Pondok Belajar

Friday, April 21, 2017

Pengertian dan Konsep Pembelajaran E-Learning

Istilah E-Learning memiliki pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi E-Learning dari berbagai sudut pandang masing-masing.  Salah satu definisi yang sangat populer dan diterima secara umum adalah dari definisi dari E.Hartley yang menyatakan:
 
Pengertian dan Konsep Pembelajaran E-Learning
Pengertian dan Konsep Pembelajaran E-Learning
“e-Learning merupakan sebuah proses belajar mengajar yang yang disampaikan kepada pelajar dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain”.
Learn Frame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa:e-Learning adalah suatu sistem pendidikan yang menggunakan media elektronik untuk mendukung proses belajar mengajar dengan sarana/media Internet, jaringan komputer,ataupun komputer standalone.
Dari berbagai definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan sarana teknologi dan informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai  Learning atau sering disebut distance learning ( David Hawkridge). Jadi jelas sekali jika sistem pembelajaran e-leraning tersebut sudah banyak digunakan dalam pembelajaran disekolah dewasa ini, meskipun belum mencakupi semua seklah dan semua tingkatan pendidikan. Untuk tingkatan sekolah, sistem pembeljaran yang mengunakan konsep e-leraning sudah mulai memasuki sekolah sekolah tertentu meskipun masih pada tahap yang paling dasar, dalam artian masih sangat terbatas dan masih sangat sederhananya baik dalam segi perlengkapan saran e-leraning maupaun dalam segi penggunaannya (penerapan) di sekolah. Sebenarnya, dalam masa era globalisasi ini sebaiknya pola penerapan pembelajran dengan menggunkan e-leraning ini harus sudah berjalan secara keseluruhan di semua unit pendidikan (dengan menyesuaikan penggunaanya menurut tingkatan pendidikan tersebut). Untuk tingkatan pendidikan menegah dasar dan atas sebaiknya penerapan ini harus sudah cukup maksimal mengingat di berbagai negara maju pola pendidikan yang mengunakan konsep pembelajaran e-elarning i i sudah bukan hal yang baru lagi.

ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pihak penyeleggaraan pendidikan karena disamping masih terbatasnay sarana dan prasaran pendukung penerapan model pembelajaran e-leraning ini, juga masih sangat minimnya kecakapan ataupun kemampuan guru dalam menggunakan fasilitas pembelajaran yang mengusung konsep pembelajaran e-learning ini. Jujur saja masih sangat banyak sekali sekolah khususnya di pedesaan yang jauh dari perkotaan yang tidak memiliki saran pembelajaran e-learning ini. Bahkan kita masih menemukan sekolah-sekolah yang belum memilki ases internet di tempat ,mereka. padahal kita tahu dan sadar jika konsep pembelajaran e-learning ini sangat memudahan guru dan siswa dalam mengakses berbagai ilmu pengetahuan disamping juga sangat menyenangkan bagi para siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Jadi untuk mengatasi hal tersebut sudah saatnya pihak pemeritah dalam hal ini baik pemerintah pusat ataupun pemerintah derah untuk mencari jaln yang terbaik supaya permasalahan tersebut terselesaikan hendaknya sehingga mutu pendidikan akan lebih bagus kedepan nantinya.
 
e pada e-Learning tidak hanya singkatan dari electronic, tetapi bisa juga dikatakan sebagai experience (pengalaman), extended (perpanjangan), expended (perluasan).

Ciri-ciri utama dari e-Learning adalah:
a) e-Learning adalah Jaringan(network), yang menggunakan materi ajar (bahan belajar) untuk dipelajari, disimpan dan disebarkan secara terbuka kepada pengguna melalui teknologi terkini.

