Pondok Belajar

Sunday, May 07, 2017

Manajemen Perpustakaan Sekolah

Manajemen perpustakaan sekolah merupakan salah satu strategi penting untuk meningkatkan pengelolaaan administrasi perpustakaan dalam memberi pelayanan terhadap pencarian ilmu pengetahuan yang di butuhkan pelajar pada tingkatan dasar dan menengah. Manajemen perpustakaan sering dilupakan oleh para pemangku dan pengelola perpustakaan sekolah. 

Manajemen Perpustakaan Sekolah
Manajemen Perpustakaan Sekolah
Sudah menjadi rahasia umum bahwa masih banyak sekolah yang mengangap perpustakaan bukan elemen perioritas bagi proses pembelajaran dan pendidikan disekolah, sehingga perpustakaan sering ditempatkan pada ruang yang sempit seperti ruang UKS, gudang atau pojok-pojok gedung sekolah yang pengap sehingga mengurangi minat anak untuk untuk  membaca, bahkan untuk mengelolanyapun hanya mengandalkan sisa energi  dari sumber daya yang ada disekolah, serta manajemennya tidak tersusun dan terencana dengan baik. pada Intinya, kita melihat bahwa perpustakaaan masih belum digolongkan bukan bagian yang utama dalam proses akademik dilingkungan sekolah. 
Kondisi seperi ini tentu tidak dapat dibiarkan berlarut-larut, mengingat tanggung jawab besar disandarkan pada institusi pendidikan dasar dan menengah. Masyarakat dan berbagai organisasi mulai gerah terhadap kondisi yang terjadi. Sehingga mulai ada tuntutan agar perpustakaan benar-benar dimasukkan dalam elemen pengembangan pendidikan dan pembelajaran. Perpustakaan juga tempat pusat ilmu pengetahuan yang merupakan sumber pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan, untuk itu perlu diperhatikan manajemen perpustakaan dengan cara menempatkan staf yang profesional dalam bidang manajemen perpustakasan, karena staf pengelolaan perpustakaan merupakan kunci utama dalam kesuksesan sebuah perpustakaan, sehingga akan terciptakan perpustakaan yang  berdaya guna dan nyaman digunakan oleh siswa dan juga staf lainnya.

Bedasarkan standar nasional, perpustakaan harus mempunyai sumber daya manusia yang terdiri dari:

a. Kepala Perpustakaan
Kepala Perpustakaan adalah seseorang yang bertanggung jawabkepada kepala sekolah, harus memiliki kualifikasi pendidikan minimal diploma bidang ilmu perpustakaan dan imformasi, atau bidang ilmu lain yang sudah memiliki sertifikat pendidikan didang ilmu perpustakaandan imformasi dari lembaga pendidikan yang terakreditasi.

b. Tenaga Perpustakaan Sekolah
Tenaga Perpustakaan Sekolah adalah seorang yang merupakan tenaga teknis perpustakaan dengan klasifikasi mi nimal pendidikan sekolah menengah atas serta memperoleh pelatihan kepustakawanan dari lembaga pendidikan dan pelatihan yang terakreditasi. Kepala perpustakaan tersebut merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap perpustakaan. Jadi posisi kepala perpustkaan ini seharusnya memiliki kemampuan untuk mengelola sistem perpustakaan disekolah, memahami visi dan misi sekolah, dan serta memahami jenis kurikulum yang terapkan diperpustakaan sekolah tersebut. Disamping itu, tenaga perpustakaan harus mempunyai kemampuan teknis dalam bidang perpustakaan karena akan bekerja sama dengan kepala dalam melaksanakan pengelola perpustakaan. 

Sebenarnya siswa juga dapat dimanfaatkan perannya untuk membantu pelayanan di perpustakaan yang ada di sekolah. Hal ini merupakan bagian dari proses pembelajaran bagi siswa untuk menambah minat masuk perpustakaan disamping juga menambah wawasan bagi siswa tersebut dalam memperkaya iklmu pengetahuan. 
supaya keberlangsungan kegiatan perpustakaan tetap terjaga denagn baik, ada baiknya mencoba menjalankan hal-hal berikut:

1. Mengembangkan kemampuan professional bagi orang yang terlibat dalam pengelolaan perpustkaan sekolah. 
2. Memperhatikan kemampuan yang diperlukan dan prosedur yang dibutuhkan untuk mengelola perpustakaan secara efektif  dari perpustakaan yang sekedar bertahan hidup (tempat menambah jam pelajaran bagi guru yang tudak cukup di dapodik) menjadi perpustakaan yang benar-benar berjalan secara baik efisien dan bermanfaat bagi warga sekolah.
3. Mengembangkan kebijakan dan prosedur secar jelas dan terprogram dengan prinsip yang mengaktualisasi visi dari perpustakaan sekolah. 
4. Mampu memperlihatkan keterkaitan antara sumber informasi dan tujuan dan perioritas  sekolah, serta program-program untuk menunjang peningkatan kwalitas pengelolaan perpustakaan. 
5. Menunjukkan kemampuan dan peran melalui rencana manajemen yang terencana dengan matang dan efisien. Kemudian disusun payung (aturan-aturan) secara global baik dengan meujuk pada visi mis sekolah ataupun dengan mengunakan aturan tentang perpustakaan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah melalui undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Perpustakaan sekolah juga tidak luput diatur dalam UU tersebut yakni pada pasal 23 ayat 1-6 dinama diantaranya disebutkan bahwa setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan standar nasional pendidikan, mengembangkan koleksi yang mendukung kurikulum pendidikan, sekolah/madrasah mengoleksikan paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah. 

Dalam pasal 52 telah diatur tentang sanksi administratif yang akan dikenakan kepada lembaga penyelenggara perpustakaan sekolah/madrasah yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23. Kita tahu bahwasanya untuk tenaga perpustakaan disekolah sudah ada landasan hukumnya yang telah diatur oleh permendiknas RI No 25 tahun 2008 yaitu landasan hukum tentang standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah.  Komposisi menurut pendidikan pustakawan menentukan keberadaannya dalam pengembangan minat baca dan mutu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan pelajar misalnya pustakawan yang lulusan pariwisata, pustakawan ini bisa menyaring dan memilih buku menerangkan contoh buku berdasarkan spesifikasi pendidikan yang dimilikinya berdasarkan kecakapan dan kehlian dalam suatu bidang tugasnya. Menempatkan seseorang pada tempat yang tepat(the rigt man on the right place). Karena pengelolaan manajemen perpustakaan sekolah yang baik menyangkut dengan penyaringan dan pemilihan buku yang bermutu, sehingga kualitas koleksi buku yang ada terpelihara dengan baik dan tersusun dengan rapi. 

