeluh dengan apa yang dia peroleh dari usahanya. Kelahiran anak pertamnya yaitu dirimu adalah anugrah Allah yang sangat besr baginya. Tapi Allah berkehendak lain ayahmu tidak akan pernah dapat melihat kamu tunbuh dewasa sebagaimana orang lain. Ucap ibuku dengan pilu. Kemudian aku bertanya kepada ibuku, “apa yang menyebabkan ayah meninggal bu, apakah ayah sakit atau mengalami kecelakaan?”. Ibuku menjawab “ ibu tidak tahu pasti kejaidian yang sesungguhnya, yang jelas ayahmu adalah seorang kombatan GAM waktuNegeri ini dilanda konflik, sebelum ayahmu hendak pergi bergabung dengan GAM, ayahmu menyempatkan untuk memandikanmu dan adik mu dan tidak lupa juga menandani kalian berdua. Ayahmu kelihatan sangat baagian waktu menandani kalian berdua, dan beliau sempat berpesan kepada ibu untuk tolong jaga anak kita, semoga mereka kelak tumbuh dewasa dan hidup dengan bahagia. Itulah kata terkhir ayahmu sebelum belalu pergi ayahmu masih sempat mencium keniang kalian berdua. Kemudian ibu melanjutkan ceritanya, setelah kepergian ayahmu ibu tetap bekerja seperti biasa, hingga suatu hari ibu mendengar kabar jika ayahmu meninggal dalam kontak senjata di bakongan dan di makamkan disana. Ibuku meneteskan air mata ketika mencerutakan kejadian itu, kemudian melanjutkan katanya “ jika senadainya ibu dapat mengubah masa, maka terusterang ibukatakan bu tidak akan memilih untuk hidup dimasa itu, dimana keadaan warga selalu diliputi oleh rasa ketakutan, dan selalu dibayangi oleh rasa cemas dan kengerian. Pada masa itu setiap hari orang menyaksikan perang, kematian dan berbagai tindakan kejahatan yang sangat jauh dari nilai perikemanusian, masa yang sangat kelabu dan menakutkan semua orang. Namun ibu berharap cerita ibu ini bukanlah untuk menanamkan benih kebencian kepada pihak manapun, ibu hanya ingin bercerita kepada kalian supaya kalian tahu tentang sejarah kehidupan ayah kalian. Dan kamu yang sudah menjelang dewasa ini harus dapat menyikapi dengan bijak cerita ibu ini, karena selaku orang islam yang beriman tentang untung baik dan untung jahat kita harus tabah menerima semua apa yang telah menimpa kita. Kamu tahu jika semua kejadian itu merupakan sebuah perencanaan Allah, karena hidup ini adalah fana. Disamping itu ibu juga berharap jangan pernah kamu merasa iri dengan teman-temanmu yang masih memiliki ayah, nikmati saja kedamaaian yang sudah terwuud ini sehingga sampai ke anak cucumu kelak. 

Aku hanya terdiam membisu mendengarkan kata ibuku, rasa kagumku tumbuh dihatiku, ibu begitu tegar dan tidak sedikitpun terbesit di kata-katanya untuk sakit hati pada pihak tertentu, malah beliau memberikan dorongan yang luar biasa kepada kami untuk menatap hidup kedepan sebagai bekal hidup kami nantinya.        

