Sutedjo dan Kasnadi (2008: 50) mengungkapkan langkah-langkah praktis menulis puisi dengan mempertimbangkan berbagai unsur pembangun yang ada. Semakin kreatif pembelajar dalam menapaki langkah-langkah tersebut, tentunya semakin cepat dan mudah pula untuk mampu menuliskannya. Adapun langkah langkah praktis menulis puisi secara umum adalah sebagai berikut.
Belajar Menulis Puisi |
a) Pemilihan aliran
Dikenal banyak sekali aliran dalam sastra Indonesia, misalnya: realisme, naturalisme ekspresionisme, idealisme, romantismedan sebagainya. Jika penyair bertindak sebagai “juru potret” kehidupan, maka penyair tersebut masuk ke dalam aliran realismetetapi jika penyair memilih mengekspresikan kejiwaan dan pikirannya, maka penyair tersebut tergolong penyair dengan aliran ekspresionisme.
(Baca Tehnik Tehnik Kreatif Dalam Menulis Puisi)
(Baca Penerapan Model Pembelajaran Sanggar Sastra dalam mengapresiasi Puisi)
b) Pemilihan tema
Seorang penyair sering kali mengangkat tema dalam ekspresi kepenyairannya. Tema dalam kepenulisan puisi menunjukkan masalah apa yang diangkat dalam puisi. Tema yang sering diangkat menjadi sebuah puisi, misalnya: politik, sosial, adat, keagamaan, keluarga, nasionalisme, cinta dan remaja, idola, dan sebagainya.
c) Penentuan jenis puisi
Puisi terdiri dari berbagai jenis, misalnya: puisi kamar, puisi pamfletis, puisi hymne, puisi ode, dan sebagainya. Oleh karena itu, penyair perlu memperhatikan jenis puisi yang cocok dengannya.
d) Pencarian ide (ilham)
Pengalaman para penyair dalam memperoleh ide (ilham) ini beragam. Misalnya: melalui perenungan, membaca puisi karya orang lain, mengamati realitas sosial, menonton film, membaca berita, mengamati lingkungan sekitar, pengalaman pribadi, dan sebagainya.
e) Mengeramkan ide (inkubasi)
Ibarat telur, ide (ilham) butuh ditetaskan. Oleh karena itu sebelum ditetaskan maka ide tersebut perlu melalui proses inkubasi atau pengeraman. Tahap ini merupakan tahap persiapan untuk mewujudkan ide atau gagasan yang telah dikandung, melintas-lintas, atau ide-ide yang selalu membayangi. Inkubasi akan dapat “menetaskan” karya dengan kematangan umur yang dapat dibanggakan.
f) Pemilihan diksi (kata) yang padat dan khas
Kata-kata dalam puisi ibarat roh mutiara yang akan memantulkan cahaya estetis yang penting untuk dipahami. Oleh karena itu, kata-kata yang digunakan dalam sebuah puisi tentunya bukan kata-kata biasa, tetapi kata-kata khas, padat, dan bermakna. Untuk itu, kata-kata dalam puisi biasanya bersifat konotatif (gramatik), kias, bahkan simbolik.
g) Pemilihan permainan bunyi
Salah satu sarana untuk mewujudkan citraan (imagery) penyair adalah penggunaan bahasa puitis dengan mengandalkan permainan bunyi. Aspek
bunyi ini seringkali mendominasi penulisan puisi. Pengunaan bunyi juga dapat memberikan gambaran citraan terhadap pembaca.
h) Pembuatan larik yang menarik
Larik yang menarik dalam puisi biasanya banyak menggunakan permainan bunyi, baik rima maupun pilihan kata. Biasanya permainan bunyi ini dimaksudkan untuk menciptakan nada dan suasana dalam puisi sehingga akan tampak sikap penyair di dalam puisi yang ditulisnya.
i) Pemilihan pengucapan
Cara pengucapan adalah ciri khas seorang penyair. Gaya pengucapan ini berkaitan juga dengan penggunaan gaya bahasa seseorang maupun penggunaan imaji (citraan) pilihan.
j) Pemanfaatan gaya bahasa
Salah satu sarana untuk mewujudkan estetika bahasa puisi adalah gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan sarana yang banyak digunakan penyair untuk mengungkapkan pengalaman kejiwaannya ke dalam sebuah karya puisi. Gaya bahasa ini meliputi: majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas pertautan.
k) Pemilihan tipografi
Tipografi atau sering disebut dengan tata bentuk puisi ini merupakan aspek lain yang perlu dipertimbangkan dalam menulis dan memahami puisi. Oleh karena itu, pilihan tipografi tertentu akan membantu mengekspresikan isi dan maksud pesan penyair yang ingin disampaikan kepada pembaca.
l) Pemuatan aspek psikologis (kejiwaan)
Aspek psikologis ini berkaitan erat dengan kesatuan pengucapan seorang penyair. Di samping dipengaruhi oleh kejiwaan penyair terhadap suatu persoalan, puisi yang mengandung aspek psikologis ini akan melahirkan tone (nada) dalam puisi. Nada, secara umum berkaitan dengan sikap penyair terhadap pembaca berkaitan dengan feeling (sikap) yang dituangkan terhadap persoalan (masalah).
m) Pemuatan aspek sosiologis (sosial kemasyarakatan)
Aspek sosiologis dalam puisi seringkali menjadi “kekuatan” puisi yang menarik untuk dicermati. Aspek sosiologis ini berkaitan dengan kesatuan pengucapan seorang penyair. Pengucapan dan aspek sosiologis puisi seringkali melahirkan puisi-puisi yang berbobot dan berkualitas.
n) Pemilihan judul yang menarik.
Pemilihan judul yang menarik menjadi hal yang harus dipikirkan dalam menulis puisi. Sebuah judul yang baik harus mencerminkan isi puisi di satu sisi dan di sisi lain penting untuk mempertimbangkan aspek kemenarikan seperti indah, padat, dan bernas
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah berkomentar