Adapun perencanaan pengadministrasian perpustakaan tersebut memerlukan strategi yang didalamnya terdapat perangkat proses aktifitas yang meliputi: 
1. Menginferitarisir jumlah judul buku sebagai bahan penyumbang kebutuhan akan bacaan terhadap komposisi perpustakaan.
2. Menganalisa ilmu yang terdapat dalam koleksi buku perpustakaan.
3. Menginfertarisir kekurangan yang berada dalam isi koreksi buku perpustakaan. 
4. Menganalisa kenyamanan ruang baca yang ada di perpustakaan.
5. Memberikan pelayanan yang baik kepada siswa atau pelajar baik dalam pinjam meminjam buku ataupun hanya sekadar bekunjung untuk membaca. 

Untuk menentukan pendekatan terhadap siswa atau pelajar, manajemen perpustakaan perlu mengindentifikasi kebutuhan pengembangan, menganalisis kebutuhan, mengdiagnosa masalah-masalah tantangan lingkungan perpustakaan. Menyangkut dengan pernyataan ini diperlukan pengadaan biaya, alat dan perlengkapan yang digunakan. Dimana hal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan suatu program pengembangan kualitas perpustakaan. Kemampuan intelektual memang merupakan aset penting untuk mencapai suatu misi atau tujuan tertentu, namun kemampuan intelektual saja tidak cukup karena manajemen perpustakaan memerlukan interaksi dengan lingkungan perpustakaan. Karena dalam menjalankan perpustakaaan juga harus mencakup perencanaan, pengujian evaluasi terhadap imformasi, penyampaian hasil dan penindak lanjutan hasil. 

Sebagaimana penjelasan manajemen perpustakaan sekolah adalah tentang penjabaran kegiatan untuk membantu pustakawan dalam melaksanakan pekerjaan secara efektif dan tanggung jawab atas pekerjaan mereka. Kecendrungan sekarang tujuan dan fungsi manajemen perpustakaan sekolah menegaskan bahwa perpustakaan mengevolusi pembelajaran yang dilakukan disekolah yang bersifat mandiri, bebas, selektif, analisis, objektif dan sistematis. Hal ini kedepan akan memberikan jaminan terbentuknya generasi yang terampil belajar sepanjang hayat dan mampu mengembangkan daya pikir agar mereka dapat hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab. 

Semua kegiatan yang terjadi terutama menyangkut pelaksanaan pekerjaan pustakawan perlu dikaji, untuk mengetahui seberapa baik kualitas pustaka sekolah. Kepala sekolah harus mengumpulkan imformasi dari pustakawan mengenai kualitas buku, susunan buku, tata cara peminjaman buku serta ruang baca yang baik sehingga terjadi umpan balik terhadap pelajar tingkat dasar dan menengah.

Wednesday, April 26, 2017

The Reasons of Educational Reformation in Indonesia

There are several significant reasons that indicate necessity of education reform. First, are education access and its implication for improving quality of life. As it is indicated in the contexts of education reform, Indonesia has not fully accomplished universal education at the primary and the secondary levels even though basic education has been improve to 9 years and made compulsory. 
The Reasons of Educational Reformation in Indonesia
The Reasons of Educational Reformation in Indonesia
The dropout rate for each Primary school is also high. The Government is concerned that children who are not enrolled in schools are not being equipped with the necessary skills and knowledge to be productive citizens in the knowledge age. Education has to support economic growth and promote sense of integration of Indonesian archipelago. In Indonesia, education plays an important role to increase individual income, therefore relevancy of education need to be improved. 
Second, is preparing young generation for the knowledge age. The Government recognizes that education is the most effective long-term solution to achieve national development and stability for the nation, to promote diverse local culture and customs by broadening common core elements in curriculum. In addition, education has to prepare young generation to participate in local, national and global economies. In order to prepare young generation to live in knowledge-based economy and democratic society, the youth should have more engagement in building new skills and attitudes needed for work and a social life in the knowledge. Consequently, reform on learning is crucial for providing a foundation for lifelong learning, character building, problem solving and critical thinking; and developing flexibility to manage change. Curriculum reform has to contribute to the foundations for a skilled workforce confident in its ability to compete in future global markets. 

Third, is the need to develop information technology (IT). Up to this moment Indonesia has yet not a clearly insisted on the use of information technology (IT) in its educational policy. The provision of computers and peripherals to schools and IT training for teachers and students are very limited. Because of the knowledge age, IT development has to become a national agenda for education reform despite of our scarcity of resources. 
Four, is implementation regional autonomy. Law of the Republic of Indonesia Number 22, 1999, concerning Regional Administration stipulates authority of the regions. Article 7, verse 1 of Law No.22, 1999, states that authority of regions includes authority in all governmental sectors, except authority in foreign policy, defense and security, the administration of justice, monetary and fiscal, and religious affair. The consequent of regional autonomy for education is a district-based education planning, management and quality assurances. This is not a simple shift from a centralized to a decentralized educational planning and practices. The government needs to provide a well-prepared and well-informed district-based education system.

Fifth, is improving madrasahs. The quality of Madrasahs or Islamic religious schools which is part of Indonesian national education system is, in general, lower than regular schools. Besides offering Islamic religious education, madrasahs also provide instruction based-on national curriculum. The national education system has to be reformed in order to include issues on madrasahs education which is held under the Ministry of Religious Affair (MORA). Finally is moral development. Fundamentally, education is about nurturing the whole person. A holistic education encompasses moral, cognitive, physical, social, and esthetic aspects of personal development. In the knowledge age the students need to learn how to be life-long learners, be independent thinkers and innovators. At the same time, students in Indonesia come from different ethnicity, local languages, cultures, customs and religions. They go to schools and share a common experience of growing up together, studying together, playing together, and singing the national anthem together. Although these are precious life experiences which help in building emotional ties, identification, and a sense of commitment to one another as Indonesian citizens, the student needs to value their differences and learn how to live together with their different interests. The development of moral education also needs to include aspects of clean government and good governance.

Pertaning with the strategy, it is could be described bellow:
There are nine strategies for implementation of education reform. These strategies are designed in order to realize educational vision, mission, and objective. The nine educational development strategies, namely the following:
1. The implementation of educational autonomy management, 
2. The Implementation of compulsory education, 
3. The development of competency based curriculum,
4. The implementation of open education system,
5. The improvement of professional development, 
6. The provision of educational school facilities and learning resources,
7. Fair and justice educational finance system 
8. Empowering community participation, and
9. The implementation of assessment and accreditation system which empower students for better quality of learning. 