Sebuah Pengorbanan dan Penantian Yang Panjang Untuk Mendapatkan Cinta Sejati

Sebuah Pengorbanan dan Penantian Yang Panjang Untuk Mendapatkan Cinta Sejati. Sinar mentari telah tersenyum melihat kicauan burung yang sedang menri-nari di hamparan sawah yang tertiup udara pengunungan yang sejuk dan penuh dengan warna kehidupan yang menjadi saksi lahirnya dua insan. Disekolah yang tidak jauh dari kota mega, dimana awal mula terkisah kehidupan remaja-remaja yang melukiskan sebuah cerita masa remaja “SMA” adalah masa yang mebuat seorang gadis lembut dan cerdas berparas cantik menghabiskan waktu indahnya bersama sahabat-sahabatnya, gadis itu bernama Mia. Mia adalah gadis remaja yang selalu ceria dan tidak membeda-bedakan siapapun yang ingin dekat dengannya untuk menjadi temannya. Setiap waktu luangnya, Mia selalu mengisinya dengan membaca buku sambil mendengarkan musik. Sikap yang lembut dan gaya bicaranya yang cerdas membuat teman-temannya ingin bersahabat dengannya. Salah satunya adalah Hafid salah seorang cowok remaja yang cerdas, sopan dan ramah yang menjadi sahabat dekat Mia di sekolah. 
Sebuah Pengorbanan dan Penantian Yang Panjang Untuk Mendapatkan Cinta Sejati
Cerpen Pengorbanan dan Penantian Yang Panjang

Mia dan Hafid selalu bertukar pikiran dan saling membantu satu sama lain terutama dalam hal mata pelajaran disekolah. Ketika hafid mengalami kendala dalam memahami materi pelajaran tertentu, Mia lah yang selalau menjelaskannya kepada Hafid, dan begitu juga sebaliknya. Persahabatan adalah sebuag harapan yang tidak akan pernah pudar tetap entah mengapa getaran itu kini mulai terasa berbeda, gejolak di hati Hafid kini sudah mulai berubah dari rasa bersahabat menjadi cinta. Perasaan tersebut sebenrnya ingin dipatahkan oleh hafid, namun Hafid sudah tidak bisa lagi mengontrol perasaan tersebut karena sudah terlanjur terbuai oleh perasaan tersebut, dan meski harus dia luahkan kepada Mia. Suatu hari hafid memutuskan untuk menemui Mia, dengan gugupny Hafid menyapa Mia “Mia” dengan penuh senyum mia membalas sapaan Hafid “ya hafid ada apa?”. Hafid boleh ngomong sesuatu ngak sama Mia” Tanya hafid. Mia menjawab “ ngomong aja Fid ada apa memangnya kelihatan serius banget”.  Mia sebenrnya hafid ngak mau lagi kita bersahabat!” kata hafid. Dengan terkejut mia merespon “maksud Hafid apa?” Hafid mulai menerangkan gejolak hatinya. “begini mia maksud Hafid, Hafid ingin kita berhubungan lebih dari sekedar teman ya itulah Hafid suka pada Mia, mau gak Mia jadi pacar Hafid?”. Mia menjawab “ ah Hafid ada ada aja, kita ini masih anak-anak mana boleh gituan, udah deh, Mia pergi dulu ya. Mia langsung berlalu dengan tidak sedikitpun mempertimbangkan perasaan hati Hafid kepadanya. 
Waktu terus berlalu dari heri kehari bulan ke bulan dan tahun ke tahun. Hingga tibalah masa dimana Ma dan Hafid telah menamatkan pendidikan SMA. Kali ini Hafid kembali memburu cinta Mia karena Hfid berpikir jika dulu alasan mia karena masih anak-anak kali ini mungkin akan diterima karena Mia sudah menamtkan sekolah SMA. Hafid datanf berkunjung kerumah Mia dengan mebawakan bunga sebagai pelengkap ungkapan cintanya kali ini kepada Mia. “Mia skarang kita sudah menamatkan jenjang sekolah SMA, apakah kamu sudah siap menerima Hafid sebagai pacar kamu?” tanya Hafid dengan serius. Mia menjawab dengan bersahaja“maaf Fit, Mia rasa sekarang ini juga belum waktu kita berpacaran, Mia belum siap karena ingin fokus dulu untuk melanjutkan ke jenjang pedidikan selanjutmya” hafid hanya terdiam dan tidak bisa berkata apa apa lagi karena dia sangat menghargai keputusan Mia, lagian Hafid berpikir jika Mia bukan menolaknya tetapi belum masanya saja untuk menerima Hafid. Kemudian hafit pamitan untuk pulang. 

