Pembelajaran Apresiasi Puisi. Pengajaran merupakan alat pendidikan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap pengajaran harus mempunyai tujuan yang jelas dan terencana dengan baik. Demikian pula dengan pembelajaran puisi, pelaksanaannya harus mempunyai rumusan yang jelas. Hal ini sangat penting karena akan menjadi pegangan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran Apresiasi Puisi |
Pembelajaran sastra bertujuan memberikan kepada siswa pengalaman tentang karya sastra. Siswa diharapkan dapat memahami dan mengaplikasi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai bekal bagi pengembangan jiwa dan kepribadiannya. Hal ini sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah digariskan dalam kurikulum, yaitu siswa mampu menikmati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra sebagai sarana pengembangan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan juga untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Pengetahuan tentang sastra dapat diajarkan oleh guru kepada siswanya. Akan tetapi, untuk memperoleh pengalaman tentang sastra harus disediakan kesempatan agar siswa terlibat secara langsung, mengalami atau mendengarkan karya sastra sehingga akan mencapai tujuan pengajaran yang memuaskan.
(Baca Methode Pembelajaran Discovery Learning (Kelebihan dan Kekurangan)
(Baca Cara Meningkatkan Motivasi Siswa Dalam Belajar)
Pembelajaran puisi merupakan aktivitas guru dan siswa dalam menikmati puisi. Sebelum mempelajari puisi, pengajar dituntut terlebih dahulu menghayati makna puisi yang hendak dipelajari dan kemudian menyajikan puisi itu dengan menarik. Unsur yang sangat penting dalam pembelajaran puisi adalah penikmatan terhadap puisi, penimbangan, dan sikap menghargai sebuah puisi.
Kritikus sastra terkemuka di dunia, I.A. Richards ( Wilson Nadeak, 1985:33) memberikan perumusan atas hakikat puisi yang mengandung makna keseluruhan sebagai berikut.
a. Tema atau makna
Penyair ingin mengemukakan sesuatu kepada pembaca, sesuatu kejadian yang dialaminya, dipersoalkan, dan dipermasalahkan dengan caranya sendiri.
b. Rasa
Suatu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya. Dua orang penyair dapat menyairkan objek yang sama dengan sikap yang berbeda.
c. Nada
Nada ini sangat berhubungan dengan tema dan rasa yang terkandung dalam sajak tersebut. Pada saat pribadi atau masyarakat menderita tekanan maka timbullah pemberontakan atau keluhan, jeritan yang bernada sinis.
d. Tujuan (amanat)
Setiap penyair mempunyai tujuan dengan sajak-sajaknya, baik disadari atau tidak. Tujuan ini diungkapkan penyair berdasarkan pandangan hidupnya.ada puisi yang religius, ada yang filosofis dan sebagainya, semuanya berdasarkan pandangan hidup penyair itu sendiri.
Keempat unsur yang disebutkan di atas tidaklah berdiri sendiri-sendiri, kesemuanya saling mengukuhkan dalam sebuah puisi yang sudah jadi dan berhasil.
A. Pengertian Puisi
Jassin (1977:40 –1) dalam Wilson Nadeak (1985:16) mengatakan bahwa puisi adalah pengucapan dengan perasaan, dalam puisi itu pikiran dan perasaan seolah bersayap, ditambah lagi oleh syarat-syarat keindahan bahasa mengenai tinggi rendahnya tekanan suara (ritme), bunyi, dan lagu. Penyair mengungkapkan gejolak batinnya yang indah ke dalam wujud yang utuh, didukung oleh perasaan, pikiran, dan cita-citanya. Ketiga unsur itu menggemakan getar jiwa. Unsur-unsur itu saling mendukung dan mengisi. Puisi yang indah bukan hanya merupakan letupan-letupan luahan perasaan saja, akan tetapi juga merupakan perpaduan dari perasaan, pikiran, dan keinnginan/kehendak. Penyatuan dari Ketiganya itu melahirkan satu kepaduan yang disebut dengan keindahan. Kata ‘puisi’ atau ‘sajak’ sebenarnya berasal dari bahasa Yunani ‘poiesis’ yang bermakna penciptaan. Di dalam buku Ensiklopedia Indonesia N-Z (edisi lama, tanpa tahun: 1147) dalam Wilson Nadeak (1985:18) memberi pengertian bahwa puisi adalah hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan.
Sementara itu Waluyo (1991:25), menyebutkan bahwa puisi merupakan bentuk karya sastra yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batin dalam sebuah puisi. Ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang dilakukan secara imajinatif dengan menggunakan kekuatan bahasa untuk berkomunikasi dengan pembaca dan pencinta sastra khususnya karya puisi.
B. Memahami Puisi
Usaha penikmatan suatu karya puisi sangat erat hubungannya dengan pemahaman. Hutagalung dalam Wilson Nadeak (1985:26) berpendapat bahwa seperangkat pengetahuan diperlukan seseorang untuk memahami sebuah puisi, apalagi untuk menikmatinya.
Modal yang utama untuk memahami puisi adalah hati yang terbuka dan pikiran yang terbuka. Yang dimaksud dengan terbuka di sini adalah mencoba membiarkan pikiran kita berkelana, menjelajahi dunia yang diciptakan oleh penyair, dan kemudian mereguk makna kehidupan yang terkandung dalam puisi karena setiap puisi mempunyai amanatnya sendiri.