Monday, April 24, 2017

The Demand on Teacher In Implementing KTSP and Kurikulum 13

The most important components in achieving educational objectives are the teacher, so teachers as the one who implement curriculum at the school level should understand the need of curriculum. The changing of curriculum always brings big implications to education, because it not only on how to create teaching activity effectively in the class, but also it includes the understanding of teachers in implementing the curriculum. 
The Demand on Teacher In Implementing KTSP and Kurikulum 13
The Demand on Teacher In Implementing KTSP and Kurikulum 13
The implementation of Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan anda Kurikulum Tiga Belas K.13 demands all of the involved components in this curriculum especially teachers to understand the concept of this curriculum clearly. Honestly, the success or failure the implementation of curriculum is depends on teachers’ ability in actualizes the curriculum in teaching concept. The ability of teaches is concerning with their understanding and skills to implement the curriculum. The demand of KTSP/K.13 on teachers will be described on the following section. 

First,  In developing KTSP/K.13, teachers are expected to understand student potential. They have to know what students have learned , their students' interests, motivations, possible alternative concepts, and different ways of thinking so that students are able to gain knowledge about what they learned. Teachers also need to know how  students to learn best. Teachers are also expected to discover how each student learns and performs and acts as a facilitator, motivator, and mediator in teaching. In the KTSP/K.13, teachers are expected to know about the ability and potential of students, at least cognitive, intelligence, creativity, and physical condition of students. In short the students' knowledge provides an important start of curriculum making which takes into account the class situation. It also provides the necessary conditions for obtaining a "Teach Less Learn More" teaching system that places a high emphasis on student understanding and learning. Besides Curriculum Development is based on the principle that students have a central position to develop the competence to become a man who believes and cautious to God Almighty. Noble, healthy, knowledgeable, competent, creative, independent and become a democratic and responsible society. To support the acquisition of curriculum, the development of curriculum is designed to refer to students' development foundations, needs and  interests of students along with environmental demands. That means that student-centered learning activities.

Second, teachers organizes syllabus and teaching materials, translate and modify the teaching material in the classroom situation. They transform teaching materials in the form of meaningful teaching experiences and meet the students' special needs. Most important of all is teachers need to identify key ideas (concepts, issues and themes) that highlight the specific topics of teaching materail. They also need to know the relationships between the unit and the progress involved in developing the idea so that the topic of teaching material are ablr to be understood by students. In the syllabus oraganizing, the teachers should cooperate with other elements of educational elements in modifying add, subtracting material based on school conditions. Mulyasa, (2008: 135)

Third, in terms of instructional designing, Teachers select materials and models through various teaching resources, and they are expected to plan meaningful and reliable student teaching activities. Curriculum development is run by involving elements of certain elements to ensure the relevancy of education to the needs of life, including social life, business world, and the world of work. Muslich, (2008: 11) says, furthermore, the development of individual skills, thinking skills, social skills, academic skills, and vocational skills is important. Teachers need to monitor the intraction with students in determining what is worthy of the experience.

Fourth, teachers create and maintain a classroom environment that is learner-centered and supports higher order thinking and independent learning. The curriculum was developed by taking into value the diversity of learners' characteristics, local conditions, levels and types of education, and respect and not discriminating against religious differences, ethnics, cultural, customs, socio-economic status, and gender. Muslich, (2008:11) states that the curriculum includes compulsory substance of components of the curriculum, local content, integrated development, and meaningful sustained arrangement among the elements.

Fifth, teachers need to know the contexts of their schools and the educational system. They cannot be concerned predominantly with action relating to how to teach specific topics; they must be concerned about policy issues as well. Curriculum enactment needs to be informed by their understanding of the issues and trends in the broader community and the context in which they work, and by the expressed ideas and concerns of parents, school administrators, and policymakers. 

Sixth, teachers need to understand the competence standard, In National Law Number 19 Year 2005, about National education standard, it mentioned a minimum standard about education system in whole of Indonesian. National education standard consist of content-standard, Process-standard, facilities-standard, management-standard, funding-standard, and education assessment-standard. 

Saturday, April 22, 2017

Cara Alami Mengobati Kaki Bengkak

Memiliki kaki yang sehat adalah hal yang diiginkan oleh semua orang, namun terkadang kita harus sering menjaga dan merawat kebersihan kaki kita. alasan ini disebabkan karena kaki merupakan salah satu anggota tubuh yang sangat vital bagi kita terutama dalam mendukung pergerakan aktifitas kita sehari-hari.
Cara Alami Mengobati Kaki Bengkak
Cara Alami Mengobati Kaki Bengkak
Banyak sekali kendala kita yang timbul ketika kita memiliki permasalahan dengan kaki, seperti terkilir, atau pada tingkatan fatal adalah mengalami patah tulang. Untuk sebagian orang yang mengalami penyakit diabetes, maka para penderita penyakit ini sangat dianjurkan oleh para dokter supaya mereka merawat dan menjaga kesehatan kaki mereka untuk tercegah dari terjadinya luka, karena jika kaki penderita diabetes luka dapat mengakibatkan kaki penderita harus di potong (amputasi). Amputasi tersebut dilakukan jika terjadi dalam skala yang sudah parah/akut, dan amputasi itu juga diambil sebagai tahapan penyelesaian terakhir oleh dokter. Untuk itu, ada baiknya menjaga kesehatan kaki supaya tetap bersih dan terawat terutama bagi penderita gula darah.
Pada kupasan kali ini saya akan membahas bagaimana cara alami untuk mengobati kaki bengkak yang terjadi baik pada salah satu kaki ataupun pada kedua kaki kita. sebelum membahas mengenai cara mengobati pembengkakan tersebut, terlebih dahulu saya akan mengambarkan dahulu penyebab secara umum terjadinya pembengkakan pada kedua kaki kita. adapun penyebab utama timbulnya pembengkakan pada kaki kita adalah sebagai berikut:

1. Posisi duduk yang lama ketika menempuh perjalanan.
pembengkakan pada kaki bisanya dialami oleh seseorang yang sedang menempuh perjalanan dalam skala jauh, karena kaki mereka tidak leluasa bergerak yang disebabkan oleh posisi duduk secara terus menerus di dalam kenderaan, maka aliran darah menjadi tidak lancar dan sebagai akibatnya munculah pembengkakan pada kedua kaki tersebut. Sebaiknya jika anda menguunakan sepatu dalam menenpuh perjalan yang relatif lama, ada baiknya jika kedua sepatu yang anda gunakan tersebut anda buka ketika berada di dalam kenderaan ini dimaksdkan supaya aliran darah yang tidak lancar tersebut tidak diperparah lagi oleh sepatu yang anda gunakan, hal ini terbukti bisa mengurangi terjadinya pembengkakan pada kedua kaki anda. Disamping itu juga usahakan untuk banyak minun air putih dan mengkonsusmsi makanan yang banyak mengandung cairan.