Keuntungan menggunakan e-Learning diantaranya adalah sebagai berikut
Mempercepat waktu proses belajar mengajar Menghemat biaya dalam bentuk perjalanan. Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku) dismaping juga dapat menjangkau wilayah geografi yang lebih luas. Menggalakkan pembelajaran sendiri dan lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan disamping juga mendoronga siswa untuk dapat Mengikuti perkembangan– perkembangan terakhir baik dunia pendidikan maupaun di bidang lainnya. Siswa dapat belajarn secara mandiri tidak hanya tergantung pada meteri ajar yang di djarkan oleh tenaga pendidik di sekolah, tetapi mereka dapat mengakses semua bahan atau materi ajar tersebut sendiri, sehingga memudahkan mereka untuk dalam menyelesaikan segala persoalan yang ada dalam materi ajar bersama dengan guru mereka disekolah. Jadi konsep ini sangat bertentangan dengan konsep jika seorang pendidik tersebut lebih tahu dan paham dari perseta didik. Dengan adanya konsep pembelajaran ini seorang tenaga oendidik juga akan mengambil bagian dalam mengakses semua sumber ajar sehingga tidak salah dalam menanggapi semua pertanyaan yang di tanyakan oleh peserta didik di sekolah.

Sejarah singkat tentang perkembangan e-Learning dari masa ke masa adalah seperti di bawah:

Pada tahun 1990: CBT (Computer Based Training) Era dimana mulai kemunculan aplikasi e-Learning yang berjalan dalam PC standalone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM.

Pada tahun 1994: Paket-Paket CBT : Seiring dengan mulai diterimanya CBT oleh masyarakat, sejak tahun 1994 muncul CBT dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.

Pada tahun 1997: LMS (Learning Management System) : Seiring dengan perkembangan teknologi internet di dunia, masyarakat dunia mulai berhubung dengan Internet. Adapun Perkembangan LMS yang semakin pesat tersebut jelas ini membuat pemikiran baru dalam mengatasi masalah interoperability antara LMS yang ada dengan suatu standar terrtentuAdapun Standard yang muncul misalnya adalah standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Committee), IMS, IEEE LOM, ARIADNE,
dsb.

1999: Aplikasi e-Learning Bebasis Web : Perkembangan LMS menuju ke aplikasi e-Learning berbasis Web secara keseluruhan, baik untuk pelajar (learner) maupun pengajar. LMS mulai digabungkan dengan portal yang menhubungkannya keseluruh dunia.

Beberapa media yang digunakan dalam e-learning:
Adapun jenis media (fasilatas) yang digunakan dalam mendukung proses pembelajaran dengan mengunakan konsep pembelajran E-Learning ini adalah sebagi berikut:

Internet
Intranet
Ekstranet
CD ROM
Video Tape
DVD
TV e-du
Handphone
PDA

Cara Mengupdate Blog Supaya Up to Date

Memiliki blog yang selalu dikunjungi oleh banyak vistor adalah impian semua para blogger, apalagi jika memiliki grafik trafic pengunjung yang terus meningkat dari hari kehari. Berikut ini saya akan menyajukan beberapa tips yang saya dapatkan dari pengalaman pribadi atau yang biasa saya lakukan ketika ada waktu sengggang tepatnya saat tidak ada topik untuk saya posting di blog saya. Tulisan singkat ini semoga bisa bermanfaat 
Cara Mengupdate Blog Supaya Up to Date
Cara Mengupdate Blog Supaya Up to Date
bagi yang baru menggunakan blog alias baru terjun kedunia blogging. Karena bagi saya menjaga blog untuk tetap up to date itu merupakan tanggung jawab kita, jadi tidak hanya membuat tulisan tetapi juga memelihara blog tersebut dengan terus selalu menga up datenya. 
Dan ini semua juga sangat tergantung kehobian dari kebiasaan kita dengan sering berpetualang di dunia internet.
Adapun cara meng up date blog tersebut secara sederhana adalah sbb:

1. Komentar, fitur yang satu ini akan sangat menunjang aktifitas kita dalam meng-update blog, maka jika anda mempunyai blog maka jangan sungkan-sungkan untuk membuka format memberi komentar dengan tujuan untuk memberi kemudahan bagi pengunjung blog untuk berkomentar tentang artikel yang dispoting pada blog kita. disamping memudahkan penggunjung antuk bertanya, kolom kometar ini juga memberikan manfaat buat kita para blogger karena sebagian pengunjung ada yang memebrikan saran-saran tertentu mengenai kwalitas blog kita, sehingga mita bisa memperbaiki kelemahan-kelamahan blog untuk meningkatkan SEO.

2. Letakkan email pribadi pada blog kita. Dengan meletakkan email pada blog pribadi dengan memberi judul ‘contact us’, ‘contact me’ atau ‘email saya’dll, ini dimaksudkan supaya pengujung yang ingin menghungi kita bisa langsung ke email pribadi kita, baik mengnai tawaran iklan atau yang bersifat lainnya. 