Masa kuliah mereka jalani, kebetulan Hafid diterima di fakultas Kedokteran disalah satu kampus di pusat Ibukota Provinsi di daerahnya, sedangkan Mia melanjutkan studinya di kota lain di fakultas Ekonomi. Waktu terus belalu hingga akhirnya mereka sama-sama akan meyelesaiakan studi mereka, ketika mereka sudah melaksanakan wisuda, Hafid mendatangi Mia di kota tempat dia Kuliah dulu dimanan sekarang ini Mia sedang meniti karirnya bekerja di salah satu perusahaan ternama di Ibukota tersebut. Hafid yang telah terlebih dahalu menayakan alamat Mia kepada orang tuanya dikampung mendatangi tempat keidaman Mia. Mai agak terkejut dengan kehadiran hafid. Setelah mereka berbicara seadanya mengenai kegiatan masing-masing dimana Mia bekerja sebagai Bendahara Perusahaan dan Hafid sedang Menyelesaikan Pendidikan Dokter Spesialis tibalah masanya kembali Hafid mengutarakan pesaraananya kembali kepada Mia yang sudah lama dia harapkan sewaktu mereka masih duduk di bangku SMA. “Mia bagaimana dengan sekarang ini, apakah wakgtu sekarang sudah tepat buat mia meberima pinanganku, aku serius mia, kali ini aku bukan hanya ingin menerima cintamu, akan tetapi saya ingin langsung menikahi mu jika kamu siap untuk menerima saya” kata Hafid. Mia tidak bisa berkata matanya berkaca-kaca mendengar ucapak Hafid tersebut, terbsit rasa kagum di hatinya akan kesetian Hafid yang selalu mengarapkan cintanya daro dulu. Dengan terbata-bata Mia menjawab” Fit kamu itu adlah sahabat aku yang terbaik yang pernah ada, dan saat ini aku sangat tidak beralasan untuk menolak ponangan kamu, sebenarnya jujur saja aku juga punya perasaan ang sam pada kamu ketika kita sama-sama di bangku SMA, akan tetapi aku menolak perasaan tersebut karena bagiku pacaran itu bukanlah hal yang bagus, karena saya hanya ingin berpacaran setalah menikah, sehingga segalanya akan terasa sangat indah. Teimakasih telah sudi untuk menunggu cintaku dalam waktu yang sangat lama, dan sekarang aku siap untuk kamu pinang menjadi itri mu” , mendengar jawaban tersebut hafid sangat bahagai kerana dia akan mendapatkan perempuan yang salam ini selalu menyita ruang hatinya semenjak dia di SMA. 

Taklama kemuaid merekanpun menikah, dan hidup dengan bahagia dan dikarunia satu putra dan 2 putri, mereka hidup dengan lebih dari ukuran berkeculupan, Hfaid yang berprofesi sebagai dokter spesialis dan Mia kini mulai meniti perusahan sendiri dengan dukungan baik moril ataupun materil dari sang auaminya.        

Sunday, February 26, 2017

Pahlawan Hati yang Hilang untuk selamanya

Pahlawan hati yang Hilang untuk selamanyaSurya mulai menjingga, azan magrib berkumandang diseluruh mesjid, hati ibu mulai gelisah karena ayah tidak pulang sejak dua hari yang lalu. Sekumpulan orang yang entah dari mana datangnya berseragam loreng dengan muka garang menyeret ayah entah kemana. Aku dan ibu hanya bisa menangis di sudut rumah, semenjak itu kami tidak lagi mendengar kabarnya apalagi melihat ayah. Akhirnya ibuku bangkit dari tempat duduknya dan pergi kekamar mandi mengambil handuk untuk menunaikan shalat magrib, dari raut wajahnya terlihat jelas kecemasan akan keadaan ayah, namun dia tetap berusaha tetap tegar dan menyembunyikannya dari ku.     