2. Akibat penyakit asam urat.
Bagi penderita penyakit asam urat tidak tertutup kemungkinan jika mereka juga akan mengalami pembengkakan pada kedua kaki mereka. ini bisa jadi disebabkan karena kadar asam urat tersebut sudah sangat banyak sehingga memicu tumbulnya pembengkakan pada kedua kaki mereka. cara efektif mengindari pembengkakan pada penderita penyakit asam urat adalah dengan mengurangi jenis makanan tertentu yang dapat memicu meningkatkan kadar asam urat didalam tubuh kita, seperti kacang-kacangan, jenis sayuran tertentu dan lain-lain sebagianya. Khusus bagi penderita asam urat sebaiknya hindari melakukan pijatan (mengurut) pada kaki yang mengalami pembengkakan tersebut, jika anda melakukan pijatan pada kaki yang mengalami pembengkakan yang diakibatkan oleh asam urat tersebut malah dapat membuat kaki anda semakin bengkak dan akan semakin sakit.   

3. Penderita stroke.
Nagi penderita stroke, sangat besar kemungkinana bagi mereka untuk mengalami pembengkakan pada kedua kaki mereka, ini jelas sekali erat kaitannya antara stroke dan timbulya pembengkakan kaki. Anda pasti tahu jika penderita penyakit stroke mereka pasti lebeih banyak menghabiskan masa mereka di kuris roda, maka jelas sekali dengan posisi duduk yang lama akan semakin besar kemungkinan timbulnya pembengkakan pada kaki penderita stroke. Untuk menghindari pembengkakan kaki pada penderita stroke, ada baiknya mereka untuk tidak di biarkan berlama-lama duduk di kursi roda, sekali-kali selingi dengan berbaring ataupun memapah (menuntun) penderita stroke  untuk berjalan jalan.

Cara Menobati pembengkakan kaki 
Jika anda salah satu dari penderita yang mengalami pembengkakan pada kedua kaki anda yang disebabkan oleh salah satu penyebab di atas atau boleh jadi disebabkan oleh hal lainnya, maka jangan risau disini saya akan memberikan cara yang sangat sederhana dan alami untuk mengobati pembengkakan pada kaki anda tersebut. Adapun bahan yang anda perlukan adalah sebagi berikut:

Bahan yang diperlukan:
1. Air putih
2. Ragi

Cara pembuatan dan penggunaanya:
Sebagaimana simpelnya bahan  yang diperlukan, maka cara/proses pembuatanyapun sangat sederhana. Ambil sedikit air putih sekitar tiga sendok ataupun secukupnya lalu basahi ragi tersebut secara merata hingga kelihatan agak lembek. Kemudian hancurkan ragi tersebut sampai merata dengan mengunakan sendok ataupun alat lainya sehingga mirip dengan adonan kue. Setelah ragi tersebut diaduk hingga merata lalu oleskan ragi tersebut pada kaki anda yang mengalami pembengkakan tersebut, sebaiknya ragi ini dioleskan ketika menjelang tidur sehingga keesokannya anda akan melihat hasil dari pengobatan ini. Satu hal yang harus diperhatikan adalah jika kedua kaki anda sudah mengalami pembaikan alias pembengkakannya sudah tidak kelihatan lagi maka anda harus menghentikan pengolesannya, dan jangan dilajutkan lagi. Obat ini hanya digunakan pada saat anda mengalami pembengkakan saja jangan diteruskan jika sudah pulih, karena begitu pesan dari orang yang mangajurkan pengobatan ini. Ingat ini harus benar-benar di taati karena begitu pesanya he he he. 

Sekian gambaran singkat mengenai cara alami mengobati penyakit pembengkakan pada kaki, semoga cara ini bisa menjadi alternative yang terbaik disamping juga alami untuk mengobati penderita yang mengalami pembengkakan pada kedua kaki mereka, dan banyak sekali penderita dari pembekakan ini sembuh dengan ramuan simpel ini, begitu juga bagi anda yang sedang mengalami pembengkakan pada kaki, semoga bermanfaat adanya, dan terimakasih karena sudah berkunjung selamat mencoba dan sukses selalu
wassalam


Friday, April 21, 2017

Pengertian dan Konsep Pembelajaran E-Learning

Istilah E-Learning memiliki pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi E-Learning dari berbagai sudut pandang masing-masing.  Salah satu definisi yang sangat populer dan diterima secara umum adalah dari definisi dari E.Hartley yang menyatakan:
 
Pengertian dan Konsep Pembelajaran E-Learning
Pengertian dan Konsep Pembelajaran E-Learning
“e-Learning merupakan sebuah proses belajar mengajar yang yang disampaikan kepada pelajar dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain”.
Learn Frame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa:e-Learning adalah suatu sistem pendidikan yang menggunakan media elektronik untuk mendukung proses belajar mengajar dengan sarana/media Internet, jaringan komputer,ataupun komputer standalone.
Dari berbagai definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan sarana teknologi dan informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai  Learning atau sering disebut distance learning ( David Hawkridge). Jadi jelas sekali jika sistem pembelajaran e-leraning tersebut sudah banyak digunakan dalam pembelajaran disekolah dewasa ini, meskipun belum mencakupi semua seklah dan semua tingkatan pendidikan. Untuk tingkatan sekolah, sistem pembeljaran yang mengunakan konsep e-leraning sudah mulai memasuki sekolah sekolah tertentu meskipun masih pada tahap yang paling dasar, dalam artian masih sangat terbatas dan masih sangat sederhananya baik dalam segi perlengkapan saran e-leraning maupaun dalam segi penggunaannya (penerapan) di sekolah. Sebenarnya, dalam masa era globalisasi ini sebaiknya pola penerapan pembelajran dengan menggunkan e-leraning ini harus sudah berjalan secara keseluruhan di semua unit pendidikan (dengan menyesuaikan penggunaanya menurut tingkatan pendidikan tersebut). Untuk tingkatan pendidikan menegah dasar dan atas sebaiknya penerapan ini harus sudah cukup maksimal mengingat di berbagai negara maju pola pendidikan yang mengunakan konsep pembelajaran e-elarning i i sudah bukan hal yang baru lagi.

ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pihak penyeleggaraan pendidikan karena disamping masih terbatasnay sarana dan prasaran pendukung penerapan model pembelajaran e-leraning ini, juga masih sangat minimnya kecakapan ataupun kemampuan guru dalam menggunakan fasilitas pembelajaran yang mengusung konsep pembelajaran e-learning ini. Jujur saja masih sangat banyak sekali sekolah khususnya di pedesaan yang jauh dari perkotaan yang tidak memiliki saran pembelajaran e-learning ini. Bahkan kita masih menemukan sekolah-sekolah yang belum memilki ases internet di tempat ,mereka. padahal kita tahu dan sadar jika konsep pembelajaran e-learning ini sangat memudahan guru dan siswa dalam mengakses berbagai ilmu pengetahuan disamping juga sangat menyenangkan bagi para siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Jadi untuk mengatasi hal tersebut sudah saatnya pihak pemeritah dalam hal ini baik pemerintah pusat ataupun pemerintah derah untuk mencari jaln yang terbaik supaya permasalahan tersebut terselesaikan hendaknya sehingga mutu pendidikan akan lebih bagus kedepan nantinya.
 
e pada e-Learning tidak hanya singkatan dari electronic, tetapi bisa juga dikatakan sebagai experience (pengalaman), extended (perpanjangan), expended (perluasan).

Ciri-ciri utama dari e-Learning adalah:
a) e-Learning adalah Jaringan(network), yang menggunakan materi ajar (bahan belajar) untuk dipelajari, disimpan dan disebarkan secara terbuka kepada pengguna melalui teknologi terkini.

Keuntungan menggunakan e-Learning diantaranya adalah sebagai berikut
Mempercepat waktu proses belajar mengajar Menghemat biaya dalam bentuk perjalanan. Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku) dismaping juga dapat menjangkau wilayah geografi yang lebih luas. Menggalakkan pembelajaran sendiri dan lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan disamping juga mendoronga siswa untuk dapat Mengikuti perkembangan– perkembangan terakhir baik dunia pendidikan maupaun di bidang lainnya. Siswa dapat belajarn secara mandiri tidak hanya tergantung pada meteri ajar yang di djarkan oleh tenaga pendidik di sekolah, tetapi mereka dapat mengakses semua bahan atau materi ajar tersebut sendiri, sehingga memudahkan mereka untuk dalam menyelesaikan segala persoalan yang ada dalam materi ajar bersama dengan guru mereka disekolah. Jadi konsep ini sangat bertentangan dengan konsep jika seorang pendidik tersebut lebih tahu dan paham dari perseta didik. Dengan adanya konsep pembelajaran ini seorang tenaga oendidik juga akan mengambil bagian dalam mengakses semua sumber ajar sehingga tidak salah dalam menanggapi semua pertanyaan yang di tanyakan oleh peserta didik di sekolah.

Sejarah singkat tentang perkembangan e-Learning dari masa ke masa adalah seperti di bawah:

Pada tahun 1990: CBT (Computer Based Training) Era dimana mulai kemunculan aplikasi e-Learning yang berjalan dalam PC standalone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM.

Pada tahun 1994: Paket-Paket CBT : Seiring dengan mulai diterimanya CBT oleh masyarakat, sejak tahun 1994 muncul CBT dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.

Pada tahun 1997: LMS (Learning Management System) : Seiring dengan perkembangan teknologi internet di dunia, masyarakat dunia mulai berhubung dengan Internet. Adapun Perkembangan LMS yang semakin pesat tersebut jelas ini membuat pemikiran baru dalam mengatasi masalah interoperability antara LMS yang ada dengan suatu standar terrtentuAdapun Standard yang muncul misalnya adalah standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Committee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE,
dsb.

1999: Aplikasi e-Learning Bebasis Web : Perkembangan LMS menuju ke aplikasi e-Learning berbasis Web secara keseluruhan, baik untuk pelajar (learner) maupun pengajar. LMS mulai digabungkan dengan portal yang menhubungkannya keseluruh dunia.

Beberapa media yang digunakan dalam e-learning:
Adapun jenis media (fasilatas) yang digunakan dalam mendukung proses pembelajaran dengan mengunakan konsep pembelajran E-Learning ini adalah sebagi berikut:

Internet
Intranet
Ekstranet
CD ROM
Video Tape
DVD
TV e-du
Handphone
PDA

Cara Mengupdate Blog Supaya Up to Date

Memiliki blog yang selalu dikunjungi oleh banyak vistor adalah impian semua para blogger, apalagi jika memiliki grafik trafic pengunjung yang terus meningkat dari hari kehari. Berikut ini saya akan menyajukan beberapa tips yang saya dapatkan dari pengalaman pribadi atau yang biasa saya lakukan ketika ada waktu sengggang tepatnya saat tidak ada topik untuk saya posting di blog saya. Tulisan singkat ini semoga bisa bermanfaat 
Cara Mengupdate Blog Supaya Up to Date
Cara Mengupdate Blog Supaya Up to Date
bagi yang baru menggunakan blog alias baru terjun kedunia blogging. Karena bagi saya menjaga blog untuk tetap up to date itu merupakan tanggung jawab kita, jadi tidak hanya membuat tulisan tetapi juga memelihara blog tersebut dengan terus selalu menga up datenya. 
Dan ini semua juga sangat tergantung kehobian dari kebiasaan kita dengan sering berpetualang di dunia internet.
Adapun cara meng up date blog tersebut secara sederhana adalah sbb:

1. Komentar, fitur yang satu ini akan sangat menunjang aktifitas kita dalam meng-update blog, maka jika anda mempunyai blog maka jangan sungkan-sungkan untuk membuka format memberi komentar dengan tujuan untuk memberi kemudahan bagi pengunjung blog untuk berkomentar tentang artikel yang dispoting pada blog kita. disamping memudahkan penggunjung antuk bertanya, kolom kometar ini juga memberikan manfaat buat kita para blogger karena sebagian pengunjung ada yang memebrikan saran-saran tertentu mengenai kwalitas blog kita, sehingga mita bisa memperbaiki kelemahan-kelamahan blog untuk meningkatkan SEO.

2. Letakkan email pribadi pada blog kita. Dengan meletakkan email pada blog pribadi dengan memberi judul ‘contact us’, ‘contact me’ atau ‘email saya’dll, ini dimaksudkan supaya pengujung yang ingin menghungi kita bisa langsung ke email pribadi kita, baik mengnai tawaran iklan atau yang bersifat lainnya. 