3. Melalukan blog walking, Sering-seringlah mengunjungi blog teman, tiap hari saya selalu mengunjungi blogger orang lain, dan jangan lupa memberi komentar diblog yang kita layari dengan tulisan tolong brows ke blog saya atau tidak, pasti saya kunjungi dan membaca posting mereka, dan ini dapat memberikan ide tertentu buat kita untuk meningkatkan kwalitas blog yang kita miliki.

4. Browsing, ini tentunya merupakan cara yang pasti sudah banyak dipraktekan oleh para blogger karena hal ini juga sangan membantu. Ingat jika anda terdaftar sebagai penayang Google Adsense, sebaiknya hindari untuk sering browsing laman blog anda sendiri, karena bisa berakibat buruk bagi akun adsense anda.

5. Arsip, cek posting-posting sebelumnya yang menurut anda paling banyak diminati, kemudian buat lanjutannya dengan ide-ide baru supaya blog anda dipenuhi tulisan baik opini ataupun karangan biasa yang kira-kira bermamfaat bagi orang lain. Dengan mengetahui postingan artikel yang paling banyak di kunjungi ini kita bisa memiliki ide lain untuk menulis dengan mengakitkan ataupunpun menperluas kembali artikel tersebut supaya artikel postingan kita akan semangkin banyak dikunjungi.  

6.  Jangan lupa mendaftarkan laman web/blog anda pada Google webmaster  untuk memeparcepat proses index baik laman web anda maupun konten yang telah anda posting. Untuk bagian yang satu ini jagan sampaikan terabaikan karena dengan terdaftarnya blog kita di google webmaster maka dengan secara otomatis blog kita akan dirayapi secara teratur oleh google, sehingga proses index kita di google pun akan semakin capat dan akurat. Bukankah ini yang sangat dikehendaki oleh para blogger, jika semua para blogger menginginkan suapay semua postingan artikel mereka dapat di diindex oleg mesin pengindex google. Namun itu bukan jaminan jika dengan mendaftarkan blog sobat ke google web master  maka semua artikelnya kan di dindex google, harus dipahami bahwa untuk terindex cepat di google anda harus menulis ataupun memposting artikel yang unik yang jelas-jelas hasil karya sendiri bukan hasil dari mengkopy paste tulisan artikel orang lain. Mengapa artikel hasil plagiat tidak dapat terindex oleh google, ini semua disebabkan karena robot perayap mengindetifikasi kesamaan teks postingan sobat dengan postingan orang lain. Ingat itu

7.Sebagai tahapan terakhir dari cara meng update blog ini, jangan lupa mendaftarkan ulr laman we/blog anda termasuk juga setiap postingan yang baru dibuat ke Google submit Url, ini dimaksudkan supaya semua postingan artikel sobat akan terindex dengan cepat di mesin pencarian google, anda sendiri boleh mencoba untuk membuktikannya sendiri. caranya adalah coba anda submit salah satu url postingan artikel terbaru yang telah sobat buat ke google submit url, kemudian anda coba masuk ke google search dengan terlebih dahulu masuk di www.google.com, setelah itu coba anda pastekan url yang telah sobat submit tadi lalu lihat hasilnya. secara otomatis url tadi langsung bertebgger di nomor satu mesin pencarian google, walau baru diposting semenit yang  lalu. Jadi ini sangat penting untuk diperhatikan oleh para blogger supaya artikel dapat terindex dengan sempurna di google webmaster.    

cukup sekian saja tulisan singkat ini, semoga ada manfaatnya buat anda semua terutama yang masih newby dan terakahir terimakasih atas kunjungannya. 
SELAMAT MENCOBA