Diluar rumah terdengar letusan-letusan senjata, ibu cepat-cepat membereskan mukenanya dan segera berrgegas menemuiku dikamar yang lagi sendirian. Ibu memelukku dengan erat disertai air mata yang mengalir membasahi kedua pipinya. Mulutnya tidak henti-hentinya beristughfar menyebut nama Allah sambilan menyelipkan doa untuk keselamatan ayah, sementara aku hanya terdiam membisu menyaksikan semua itu. 
Pahlawan hati yang Hilang untuk selamanya
Cerpen Pahlawan hati yang Hilang
Ayahku adalah seorang pedagang yang lumayan sukses dikampungku, ayah juga tergolong salah seorang yang terpandang dan disegani oleh semua orang di desaku karena kebaikan budinya. Ayahku juga dipercaya oleh semua masyarakat untuk menjual semua hasil bumi di desa kami untuk dijual ke pusat kota kecamatan di daerah kami. Namun tidak semua orang berpandangan positif atas kepercayaan yang diterima oleh ayahku dari masyarakat kampung tersebut. mungkin ada satu atau dua orang yang merasa iri dengan kepercayaan yang dimiliki oleh ayahku tersebut. Dimana pada akhirnya ada salah seorang yang merasa iri dengan ayahkau dan tega menfitnah beliau jika ayahku adalah salah satu orang yang memberikan makanan untuk Kombatan GAM kapada aparat kemananan yang sedang nge pos di desa tetangga.
Suara letusan senjata kini sudah mulai reda, tiba-tiba terdenbgar suara ketukan pintu di rumah kami, kami semua terdiam dan tidak berani membukan pintu. “ini aku adam, ani” terdengar suara di balik pintu. Wajah ibu seketika berubah menjadi berseri-seri, tanpa dikomando ibuku langsung bergegas membuka pintu, ibu menangis melihat kondisi ayah yang terluka, lemah dan tak berdaya, ibu memapah tubuh ayah untuk duduk dan menyuruhku untuk tidur. Setelah seminggu berlalu, kondisi ayahku kini sudah mulai membaik, ayah memutuskan untuk berdagang ke kota ibu melarang tetapi ayah tetap bersisikeras dengan keputusannya. 

Hari sudah mulai petang, ibu merasa cemas karena ayah belum juga pulang, ibu berusaha menpis hayalan yang tidak-tidak tentang ayah karena yah belum ke,bali, malam itu ibu menghabiskan malam dengan hati yang gelisah. Sayup-sayup sinar sang surya perlahan menjulurkan lidah kehidupanya untuk menerngi setiap lereng-lereng pegunungan menghidupkan semangat penduduk desa untuk menjalani pekerjaan dipagi hari yang cerah itu. Begitu juga dengan ibuku yang sedari tadi sibuk membersihkan perkarangan rumah dengan begitu bersemangat dan di iringin oleh riyuh-riang celotehan anak-anak yang bermain di halamn rumahku.  Akupun tak ketingggalan meluapkan kegembiraan dipagi itu dengan bermain diperkarangan rumahku, aku berlri kesan-kemari untuk mencari seteka tanah yang cocok untuk aku coret-coret dengan kayu kecil ditngganku. Kemudian aku mencot=ret-coret di atas tanah tersebut yang kemudian terbentuk gambar yang aku anggap sebagai gambar ayah dan diriku. Aku terpukau dan tak henti-hentinya memnadang mungkin bagi sebagian orang itu hanyalah sebuah coret moret yang tidak berbentuk apa-apa namun bagiku itu adalah sudah sangat luar biasa bagi ku. Tanpa  kusadari ternyata gambar ayah yang kugambarkan tadi terhapus oleh jejak kaki anak yang lewat, namun akau tetap memandang lukisan wajah ayah dengan lekat-lekat ternyata ada bagian gambar yang rusak, seketika itu akupun kesal dan hendak memarahi anak tersebut namun suaraku tertahan. Seketika itupun ibu datang meyurukuhku untuk segara masuk kedalam rumah. 