3. Melalukan blog walking, Sering-seringlah mengunjungi blog teman, tiap hari saya selalu mengunjungi blogger orang lain, dan jangan lupa memberi komentar diblog yang kita layari dengan tulisan tolong brows ke blog saya atau tidak, pasti saya kunjungi dan membaca posting mereka, dan ini dapat memberikan ide tertentu buat kita untuk meningkatkan kwalitas blog yang kita miliki.

4. Browsing, ini tentunya merupakan cara yang pasti sudah banyak dipraktekan oleh para blogger karena hal ini juga sangan membantu. Ingat jika anda terdaftar sebagai penayang Google Adsense, sebaiknya hindari untuk sering browsing laman blog anda sendiri, karena bisa berakibat buruk bagi akun adsense anda.

5. Arsip, cek posting-posting sebelumnya yang menurut anda paling banyak diminati, kemudian buat lanjutannya dengan ide-ide baru supaya blog anda dipenuhi tulisan baik opini ataupun karangan biasa yang kira-kira bermamfaat bagi orang lain. Dengan mengetahui postingan artikel yang paling banyak di kunjungi ini kita bisa memiliki ide lain untuk menulis dengan mengakitkan ataupunpun menperluas kembali artikel tersebut supaya artikel postingan kita akan semangkin banyak dikunjungi.  

6.  Jangan lupa mendaftarkan laman web/blog anda pada Google webmaster  untuk memeparcepat proses index baik laman web anda maupun konten yang telah anda posting. Untuk bagian yang satu ini jagan sampaikan terabaikan karena dengan terdaftarnya blog kita di google webmaster maka dengan secara otomatis blog kita akan dirayapi secara teratur oleh google, sehingga proses index kita di google pun akan semakin capat dan akurat. Bukankah ini yang sangat dikehendaki oleh para blogger, jika semua para blogger menginginkan suapay semua postingan artikel mereka dapat di diindex oleg mesin pengindex google. Namun itu bukan jaminan jika dengan mendaftarkan blog sobat ke google web master  maka semua artikelnya kan di dindex google, harus dipahami bahwa untuk terindex cepat di google anda harus menulis ataupun memposting artikel yang unik yang jelas-jelas hasil karya sendiri bukan hasil dari mengkopy paste tulisan artikel orang lain. Mengapa artikel hasil plagiat tidak dapat terindex oleh google, ini semua disebabkan karena robot perayap mengindetifikasi kesamaan teks postingan sobat dengan postingan orang lain. Ingat itu

7.Sebagai tahapan terakhir dari cara meng update blog ini, jangan lupa mendaftarkan ulr laman we/blog anda termasuk juga setiap postingan yang baru dibuat ke Google submit Url, ini dimaksudkan supaya semua postingan artikel sobat akan terindex dengan cepat di mesin pencarian google, anda sendiri boleh mencoba untuk membuktikannya sendiri. caranya adalah coba anda submit salah satu url postingan artikel terbaru yang telah sobat buat ke google submit url, kemudian anda coba masuk ke google search dengan terlebih dahulu masuk di www.google.com, setelah itu coba anda pastekan url yang telah sobat submit tadi lalu lihat hasilnya. secara otomatis url tadi langsung bertebgger di nomor satu mesin pencarian google, walau baru diposting semenit yang  lalu. Jadi ini sangat penting untuk diperhatikan oleh para blogger supaya artikel dapat terindex dengan sempurna di google webmaster.    

cukup sekian saja tulisan singkat ini, semoga ada manfaatnya buat anda semua terutama yang masih newby dan terakahir terimakasih atas kunjungannya. 
SELAMAT MENCOBA

Wednesday, April 19, 2017

Historical Background on Indonesian Educational Reform

A. Historical background on Indonesian education reform
The present system of educational reform and practice cannot be detached from its historical contexts. The development of Indonesian modern people is intermingled by the restoration efforts in replacing the loss of valuable traditional values, gaining national economy and developing science and technology. In this position the process of educational reform is a complex one. 
Historical Background on Indonesian Educational Reform
Historical Background on Indonesian Educational Reform
The main priority for the educational reform is validation because of the heterogeneous local conditions. Infrastructure and economic development are unevenly distributed. Some interiors especially of eastern islands of Indonesia are still living in the very poor conditions; therefore implementation of unified centralized solutions in educational reform will vary in different areas. 
Historically, prior to the rule of Europeans, education for people throughout the archipelago was relatively simple. Children learned from parents or their elders to gain the practical skills needed to survive. Cultivating fields, weaving cloth, and building houses, cooking, and catching fish are examples of the skills, which had been learned by the children without formal instructions. but, a very highly specialized teaching materiasls  were given to children of the aristocracy to instruct them in dancing, music, religion and traditional leadership. Education mutated from domestic practices for peasantry to the more structured padepokan (non-religious learning center) in parallel with court education for royal families. In the steps  these systems would combined with the Islamic elements shifted as padepokan to become pesantren (Islamic boarding school) and Christian schools. Later on, Indonesianisation was introduced by encouraging the use of the Indonesian language. And This whole legacy of history contributes to the rich contexts of the present educational system.
Educational reforms in Indonesia from 1947 up to 1977 were closely linked to social and political reasons in the reaffirmation of inculcating ideology and beliefs. The first educational planning was designed in 1947, this planning was further revised in 1952. The reform was aimed at meeting the need of a newly independent country and a rural society. Developing patriotism became the priority in this planning. The explanation of natural phenomenas, cultivation of aesthetics and eradication of superstition and violence were among the goals of primary education. The system functioned to inculcate particular values and beliefs thus; the development of science and technology had less concentrated.

The emphasis on national ideology was concentrated in the sixties. The reform was predominated by political disturbance situations. The development of citizenship ideals and values of Pancasila were the main interest in the 1964 curriculum reform. The development of Bahasa Indonesia as a national language and the preservation of Indonesian heterocultures situation were also emphasized. A bias of curriculum materials was recognized not only related to colonial heritage, but also to remedy an impact of Java centrism (Jasin, 1987). Four years later, at the 'new-order' government, the emphasis on ideology was more significant. Developing 'Pancasila identity' became the priority in the curriculum of 1968. Focus of the curriculum was meeting the need of rural society, recognition of the paramount importance of vocational skills and further education.