Wednesday, April 19, 2017

Historical Background on Indonesian Educational Reform

A. Historical background on Indonesian education reform
The present system of educational reform and practice cannot be detached from its historical contexts. The development of Indonesian modern people is intermingled by the restoration efforts in replacing the loss of valuable traditional values, gaining national economy and developing science and technology. In this position the process of educational reform is a complex one. 
Historical Background on Indonesian Educational Reform
Historical Background on Indonesian Educational Reform
The main priority for the educational reform is validation because of the heterogeneous local conditions. Infrastructure and economic development are unevenly distributed. Some interiors especially of eastern islands of Indonesia are still living in the very poor conditions; therefore implementation of unified centralized solutions in educational reform will vary in different areas. 
Historically, prior to the rule of Europeans, education for people throughout the archipelago was relatively simple. Children learned from parents or their elders to gain the practical skills needed to survive. Cultivating fields, weaving cloth, and building houses, cooking, and catching fish are examples of the skills, which had been learned by the children without formal instructions. but, a very highly specialized teaching materiasls  were given to children of the aristocracy to instruct them in dancing, music, religion and traditional leadership. Education mutated from domestic practices for peasantry to the more structured padepokan (non-religious learning center) in parallel with court education for royal families. In the steps  these systems would combined with the Islamic elements shifted as padepokan to become pesantren (Islamic boarding school) and Christian schools. Later on, Indonesianisation was introduced by encouraging the use of the Indonesian language. And This whole legacy of history contributes to the rich contexts of the present educational system.
Educational reforms in Indonesia from 1947 up to 1977 were closely linked to social and political reasons in the reaffirmation of inculcating ideology and beliefs. The first educational planning was designed in 1947, this planning was further revised in 1952. The reform was aimed at meeting the need of a newly independent country and a rural society. Developing patriotism became the priority in this planning. The explanation of natural phenomenas, cultivation of aesthetics and eradication of superstition and violence were among the goals of primary education. The system functioned to inculcate particular values and beliefs thus; the development of science and technology had less concentrated.

The emphasis on national ideology was concentrated in the sixties. The reform was predominated by political disturbance situations. The development of citizenship ideals and values of Pancasila were the main interest in the 1964 curriculum reform. The development of Bahasa Indonesia as a national language and the preservation of Indonesian heterocultures situation were also emphasized. A bias of curriculum materials was recognized not only related to colonial heritage, but also to remedy an impact of Java centrism (Jasin, 1987). Four years later, at the 'new-order' government, the emphasis on ideology was more significant. Developing 'Pancasila identity' became the priority in the curriculum of 1968. Focus of the curriculum was meeting the need of rural society, recognition of the paramount importance of vocational skills and further education.

In 1975, curriculum reform placed the significance of science and technology development. This reform resulted in the 1975 curriculum, which was the most overloaded and overdose, heavy lesson content  and very objective exams oriented. These influenced by instructional design paradigm, which heavily relies on objectives, instruction and evaluation. On the 1984 reform attempted to simplify all of them. The recent reform of 1994 incorporates technology through problem-solving, critical thinking, and inquiry skills into classroom practice. In this reform nine years compulsory basic education is implemented and the importance of human resource development as an economic actor is emphasized. 
B. Contexts of Education Reform 

Through years of effort, Indonesia has achieved almost compulsory of education at the primary level (six years). At present, about 94.4 % (28.3 million) of the age cohort is enrolled in national primary schools. The enrollment number, however, is low for junior secondary school (54.8% or 9.4 million), much lower for senior secondary school (31.5% or 5.3 million), and very low for tertiary education (11.6% or 2.9 million). 

In addition, support and services for early childhood education are still limited. There are about 11.3 million children of 4-6 years of age that need to be supported to have pre-primary education. The delay on early childhood education development would deny the quality improvement of human resources.
Data on special education indicates that support on this group has to be enhanced. Furthermore, data on non-formal education shows that about 17 million people are functional illiterates and about one million of children age 7-12 years is drop outs from primary schools.

The problem of Indonesia National Education System is also evident from a number of recent international studies and comparisons. Indonesia's 12- and 13-year old students has very low performance (Number 32 for science and 34 for mathematic) in Mathematics and Science in the Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) that participated by 41 countries. 

C. Reasons for Reform
There are several significant reasons that indicate necessity of education reform. 

First, are education access and its implication for improving quality of life. As it is indicated in the contexts of education reform, Indonesia has not fully accomplished universal education at the primary and the secondary levels even though basic education has been improve to 9 years and made compulsory. The dropout rate for each Primary school is also high. The Government is concerned that children who are not enrolled in schools are not being equipped with the necessary skills and knowledge to be productive citizens in the knowledge age. Education has to support economic growth and promote sense of integration of Indonesian archipelago. In Indonesia, education plays an important role to increase individual income, therefore relevancy of education need to be improved. 