Kemudian ibu langsung mengunci pintu dan semua jendela dan memelukku dengan erat. Entah apa yang kurasa pagi itu, yang jelas hanya suara letusan senjata yang terdengar oleh ku. Ibu memelaukku semakin erat sambil memanjatkan doa, sementara aku hanya bungkam dan tak atu apa yang terjadi, kulihat mata ibuku yang berkaca-kaca dan tetesan bening itupun mengalir membasahi keuda pipinya. Kami sangat ketakutan, peristiwa itu berlangsung sekitar dua puluh lima menit. Selama itupula ibuk memelukku dengan erat. Tak lama kemudia keadaan kembali normal, semua kebisingan senjata itu sudah tudak terdengar lagi yang tertinggal hanyalah hanyalah ketakutan yang medalam, dengan tidak melepaskan puelukannya, iu berusa mengintip dari celah-celah dinding rumah untuk memastikan jika keadaan sudah benar-benar normal namun tuba-tiba seseorang mengetuk pitu rumah kami, dengan perasaan was-was ibu mencob berpikir sejenak membuka pintu atau tidak. Namun pintu itu terus diketuk yang harus mau tidak mau ibu harus membukanya. Ibu membuka pintu rumah kami dan dia melihat pak rahmat dan penduduk kampung yang datang kerunahnya. Kemudian ibu bertanya” ada perlu apa pak?”. Heran tak biasanya pak rahmat datang kerumah. Kemudian pak rahmat kenjelaskan segala sesuatu yang terjadi kepada ayahku, sontak ibu terhenyak dan membisu, ibu belum bisa menerima semua kenyataan bahwa ayah telah tiada menghilang dimabil sibaju lorenga ketika pulang dari berdngan di kota semalam.  
Karya Anak MA Darul Aitami  


Saturday, February 25, 2017

Dihari Kepergian Sang Ibunda Tercinta

Suasana anak-anak sebayaku membuat suasana menjadi semakin damai. Semua pada lagi asiknya bermain, suasana sangat menyenangkan sekali, dan mentari terasa sangat-sangat terik seolah-olah memarahiku agar aku segera kembali kerumah.
Di rumah banyak sekali orang-orang pada berdatangan, aku sama sekali tidak tahu apa yang sebenrnya sedang terjadi di rumahku. Aku terdiam seketika disusul ayah yang kenudian menarik tangganku dengan mata berbinar.
Dihari Kepergian Sang Ibunda Tercinta
Kepergian Sang Ibunda Tercinta

Ayah... mengapa rumah kita menjadi ramai? Tanyaku kebingungan. “ayo nak ikut ayah” ayah membawa ku ke dalam ruma, lalu aku bertanya lagi “apa yang terjadi ayah?” dan jangan katakan jika yang sedang terbaring itu ibu” ujar ku, namun  keadaan berkata lain. 
Isak tangis ku tersedu-sedu melihat kabut-kabut nakal begitu cepat merenggut nyawa ibuku, wanita yang  sangat ku kasihi, tempat dimana aku mencari syurga illahi. Mengapa semua terasa berlalu begitu cepat, bagaikan petir disiang bolong keluh ku.
Ayah ku berujar “ayah juga tidak menginginkan ibu mu pergi begitu cepat, namun ajal telah datang menjemputnya disaat kamu dan ayah mesih sangat membutuhkannya.  Kemudian ayah menjelaskan kejaidian yang terjadi kepada ibu ssat di menghembuskan nafas terakhirya. “ayah juga tidak tahu secara pasti tetapi yang jelas itu semua disebabkan oleh penyakit ibu yang sudah terun temurun dari kakek mu sampai kepada almarhum ibu mu” memang ibu sakit apa? Dan mengapa beliua tidak penah menceritakannya kepada ku” tanya ku. Suasana senyap seketika auah menunduk entah apa yang sedang ayah pikirkan akupun tidak tahu. 