In 1975, curriculum reform placed the significance of science and technology development. This reform resulted in the 1975 curriculum, which was the most overloaded and overdose, heavy lesson content  and very objective exams oriented. These influenced by instructional design paradigm, which heavily relies on objectives, instruction and evaluation. On the 1984 reform attempted to simplify all of them. The recent reform of 1994 incorporates technology through problem-solving, critical thinking, and inquiry skills into classroom practice. In this reform nine years compulsory basic education is implemented and the importance of human resource development as an economic actor is emphasized. 
B. Contexts of Education Reform 

Through years of effort, Indonesia has achieved almost compulsory of education at the primary level (six years). At present, about 94.4 % (28.3 million) of the age cohort is enrolled in national primary schools. The enrollment number, however, is low for junior secondary school (54.8% or 9.4 million), much lower for senior secondary school (31.5% or 5.3 million), and very low for tertiary education (11.6% or 2.9 million). 

In addition, support and services for early childhood education are still limited. There are about 11.3 million children of 4-6 years of age that need to be supported to have pre-primary education. The delay on early childhood education development would deny the quality improvement of human resources.
Data on special education indicates that support on this group has to be enhanced. Furthermore, data on non-formal education shows that about 17 million people are functional illiterates and about one million of children age 7-12 years is drop outs from primary schools.

The problem of Indonesia National Education System is also evident from a number of recent international studies and comparisons. Indonesia's 12- and 13-year old students has very low performance (Number 32 for science and 34 for mathematic) in Mathematics and Science in the Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) that participated by 41 countries. 

C. Reasons for Reform
There are several significant reasons that indicate necessity of education reform. 

First, are education access and its implication for improving quality of life. As it is indicated in the contexts of education reform, Indonesia has not fully accomplished universal education at the primary and the secondary levels even though basic education has been improve to 9 years and made compulsory. The dropout rate for each Primary school is also high. The Government is concerned that children who are not enrolled in schools are not being equipped with the necessary skills and knowledge to be productive citizens in the knowledge age. Education has to support economic growth and promote sense of integration of Indonesian archipelago. In Indonesia, education plays an important role to increase individual income, therefore relevancy of education need to be improved. 

Second, is preparing young generation for the knowledge age. The Government recognizes that education is the most effective long-term solution to achieve national development and stability for the nation, to promote diverse local culture and customs by broadening common core elements in curriculum. In addition, education has to prepare young generation to participate in local, national and global economies. In order to prepare young generation to live in knowledge-based economy and democratic society, the youth should have more engagement in building new skills and attitudes needed for work and a social life in the knowledge. Consequently, reform on learning is crucial for providing a foundation for lifelong learning, character building, problem solving and critical thinking; and developing flexibility to manage change. Curriculum reform has to contribute to the foundations for a skilled workforce confident in its ability to compete in future global markets.

Third, is the need to develop information technology (IT). Up to this moment Indonesia has yet not a clearly insisted on the use of information technology (IT) in its educational policy. The provision of computers and peripherals to schools and IT training for teachers and students are very limited. Because of the knowledge age, IT development has to become a national agenda for education reform despite of our scarcity of resources.

Four, is implementation regional autonomy. Law of the Republic of Indonesia Number 22, 1999, concerning Regional Administration stipulates authority of the regions. Article 7, verse 1 of Law No.22, 1999, states that authority of regions includes authority in all governmental sectors, except authority in foreign policy, defense and security, the administration of justice, monetary and fiscal, and religious affair. The consequent of regional autonomy for education is a district-based education planning, management and quality assurances. This is not a simple shift from a centralized to a decentralized educational planning and practices. The government needs to provide a well-prepared and well-informed district-based education system. 

Fifth, is improving madrasahs. The quality of Madrasahs or Islamic religious schools which is part of Indonesian national education system is, in general, lower than regular schools. Besides offering Islamic religious education, madrasahs also provide instruction based-on national curriculum. The national education system has to be reformed in order to include issues on madrasahs education which is held under the Ministry of Religious Affair (MORA).

Finally is moral development. Fundamentally, education is about nurturing the whole person. A holistic education encompasses moral, cognitive, physical, social, and esthetic aspects of personal development. In the knowledge age the students need to learn how to be life-long learners, be independent thinkers and innovators. At the same time, students in Indonesia come from different ethnicity, local languages, cultures, customs and religions. They go to schools and share a common experience of growing up together, studying together, playing together, and singing the national anthem together. Although these are precious life experiences which help in building emotional ties, identification, and a sense of commitment to one another as Indonesian citizens, the student needs to value their differences and learn how to live together with their different interests. The development of moral education also needs to include aspects of clean government and good governance. 


Tuesday, April 18, 2017

Hakikat dan Tahapan Menulis

Secara umum, Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu jenis keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tulisan (non verbal), dimana aktifitas ini tidak berlangsung secara tatap muka layaknya sebagaimana aktifitas lisan berlangsung. Sebagai salah satu keterampilan dalam aspek berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang bersifat mengungkapkan, maksudnya mengungkapkan gagasan, buah pikiran dan/perasaan kepada pihak atau orang lain (pembaca). Oleh karena itulah, menulis  merupakan  suatu  kegiatan produktif  dan  ekspresif    (Henry Guntur Tarigan,1993: 4).

Hakikat dan Tahapan Menulis
Hakikat dan tahapan dalam Menulis
Menulis merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat ekspresif, produktif dan kreatif, oleh karena itu menyaratkan sesuatu yang lebih kompleks dari pada membaca (Yant Mujiyanto,dkk 2000: 64). Kita tahu bahwa, keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif adalah keterampilan berbicara (verbal). Namun menulis berbeda dengan berbicara, kalau dalam berbicara orang (pembicara) menggungkapkan pesan komunikasi (gagasan, pikiran dan perasaan) dengan bahasa lisan, sehingga berbicara disebut keterampilan berbahasa aktif produktif  lisan, sedang dalam menulis orang (penulis) mengungkapkan pesan komunikasi dengan bahasa tulis. Pendapat lain menyatakan bahwa menulis merupakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam lambang-lambang bentuk bahasa (M. Atar Semi, 1990: 8)
Budaya menulis sungguh menempati kedudukan yang begitu sentral dalam kehidupan modern yang intelektualistis (Yant Mujiyanto dkk, 2000: 76). Tanpa budaya tulis menulis, arus komunikasi dan informasi akan terputus, perkembangan ilmu pengetahuan dan alih teknologi serta penyebarluasannya akan menjadi terhambat. Memang, budaya menulis dan baca-membaca bukanlah satu-satunya media komunikasi dan saka guru peradaban serta alat pengantar kehidupan ilmiah dan IPTEK. Di samping budaya menulis, orang masih bisa berkomunikasi antar sesamanya untuk mengembangkan potensi diri lewat jalur lisan. Namun perbedaan antara berbicara dan menulis tidaklah sekedar bahwa yang satu bersifat lisan dan yang satu lagi bersifat tulis. Perbedaan keduanya terdapat dalam proses pelaksanaannya. Dalam berbicara orang berkomunikasi secara langsung dan bertatap muka dengan lawan bicaranya, sedang dalam menulis penulis berkomunikasi secara tidak langsung dengan tidak tatap muka tetapi orang yang ada hanya dalam bayangannya (Henry Guntur Tarigan, 1993: 12).