Second, is preparing young generation for the knowledge age. The Government recognizes that education is the most effective long-term solution to achieve national development and stability for the nation, to promote diverse local culture and customs by broadening common core elements in curriculum. In addition, education has to prepare young generation to participate in local, national and global economies. In order to prepare young generation to live in knowledge-based economy and democratic society, the youth should have more engagement in building new skills and attitudes needed for work and a social life in the knowledge. Consequently, reform on learning is crucial for providing a foundation for lifelong learning, character building, problem solving and critical thinking; and developing flexibility to manage change. Curriculum reform has to contribute to the foundations for a skilled workforce confident in its ability to compete in future global markets.

Third, is the need to develop information technology (IT). Up to this moment Indonesia has yet not a clearly insisted on the use of information technology (IT) in its educational policy. The provision of computers and peripherals to schools and IT training for teachers and students are very limited. Because of the knowledge age, IT development has to become a national agenda for education reform despite of our scarcity of resources.

Four, is implementation regional autonomy. Law of the Republic of Indonesia Number 22, 1999, concerning Regional Administration stipulates authority of the regions. Article 7, verse 1 of Law No.22, 1999, states that authority of regions includes authority in all governmental sectors, except authority in foreign policy, defense and security, the administration of justice, monetary and fiscal, and religious affair. The consequent of regional autonomy for education is a district-based education planning, management and quality assurances. This is not a simple shift from a centralized to a decentralized educational planning and practices. The government needs to provide a well-prepared and well-informed district-based education system. 

Fifth, is improving madrasahs. The quality of Madrasahs or Islamic religious schools which is part of Indonesian national education system is, in general, lower than regular schools. Besides offering Islamic religious education, madrasahs also provide instruction based-on national curriculum. The national education system has to be reformed in order to include issues on madrasahs education which is held under the Ministry of Religious Affair (MORA).

Finally is moral development. Fundamentally, education is about nurturing the whole person. A holistic education encompasses moral, cognitive, physical, social, and esthetic aspects of personal development. In the knowledge age the students need to learn how to be life-long learners, be independent thinkers and innovators. At the same time, students in Indonesia come from different ethnicity, local languages, cultures, customs and religions. They go to schools and share a common experience of growing up together, studying together, playing together, and singing the national anthem together. Although these are precious life experiences which help in building emotional ties, identification, and a sense of commitment to one another as Indonesian citizens, the student needs to value their differences and learn how to live together with their different interests. The development of moral education also needs to include aspects of clean government and good governance. 


Tuesday, April 18, 2017

Hakikat dan Tahapan Menulis

Secara umum, Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu jenis keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tulisan (non verbal), dimana aktifitas ini tidak berlangsung secara tatap muka layaknya sebagaimana aktifitas lisan berlangsung. Sebagai salah satu keterampilan dalam aspek berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang bersifat mengungkapkan, maksudnya mengungkapkan gagasan, buah pikiran dan/perasaan kepada pihak atau orang lain (pembaca). Oleh karena itulah, menulis  merupakan  suatu  kegiatan produktif  dan  ekspresif    (Henry Guntur Tarigan,1993: 4).

Hakikat dan Tahapan Menulis
Hakikat dan tahapan dalam Menulis
Menulis merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat ekspresif, produktif dan kreatif, oleh karena itu menyaratkan sesuatu yang lebih kompleks dari pada membaca (Yant Mujiyanto,dkk 2000: 64). Kita tahu bahwa, keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif adalah keterampilan berbicara (verbal). Namun menulis berbeda dengan berbicara, kalau dalam berbicara orang (pembicara) menggungkapkan pesan komunikasi (gagasan, pikiran dan perasaan) dengan bahasa lisan, sehingga berbicara disebut keterampilan berbahasa aktif produktif  lisan, sedang dalam menulis orang (penulis) mengungkapkan pesan komunikasi dengan bahasa tulis. Pendapat lain menyatakan bahwa menulis merupakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam lambang-lambang bentuk bahasa (M. Atar Semi, 1990: 8)
Budaya menulis sungguh menempati kedudukan yang begitu sentral dalam kehidupan modern yang intelektualistis (Yant Mujiyanto dkk, 2000: 76). Tanpa budaya tulis menulis, arus komunikasi dan informasi akan terputus, perkembangan ilmu pengetahuan dan alih teknologi serta penyebarluasannya akan menjadi terhambat. Memang, budaya menulis dan baca-membaca bukanlah satu-satunya media komunikasi dan saka guru peradaban serta alat pengantar kehidupan ilmiah dan IPTEK. Di samping budaya menulis, orang masih bisa berkomunikasi antar sesamanya untuk mengembangkan potensi diri lewat jalur lisan. Namun perbedaan antara berbicara dan menulis tidaklah sekedar bahwa yang satu bersifat lisan dan yang satu lagi bersifat tulis. Perbedaan keduanya terdapat dalam proses pelaksanaannya. Dalam berbicara orang berkomunikasi secara langsung dan bertatap muka dengan lawan bicaranya, sedang dalam menulis penulis berkomunikasi secara tidak langsung dengan tidak tatap muka tetapi orang yang ada hanya dalam bayangannya (Henry Guntur Tarigan, 1993: 12).