Kemudian ayah melanjutkan katanya “ sebenarnya ibu kamu mau memberitahu mu tentang penyakitnya ini, akan tetapi ibu kamu takut jika itu akan menjadi beban pikiran mu’ kemudian aku melanjutkan ucapanku “bagaimana bisa ibu terlihat begitu sehat selama ini? Ayah tidak bisa berkata apa-apa lagi dan meninggalkan ku sendiri yang masih terisak isak. 

Ditengah perjalanan menuju pemakaman ibu, aku tidak menoleh kemanapun, mataku hanya tertuju pada kerenda yang sedang di susung oleh orang-orang untuk mengantarkan ibundaku tercinta ke tempat pembaringannya yang terakhir. Bathinku sangat pilu ketika melihat ibuku benar-benar memejamkan matanya ketika kain kapan dibuka talinya saat tubuh terbujur tersebut dibaringkan di liang lahat sebagi tenpat istirahat yang terakhir. “doakan ibumu semoga bahagia di alam sanan” ucap ayahku sambil terisak. 
Sebelum aku dan ayahku meninglkan pusara, aku sempat memanjatkan doa dengan tulus supaya ibuku di tempatkan di tempat syurga firdaus oleh sanga yang maha khaliq. Dan aku berharap semoga kelak kami dipertemukan kembali di alam syurga. 
Rasanya aku sangat berat meningalkan pusara ibuku, namun aku tidak dapat merbuat apa-apa karena semua orang sudah berlalu yang tinggal kini hanya aku dan ayahlku saja, dan ayah mengajakku untuk kembali kerumah untuk mendoakan ibu.

Dalam senja aku berharap akan ada bianglala-binaglala menggodaku dengan warnanya yang idah. Aku yakin dibalik indahnya bianglala ada ibu yang telah menjadi bidadari-bidadari syurga untuk ayah. Aku tersenyum kecil membayangkan jika itu benar-benar menjadi kenyataan.
Aku melirik ke ayah, ternyata ayah sedang diam membisu menatap lukisan-lukisan fana tentang ibu. “ayah sedang memikirkan ibu ya?” tanyaku memecahkan keheninggan. 

Eh kamu ada ada aja sergah ayah. “Tetapi benrkan ayah lagi memikitkan ibu?” godaku. Namun ayah hanya diam membisu saja. 
Pagi ini mendung datang kembali menggantung di atas atap rumah ku, gerimis mulai turun semua sayu dan membisu. Tanpa aku tahu makna dari itu aku malah membatin “mungkin ini adalah sebuah pertanda jika ibu ku sedang sedih karena sedang meridui aku dan ayahku”. Ah bukankah tidak ada yang abdi di dubia ini semua fana dimana semua akan punah ditelah massa. 
Malam yang dingin membuat aku terbawa dalam mimpi yang ditemani bintang-bintang dan bulan. Aku melihat ibuku berpakaian serba putih wajah ibuku bersinar-sinar dan aku malah terus melangkah mendekati ibuku. “ kau terlihat sangat cantik ibu” ucapku. Ibuku hanya tersenyum dan tidak menjawab satu patah katapun. Aku dan ayah disini sangat merindukan ibu maukah ibu kembali bersama kami lagi disini” tanyaku. “Ayolah ibu aku mohon” pintu ku lagi. Kemudian ibuku menjawab maaf nak ibu tidak bisa dan agar kamu tahu saja jika ibu sangat bahagia disini, dan ibu juga selalu merindukan mu dan ayahmu”, jawab ibuku sambl terus berlalu. 

