Dihari Kepergian Sang Ibunda Tercinta - Pondok Belajar

Saturday, February 25, 2017

Dihari Kepergian Sang Ibunda Tercinta

Suasana anak-anak sebayaku membuat suasana menjadi semakin damai. Semua pada lagi asiknya bermain, suasana sangat menyenangkan sekali, dan mentari terasa sangat-sangat terik seolah-olah memarahiku agar aku segera kembali kerumah.
Di rumah banyak sekali orang-orang pada berdatangan, aku sama sekali tidak tahu apa yang sebenrnya sedang terjadi di rumahku. Aku terdiam seketika disusul ayah yang kenudian menarik tangganku dengan mata berbinar.
Dihari Kepergian Sang Ibunda Tercinta
Kepergian Sang Ibunda Tercinta

Ayah... mengapa rumah kita menjadi ramai? Tanyaku kebingungan. “ayo nak ikut ayah” ayah membawa ku ke dalam ruma, lalu aku bertanya lagi “apa yang terjadi ayah?” dan jangan katakan jika yang sedang terbaring itu ibu” ujar ku, namun  keadaan berkata lain. 
Isak tangis ku tersedu-sedu melihat kabut-kabut nakal begitu cepat merenggut nyawa ibuku, wanita yang  sangat ku kasihi, tempat dimana aku mencari syurga illahi. Mengapa semua terasa berlalu begitu cepat, bagaikan petir disiang bolong keluh ku.
Ayah ku berujar “ayah juga tidak menginginkan ibu mu pergi begitu cepat, namun ajal telah datang menjemputnya disaat kamu dan ayah mesih sangat membutuhkannya.  Kemudian ayah menjelaskan kejaidian yang terjadi kepada ibu ssat di menghembuskan nafas terakhirya. “ayah juga tidak tahu secara pasti tetapi yang jelas itu semua disebabkan oleh penyakit ibu yang sudah terun temurun dari kakek mu sampai kepada almarhum ibu mu” memang ibu sakit apa? Dan mengapa beliua tidak penah menceritakannya kepada ku” tanya ku. Suasana senyap seketika auah menunduk entah apa yang sedang ayah pikirkan akupun tidak tahu. 

Kemudian ayah melanjutkan katanya “ sebenarnya ibu kamu mau memberitahu mu tentang penyakitnya ini, akan tetapi ibu kamu takut jika itu akan menjadi beban pikiran mu’ kemudian aku melanjutkan ucapanku “bagaimana bisa ibu terlihat begitu sehat selama ini? Ayah tidak bisa berkata apa-apa lagi dan meninggalkan ku sendiri yang masih terisak isak. 

Ditengah perjalanan menuju pemakaman ibu, aku tidak menoleh kemanapun, mataku hanya tertuju pada kerenda yang sedang di susung oleh orang-orang untuk mengantarkan ibundaku tercinta ke tempat pembaringannya yang terakhir. Bathinku sangat pilu ketika melihat ibuku benar-benar memejamkan matanya ketika kain kapan dibuka talinya saat tubuh terbujur tersebut dibaringkan di liang lahat sebagi tenpat istirahat yang terakhir. “doakan ibumu semoga bahagia di alam sanan” ucap ayahku sambil terisak. 
Sebelum aku dan ayahku meninglkan pusara, aku sempat memanjatkan doa dengan tulus supaya ibuku di tempatkan di tempat syurga firdaus oleh sanga yang maha khaliq. Dan aku berharap semoga kelak kami dipertemukan kembali di alam syurga. 
Rasanya aku sangat berat meningalkan pusara ibuku, namun aku tidak dapat merbuat apa-apa karena semua orang sudah berlalu yang tinggal kini hanya aku dan ayahlku saja, dan ayah mengajakku untuk kembali kerumah untuk mendoakan ibu.

Dalam senja aku berharap akan ada bianglala-binaglala menggodaku dengan warnanya yang idah. Aku yakin dibalik indahnya bianglala ada ibu yang telah menjadi bidadari-bidadari syurga untuk ayah. Aku tersenyum kecil membayangkan jika itu benar-benar menjadi kenyataan.
Aku melirik ke ayah, ternyata ayah sedang diam membisu menatap lukisan-lukisan fana tentang ibu. “ayah sedang memikirkan ibu ya?” tanyaku memecahkan keheninggan. 

Eh kamu ada ada aja sergah ayah. “Tetapi benrkan ayah lagi memikitkan ibu?” godaku. Namun ayah hanya diam membisu saja. 
Pagi ini mendung datang kembali menggantung di atas atap rumah ku, gerimis mulai turun semua sayu dan membisu. Tanpa aku tahu makna dari itu aku malah membatin “mungkin ini adalah sebuah pertanda jika ibu ku sedang sedih karena sedang meridui aku dan ayahku”. Ah bukankah tidak ada yang abdi di dubia ini semua fana dimana semua akan punah ditelah massa. 
Malam yang dingin membuat aku terbawa dalam mimpi yang ditemani bintang-bintang dan bulan. Aku melihat ibuku berpakaian serba putih wajah ibuku bersinar-sinar dan aku malah terus melangkah mendekati ibuku. “ kau terlihat sangat cantik ibu” ucapku. Ibuku hanya tersenyum dan tidak menjawab satu patah katapun. Aku dan ayah disini sangat merindukan ibu maukah ibu kembali bersama kami lagi disini” tanyaku. “Ayolah ibu aku mohon” pintu ku lagi. Kemudian ibuku menjawab maaf nak ibu tidak bisa dan agar kamu tahu saja jika ibu sangat bahagia disini, dan ibu juga selalu merindukan mu dan ayahmu”, jawab ibuku sambl terus berlalu. 

Karya Siswi MA darul Itami 
   
   

    
   

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah berkomentar