Keduanya, budaya lisan dan budaya tulis sama-sama penting adanya. Masing-masing pun memiliki keunggulan dan kelemahan. Ungkapan lisan bersifat langsung, kecuali jika lewat media elektronik. Oleh karena itu, bisa lebih akrab dengan komunikan, bisa diselingi tanya jawab, bisa dibuat intonasi dan akting. Ekspresi lisan memungkinkan audiens menatap wajah dan medengarkan suasana komunikator serta lebih bersifat praktis. Sementara itu, budaya tulis memiliki keunggulan cukup banyak ekspresi tulis lebih bisa di pertanggungjawabkan secara ilmiah, di sisi lain tulisan tidak mutlak terpancang ruang dan waktu.

Dalam menggungkapkan diri secara tertulis, seorang pemakai bahasa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mempersiapkan dan mengatur diri, baik hal apa yang diungkapkan maupun bagaimana cara mengungkapkannya. Pesan yang perlu diungkapkan dapat dipilih secara cermat dan disusun secara sistematis, apabila diungkapkan secara tertulis mudah dipahami dengan tepat. Demikian pula pemilihan kata-kata dan penyusunanya dalam bentuk wacana yang dapat dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar. Baik menulis maupun berbicara harus memperhatikan komponen yang sama, yaitu struktur kata/bahasa, kosa kata, kecepatan/kelancaran dalam berbahasa (Henry Guntur Tarigan,1993 :12). Biasanya dalam setiap tulisan pasrti terkandung ide sang penulis untuk disampaikan kepada orang lain (pembaca). Ketika dalam menyampaikan ide, penulis harus mampu mencari kata bahasa yang dapat dimengerti orang lain, baik dari sisi urutan kata-kata maupun betuk kalimat. Dengan begitu pengetahuan penulis (dalam hal ini siswa) dapat dipahami orang lain (pembaca).

Agar tulisan tersebut dapat dipahami oleh pembaca, penulis perlu memperhatikan keefektifan strukturnya. Harus dipahami bahwa ciri tulisan yang efektif adalah harus mengandung unsur-unsur: jelas, singkat, tepat, koheren serta aliran logika lancer, Artinya, dalam tulisan itu tidak perlu menambahkan hal-hal di luar isi pokok tulisan, tidak mengulang-ulang yang sudah dijelaskan (redundant), tidak mempunyai arti ganda (ambiguous) dan paparan ide pokok didukung oleh penjelasan dan simpulan. Untuk itu, setiap Ide-ide pokok tersebut harus saling berkaitan, dan mendukung ide utama sehingga seluruh bagian tulisan merupakan kesatuan yang saling berhubungan atau bertautan (kompleks).
Demikianlah,aktivitas menulis mau tidak mau harus mempertimbangkan penerimaan pembacanya. Oleh kerena itu, menulis sebenarnya bukan merupakan perbuatan asal saja: menulis asal menulis atau sekedar menuliskan deretan kata (Calderonello&Edwars dalam Henry Guntur Tarigan.1993: 5). Kita dapat mendefinisikan jika, Menulis dalam arti yang sebenarnya merupakan aktivitas menghasilkan tulisan/karangan/wacana tulis yang jelas, sistematis dan mengena (efektif). Oleh karena itu menulis bukanlah aktivitas instan. 