Dalam memahami puisi terdapat metode untuk memudahkan pengapresiasian puisi. Jadi, untuk memahami puisi ada beberapa metode beserta sarana yang perlu diperhatikan dengan teliti. Sarana itu adalah sebagai berikut.
1. Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang teliti dan tepat. Kata yang digunakan pada puisi cenderung pada makna konotatif . Setiap kata yang digunakan penyair memiliki makna tertentu.
2. Imaji
Imaji adalah segala yang dirasai atau dialami secara imajinatif. Pilihan kata yang tepat membantu daya hayal untuk menjelmakan gambaran yang nyata, sehingga penikmat dapat melihat, merasakan, mendengar, dan menyentuh secara imajinatif apa yang dituliskan penyair.
3. Kata Nyata (concrete word)
Bahwa dengan pilihan kata yang tepat penyair dapat menggambarkan suatu pengertian menyeluruh sebuah puisi. Ketepatan kata akan menimbulkan asosiasi yang menjelmakan imaji sehingga penikmat dapat merasakan apa yang dialami penyair.
4. Majas
Bahasa kias atau gaya bahasa yang digunakan penyair berusaha memperjelas maksud serta menjelmakan imajinasi. Ada penyair yang menggunakan gaya personifikasi, metafora, simbolisme, perbandingan, dan persamaan.
5. Ritme dan Rima
Ritme dan rima mempunyai pengaruh yang besar untuk memperjelas makna suatu puisi.
C. Metode Pembelajaran Apresiasi Puisi
Metode berhubungan dengan cara (bagaimana) membelajarkan sastra yang tepat. Cara ini akan merujuk pada kiat-kiat yang efektif dan efisien dalam pengajaran. Oleh karena itu, melalui metode yang tepat, tentu tidak akan memakan waktu dan menguras energi dalam proses pengajaran. Metode pengajaran sastra yang kondusif dapat disebut juga metode yang sinergis.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran puisi didasarkan pada pendekatan komunikatif dan keterampilan proses yang dapat memberi peluang kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Tujuan penggunaan metode adalah agar guru dapat menggiring siswa kepada aktivitas belajar secara aktif selama pembelajaran berlangsung.
Sistem dan metode pengajaran yang efektif selalu diupayakan oleh guru dalam mengajarkan sastra. Pemilihan model pembelajaran disesuaikan dengan siswa dan tetap sesuai dengan KTSP sastra. Pembelajaran sastra mutakhir dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model pembelajaran. Model pembelajaran sastra tersebut seperti dikemukakan oleh Endraswara (2003:85-195) adalah sebagai berikut.
a) Model Sanggar Sastra
Sanggar sastra adalah sebuah wadah aktivitas sastra yang memiliki tujuan memberdayakan sastra. Sanggar sastra merupakan bingkai komunitas yang memiliki tujuan yang sama dengan berbagai aktivitas sastra. Aktivitas yang ada adalah mencipta, menampilkan, mengapresiasi, mengotak-atik, dan bereksperimen sastra. Dalam sanggar, seseorang dapat bertukar pikiran, ilmu, dan segala wawasan yang dimiliki. Siswa dapat saling berdiskusi, saling mengkritik, dan lain-lain demi meningkatkan kreativitas mereka dalam bersastra.
b) Model Worksop Sastra dan Bengkel Sastra
Worksop sastra adalah sejenis pelatihan yang banyak dilakukan oleh kaum akademisi yang bertujuan untuk menghasilkan karya yang optimal. Worksop sastra ini dirancang dan dikerjakan sebaik-baiknya, dalam tempo singkat, siswa telah mampu mencipta dan membaca sastra dengan baik.
c) Model Laboratorium Sastra
Melalui laboratorim sastra, kompetensi apa saja yang hendak dicapai akan lebih mudah karena siswa akan berkreasi sendiri dengan ditopang sejumlah sarana dan prasarana relatif lengkap.
d.) Model Pragmatik Sastra
Pragmatik akan berhubungan dengan ihwal fungsi sastra. Dalam wawasan pragmatik, kompetensi yang perlu ditanamkan kepada siswa adalah fungsi sastra sejalan dengan kondisi zaman.
e) Model Literature Based Thematic
Literature Based Thematic adalah model apresiasi sastra yang lazim dilaksanakan dalam pengajaran sastra dengan cara mengungkap makna. Model pengajaran ini berusaha menemukan refleksi tematik karya sastra.
Dengan berbagai model yang dapat diterapkan dalam pengajaran sastra, guru akan lebih mudah memilih dan menyesuaikan model pembelajaran yang sesuai dengan siswa yang menjadi objek pembelajaran. (Endraswara, 2003 : 85-195).
Puisi selalu terkait dengan emosi, pengalaman, sikap, dan pendapat-pendapat tentang situasi atau kejadian yang ditampilkan secara abstrak atau implisit (Altenbernd, dalam Endraswara, 2005:109). Oleh karena itu, pemahaman sebuah puisi juga memerlukan keterlibatan emosi, pengalaman estetis, dan intuisi-intuisi. Bekal semacam ini akan banyak menolong siswa untuk menikmati keindahan puisi.