Keduanya, budaya lisan dan budaya tulis sama-sama penting adanya. Masing-masing pun memiliki keunggulan dan kelemahan. Ungkapan lisan bersifat langsung, kecuali jika lewat media elektronik. Oleh karena itu, bisa lebih akrab dengan komunikan, bisa diselingi tanya jawab, bisa dibuat intonasi dan akting. Ekspresi lisan memungkinkan audiens menatap wajah dan medengarkan suasana komunikator serta lebih bersifat praktis. Sementara itu, budaya tulis memiliki keunggulan cukup banyak ekspresi tulis lebih bisa di pertanggungjawabkan secara ilmiah, di sisi lain tulisan tidak mutlak terpancang ruang dan waktu.

Dalam menggungkapkan diri secara tertulis, seorang pemakai bahasa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mempersiapkan dan mengatur diri, baik hal apa yang diungkapkan maupun bagaimana cara mengungkapkannya. Pesan yang perlu diungkapkan dapat dipilih secara cermat dan disusun secara sistematis, apabila diungkapkan secara tertulis mudah dipahami dengan tepat. Demikian pula pemilihan kata-kata dan penyusunanya dalam bentuk wacana yang dapat dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar. Baik menulis maupun berbicara harus memperhatikan komponen yang sama, yaitu struktur kata/bahasa, kosa kata, kecepatan/kelancaran dalam berbahasa (Henry Guntur Tarigan,1993 :12). Biasanya dalam setiap tulisan pasrti terkandung ide sang penulis untuk disampaikan kepada orang lain (pembaca). Ketika dalam menyampaikan ide, penulis harus mampu mencari kata bahasa yang dapat dimengerti orang lain, baik dari sisi urutan kata-kata maupun betuk kalimat. Dengan begitu pengetahuan penulis (dalam hal ini siswa) dapat dipahami orang lain (pembaca).

Agar tulisan tersebut dapat dipahami oleh pembaca, penulis perlu memperhatikan keefektifan strukturnya. Harus dipahami bahwa ciri tulisan yang efektif adalah harus mengandung unsur-unsur: jelas, singkat, tepat, koheren serta aliran logika lancer, Artinya, dalam tulisan itu tidak perlu menambahkan hal-hal di luar isi pokok tulisan, tidak mengulang-ulang yang sudah dijelaskan (redundant), tidak mempunyai arti ganda (ambiguous) dan paparan ide pokok didukung oleh penjelasan dan simpulan. Untuk itu, setiap Ide-ide pokok tersebut harus saling berkaitan, dan mendukung ide utama sehingga seluruh bagian tulisan merupakan kesatuan yang saling berhubungan atau bertautan (kompleks).
Demikianlah,aktivitas menulis mau tidak mau harus mempertimbangkan penerimaan pembacanya. Oleh kerena itu, menulis sebenarnya bukan merupakan perbuatan asal saja: menulis asal menulis atau sekedar menuliskan deretan kata (Calderonello&Edwars dalam Henry Guntur Tarigan.1993: 5). Kita dapat mendefinisikan jika, Menulis dalam arti yang sebenarnya merupakan aktivitas menghasilkan tulisan/karangan/wacana tulis yang jelas, sistematis dan mengena (efektif). Oleh karena itu menulis bukanlah aktivitas instan. 

Berdasarkan hakikat menulis di atas dapat disimpulkan bahwa menulis tidak hanya sekedar sebuah proses atau aktivitas dengan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang atau grafik untuk menuangkan segenap ide-idenya ke dalam tulisan secara jelas dan sistematis sehingga pesan yang disampaikan oleh penulis dapat diterima oleh pembacanya.

2. Tahapan-tahapan Penulisan
Kita pahami bahwa didalam aktifitas menulis terdapat beberapa tahapan-tahapan penulisan, meliputi tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi (Sabarti Akhadiah dkk, 1996: 2-5). Ketiga tahap penulisan itu menunjukkan kegitan utama yang berbeda. Dalam Tahap Prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yang mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan penulisan itu. Dalam Tahap Penulisan yang harus dilakukan adalah mengembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian. Sedangkan dalam Tahap Revisi yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali yang telah ditulis, memperbaiki, mengubah bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi. Menurut Sabarti akhadiah,dkk (1996: 2-5) Tahap-tahap yang harus dilalui dalam menulis meliputi;

a. Tahap Penulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, dimana di dalamnya mencakup beberapa langkah-langkah kegiatan jika menulis karangan meliputi;
1) Menentukan Topik
Ini berarti seorang penulis menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan. Penjebaran dar topik ini dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu, pengalaman dan pengamatan. Seorang penulis dapat menulis tentang pendapat, sikap dan tanggapan sendiri atau orang lain atau tentang khayalan/imajenasi yang dimilikinya. Dalam menentukan topik karangan harus selalu mengenai fakta.
2) Membatasi Topik
Membatasi topik berarti mau menpersempit/memperkecil lingkup pembicaraan. Jadi supaya mempermudah pembahasan suatu objek maka digunakan gambar, bagan, diagram atau cara visualisasi lainnya. 
3) Menentukan tujuan penulisan
Dengan menetukan tujuan penulisan kita tahu apa yang akan dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa yang diberkakukan.
4) Menentukan bahan penulisan
Yaitu semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai data penulisan.
5) Membuat kerangka karangan
Penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan terakhir pada tahap persiapan/prapenulisan.

b. Tahap Penulisan
Pada tahap ini penulis membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka yang disusun. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Dalam hal ini penulis harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan. Ini berarti bahwa penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif selanjutnya kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi paragraf persyaratan dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai tanda baca yang digunakan secara tepat.

c. Tahap Revisi
Sebuah tulisan perlu dibaca kembali pada tahap ini, pada tahap ini biasanya penulis meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi syarat maka selesailah tulisan kita.