Berdasarkan hakikat menulis di atas dapat disimpulkan bahwa menulis tidak hanya sekedar sebuah proses atau aktivitas dengan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang atau grafik untuk menuangkan segenap ide-idenya ke dalam tulisan secara jelas dan sistematis sehingga pesan yang disampaikan oleh penulis dapat diterima oleh pembacanya.

2. Tahapan-tahapan Penulisan
Kita pahami bahwa didalam aktifitas menulis terdapat beberapa tahapan-tahapan penulisan, meliputi tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi (Sabarti Akhadiah dkk, 1996: 2-5). Ketiga tahap penulisan itu menunjukkan kegitan utama yang berbeda. Dalam Tahap Prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yang mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan penulisan itu. Dalam Tahap Penulisan yang harus dilakukan adalah mengembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian. Sedangkan dalam Tahap Revisi yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali yang telah ditulis, memperbaiki, mengubah bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi. Menurut Sabarti akhadiah,dkk (1996: 2-5) Tahap-tahap yang harus dilalui dalam menulis meliputi;

a. Tahap Penulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis, dimana di dalamnya mencakup beberapa langkah-langkah kegiatan jika menulis karangan meliputi;
1) Menentukan Topik
Ini berarti seorang penulis menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan. Penjebaran dar topik ini dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu, pengalaman dan pengamatan. Seorang penulis dapat menulis tentang pendapat, sikap dan tanggapan sendiri atau orang lain atau tentang khayalan/imajenasi yang dimilikinya. Dalam menentukan topik karangan harus selalu mengenai fakta.
2) Membatasi Topik
Membatasi topik berarti mau menpersempit/memperkecil lingkup pembicaraan. Jadi supaya mempermudah pembahasan suatu objek maka digunakan gambar, bagan, diagram atau cara visualisasi lainnya. 
3) Menentukan tujuan penulisan
Dengan menetukan tujuan penulisan kita tahu apa yang akan dilakukan pada tahap penulisan, bahkan apa yang diberkakukan.
4) Menentukan bahan penulisan
Yaitu semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai data penulisan.
5) Membuat kerangka karangan
Penyusunan kerangka karangan merupakan kegiatan terakhir pada tahap persiapan/prapenulisan.

b. Tahap Penulisan
Pada tahap ini penulis membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka yang disusun. Dalam mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Dalam hal ini penulis harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan. Ini berarti bahwa penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif selanjutnya kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi paragraf persyaratan dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai tanda baca yang digunakan secara tepat.

c. Tahap Revisi
Sebuah tulisan perlu dibaca kembali pada tahap ini, pada tahap ini biasanya penulis meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi syarat maka selesailah tulisan kita.

Thursday, April 06, 2017

Cara Memasang Contact Us dan TOS Pada Blog.

Memiliki sebuah tampilan menu Terms of Service (TOS) dan Laman Contact Us pada sebuah blog tentu akan memiliki berbagai manfaat tersendiri bagi pengguna blog itu sendiri. 
Cara Memasang Laman Contact Us dan TOS Pada Blog.
Cara Memasang Laman Contact Us dan TOS Pada Blog.
Selain menambah dan memperindah penampilan karena memiliki urutan menu yang lengkap, laman Terms of Service (TOS)  dan Laman Contact Us ini juga memiliki nilai kepercayaan bagi para pengunjung blog kita. Disamping itu juga menunjukkan bahwa blog kita memiliki tingkat nilai kepercayaan yang tinggi, dan satu lagi jenis manfaat tadi adalah salah satunya laman Terms of Service (TOS) juga menjadi salah satu syarat yang harus dilengkapi oleh seorang blogger yang ingin memonetize blognya ke Google Adsense (untuk menjadi publisher dari iklan adsense). 

