Mengapa Begitu Cepat Ayah Berlalu - Pondok Belajar

Monday, February 27, 2017

Mengapa Begitu Cepat Ayah Berlalu

Mengapa Begitu CepatMengapa hari-hariku selalu seperti ini, diliputi dengan rasa iri dan juga sedih. Ratapanku kepadamu seperti tiada gunanya. Sama saja hari-hariku selalu melihat, mendengar, bersedih dan tak tahu harus berbuat apa hingga aku berkata “Mengapa terlalu cepat”. Inilah sekelumit cerita yang ingin aku sampaikan kepada mu, kisah yang semestinya tak kuceritakan tetapi inilah adanya. Seperti mimpi buruk yang berlari dihamparan gurun sahara.  
Tak henti-hentinya aku bersedih ketika melihat mereka, mereka dan anak-anak se usiaku yang bersalaman, berpelukan dan melepaskan rindu ketika ayahnya pergi untuk bekerja ataupun pulang dari bekerja.  Itu hanyalah sekitar jarak dan waktu yang tak dapat ditempuh dengan transportasi. Sedangkan aku hanya bisa menyaksikan aktifitas orang orang tersebut. 
Cerpen Mengapa Begitu Cepat Ayah Berlalu
Mengapa Begitu Cepat Ayah Berlalu
Tetapi bagaimana dengan diriku sendiri, seorang gadis yang berusia sekitar 17 tahun yang takkan dapat lagi menyaksikan dan melihat bagaimana sosok ayah yang tegar, dermawan, berwibawa dan peduli tarhadap anak-anaknya seperti yang teman-temanku yang bercerita terhadap sosok kepribadian ayah mereka masing-masing yang selalu mereka idolakan. Pernah sekali aku tidak peduli dengan omongan teman-temanku tentang sosok ayah mereka karena aku terbawa oleh perasaan iri kepada mereka yang masih memiliki sorang ayah sedangkan aku sendiri sudah lama tidak melihat apa lagi mendengar kabarnya. Aku sadar bahawa sang yang maha khlaiq lebih menyanyangi ayahku sehingga beliau lebih dahulu dipanggil kepangkuanNya. 
Sekarang ini yang masih sering mengaung dalam ingatanku adalah sebuah kisah tragis tentang kematian ayahku yang diceritakan oleh ibuku kepada kami semua. Waktu itu aku baru saja mamasuki usia 17 tahun, sedangkan adikku yang juga seorang perempuan sudah memasuki usia 15 tahun, kami hanya terpaut usia 2 tahu. Aku memaksa ibuku bercerita tentang bagaimana ayahku dipanggil oleh illahi. Ibuku memulai ceritanya dengan mengatakan jka aku sudah berunsia 17 tahun dan sudah sangat dewasa untuk mencermati cerita dari ibuk ini. Aku hanya menduk lesu mendengar cerita ibuku. “ayahmu adalah seorang suami yang sangat hebat, dia tidak pernah mengeluh dengan apa yang dia peroleh dari usahanya. Kelahiran anak pertamnya yaitu dirimu adalah anugrah Allah yang sangat besr baginya. Tapi Allah berkehendak lain ayahmu tidak akan pernah dapat melihat kamu tunbuh dewasa sebagaimana orang lain. Ucap ibuku dengan pilu. Kemudian aku bertanya kepada ibuku, “apa yang menyebabkan ayah meninggal bu, apakah ayah sakit atau mengalami kecelakaan?”. Ibuku menjawab “ ibu tidak tahu pasti kejaidian yang sesungguhnya, yang jelas ayahmu adalah seorang kombatan GAM waktuNegeri ini dilanda konflik, sebelum ayahmu hendak pergi bergabung dengan GAM, ayahmu menyempatkan untuk memandikanmu dan adik mu dan tidak lupa juga menandani kalian berdua. Ayahmu kelihatan sangat baagian waktu menandani kalian berdua, dan beliau sempat berpesan kepada ibu untuk tolong jaga anak kita, semoga mereka kelak tumbuh dewasa dan hidup dengan bahagia. Itulah kata terkhir ayahmu sebelum belalu pergi ayahmu masih sempat mencium keniang kalian berdua. Kemudian ibu melanjutkan ceritanya, setelah kepergian ayahmu ibu tetap bekerja seperti biasa, hingga suatu hari ibu mendengar kabar jika ayahmu meninggal dalam kontak senjata di bakongan dan di makamkan disana. Ibuku meneteskan air mata ketika mencerutakan kejadian itu, kemudian melanjutkan katanya “ jika senadainya ibu dapat mengubah masa, maka terusterang ibukatakan bu tidak akan memilih untuk hidup dimasa itu, dimana keadaan warga selalu diliputi oleh rasa ketakutan, dan selalu dibayangi oleh rasa cemas dan kengerian. Pada masa itu setiap hari orang menyaksikan perang, kematian dan berbagai tindakan kejahatan yang sangat jauh dari nilai perikemanusian, masa yang sangat kelabu dan menakutkan semua orang. Namun ibu berharap cerita ibu ini bukanlah untuk menanamkan benih kebencian kepada pihak manapun, ibu hanya ingin bercerita kepada kalian supaya kalian tahu tentang sejarah kehidupan ayah kalian. Dan kamu yang sudah menjelang dewasa ini harus dapat menyikapi dengan bijak cerita ibu ini, karena selaku orang islam yang beriman tentang untung baik dan untung jahat kita harus tabah menerima semua apa yang telah menimpa kita. Kamu tahu jika semua kejadian itu merupakan sebuah perencanaan Allah, karena hidup ini adalah fana. Disamping itu ibu juga berharap jangan pernah kamu merasa iri dengan teman-temanmu yang masih memiliki ayah, nikmati saja kedamaaian yang sudah terwuud ini sehingga sampai ke anak cucumu kelak. 

Aku hanya terdiam membisu mendengarkan kata ibuku, rasa kagumku tumbuh dihatiku, ibu begitu tegar dan tidak sedikitpun terbesit di kata-katanya untuk sakit hati pada pihak tertentu, malah beliau memberikan dorongan yang luar biasa kepada kami untuk menatap hidup kedepan sebagai bekal hidup kami nantinya.        

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah berkomentar