Karya Siswi MA darul Itami 
   
   

    
   

Friday, February 24, 2017

The Validity of Research (Writing Thesis and Dissertation)


The Validity of ResearchThe validity of the data is one of the most important aspects in conducting qualitative research. Validity refers to the degree to which a test measures what it is supposed to measure, consequently, and permits the appropriate interpretation of scores. Validity is, therefore, “the most fundamental consideration in developing and evaluating test. When we conduct the test, we test for a purpose, and our measurement tools have to help us to achieve that purpose, Geoffrey & Airasian (2009:154). In the context of my research validity pertains to the data and the analysis of the findings of the study. For the purpose of validity, I used Maxwell’s Typology (1966) on validity in qualitative research. 
According to Maxwell (1996) as citied in Lim,(2007:63), the validity in qualitative research can be categorized as follows: 

 The Validity of Research (Writing Thesis and Dissertation)
 The Validity of Research

a. Descriptive Validity
Descriptive 'validity' is that which is concerned with the initial stage of research, usually concerning with data gathering. The central issue is factual accuracy in the informational statements that describe what was observed and experienced (Winter, G, 2000). In this research, I used the Descriptive validity to validate interview data obtained from the ten teachers. I did this by giving them a verbal summary to them of the salient points from the interviews. The respondents then verbally endorsed the summary as representing their respective views. This further enhanced when I compared it with interview transcripts and made sure that I did not “read into the data”. I made sure that my personal views did not the actual data obtained from the interviewees. 
b. Interpretative Validity
Within the qualitative paradigm, interpretation is typically assumed as an inextricable (and, indeed, unavoidable) the element of data collection. On these grounds, Maxwell's segregation of description and interpretation is not only a false distinction, but effectively impossible. Interpretation is essentially couched within the rhetoric that the researcher uses to describe a situation and is mutually constructed between researchers and subjects. Quantitative researchers do much to dis-associate themselves from such interpretations, yet these too are inevitable in their categorizations and selection of data (Winter. G,  2000). 

In this study, I also used interpretative validity, by asking the participants’ perspective pertaining to my interpretation of the interview data. Mostly, the interviewees agreed with my interpretations, but there were also times when interviews changed my choice of words. This was minimal. Hence, I did try minimizing the intrusion of my personal views in interpreting interview data of the researcher in relation to their personal views and explanations. This help ensure that I did not misrepresent the actual views of the interviewees.  

c. Naturalistic Generalizability
Naturalistic generalization is the process of where the readers gain insight by reflecting on the details and descriptions presented in case studies. As readers recognize similarities in case study details and find the descriptions that reverberate with their own experiences; they consider whether their situations are quite similar to warrant generalizations. Naturalistic generalization invites readers in order to apply ideas from the natural and in-depth depictions applied in case studies to personal contexts. Melrose, S, (2009). In Stake’s view, naturalistic generalizations are conclusions arrived at through personal engagement in life’s affairs or by vicarious experience so well constructed that the person feels as if it happened to them. Naturalistic generalization emphasizes practical, functional application of research findings that intuitively fall naturally in line with readers’ ordinary experiences.

This form of validity is used to justify the authenticity of this study based on the concept of the readers in understanding the real situation in this study. On the other hand, in this position, the readers will be able to evaluate the validation of this study when they read the description in this study. 

d. Dependability
The traditional quantitative view of reliability is based on the assumption of replicability or repeatability. The Essentially, it is concerned with whether we would find the same results if we could observe the same thing twice. But we can't actually measure the same thing twice -- by definition if we are measuring twice, we are measuring two different things. In order to estimate reliability, quantitative researchers construct various hypothetical notions (e.g., true score theory) to try to get around this fact, (Trochim). The idea of dependability, on the other hand, emphasizes the need for the researcher to account for the ever-changing context within which research happen. The research is responsible for describing the changes that occur in the setting and how these changes affected the way of the research approached the study. 

This criteria of validity were used also by the reseacher in this study to prevent the possible errors in collecting and interpreting data so the data can be accounted for scientifically. Mistakes are often made by people or the researchers because of limited experience, time, knowledge. This way of validity were used by the reseacher to establish that the process of research can be justified through the audits on his supervisor.