Bagi seorang blogger yang masih berstatus sebagai pendatang baru, jelas sebagian dari mereka tidak memiliki pemahaman yang cukup mengenai manfaat dari kegunaan memasang laman Terms of Service (TOS) di blog mereka, dan hal ini juga saya alami sendiri sebelumnya ketika baru bergelut di dunia blog. Jangankan memahami cara pemasangannya, memahami manfaatnya saja mungkin tidak tahu sama sekali. 
Seperti yang telah kita semua pahami jika Google adsense memiliki penilaian sendiri dalam menerima ataupun menolak blog yang ingin menjadi anggota publisher iklannya, salah satu hal yang dapat memberikan nilai plus pada blog anda ketika saat mendaftar pada Google Adsense adalah anda harus memiliki laman atau halaman Contact Us, Privacy Policy, Disclaimer, Sitemap Dan TOS (Terms Of Service). Sebaiknya sebelum membuat laman TOS kita terlebih dulu membuat halaman Contact Us. 

Jadi disini pada kupasan singkat ini, saya akan menggambarkan kiat/langkah-langkah yang harus si ikuti ketika seorang blogger ingin memasang laman Terms of Service (TOS) dan Contact Us di blog mereka. karena untuk memasang kedua Laman Tersebut Terms of Service dan laman Contact us keduanya harus saling berkaiatan dan berurutan, maka sebagai tahapan pertama yang harus dilakukan adalah memasang Laman Contact Us terlebih dahulu baru diikuti dengan tahap berikutnya yaitu memasang laman Terms of service (TOS)

Pemasangan Laman Contact Us dan Terms Of Service yang akan saya sajikan kali ini adalah pembuatan halaman secara instan melalui situs yang ada di internet yaitu dengan menggunakan jasa layanan FoxyForm. Sebagai tahapan awal dari pemasangan kedua laman tersebut, kita memulai dengan tahap tutorialnya yaitu pemasangan laman Contact Us, silakan membuat Contact Us terlebih dahulu karena pembuatan halaman Terms of Service (ToS) membutuhkan link /url Contact Us (kontak admin blog). Jadi untuk lebih jelasnya ikutilah tahapan pembuatan dan pemasangannya pada blog berikut ini secara berurutan yaitu:

1. Pemasangan Laman Contact Us di situs/blog.

Adapun Cara membuat atau membikin contact form di-blog atau disebut juga contact us yang bertujuan untuk memudahkan untuk mengubungi pemilik blog ataupun admin, walaupun terkadang ada sebagian blog yang memiliki admin yang lebih dari satu tetapi alangkah naiknya jika blog itu hanya memilki satu admin saja karena akan memudahkan kita ketika mengajukan approval dari adsense google.

Disamping itu fungsi dari contact us ini juga merupakan salah satu cara terbaik untuk memberikan kesempatan kepada para pembaca blog/web anda yang ingin bertanya langsung pada pemilik blog yang bersifat privacy, contoh ketika kita mendapat kerjasama dengan pihak yang ingin menayangkan iklan di blog kita yang dilakukan oleh perusahaan tertentu.
   
Nah mungkin bagi Anda yang sedang bingung tentang bagaimana cara membuat contact form/Contact Us di blog, siapa tahu saja jika artikel ini yang saya buat dapat membantu Anda dalam mengatasi masalah Anda tersebut. Tahapan membuat contact form/Contact Us ini sebenarnya terbilang tidak sulit dan tergolong sangatlah mudah, Anda hanya cukup menghabiskan Waktu 3 menit saja untuk membuatnya.

Berikut ini akan saya jelaskah bagaimana tahapan membuat Contact form di FoxyForm.

1. Masuk kehalaman https://www.foxyform.com/, anda diminta mengisi form seperti gambar berikut:
pilihlah/contreng pada bagian option yang anda inginkan, tetap harus diingat jika pemilihan contrengan pada menu option tersebut harus jelas mengambarkan identitas anda dan indentitas blog anda miliki. Yang harus diingat bahwa nama anda, email anda dan nama blog anda wajib di contreng. untuk bagian tahapan menu Option kedua menurut saya sendiri anda tidak perlu merubah tampilan yang disediakan, karena tampilanya sudah sangat menarik dan sangat enak di pandang mata, tapi jika Anda ingin mengubah ya tidak masalah juga silahkan saja sesuaikan dengan apa yang menurut anda cocok untuk dijadikan template blog/web Anda. Coba anda amati contoh gambar di bawah ini
Cara Memasang Contact Us pada Blog
Cara Memasang Contact Us pada Blog
2. Setelah merubah atau tidaknya setingan anda pada bagian option kedua, dilanjutkan dengan mengisi email aktif Anda untuk menghubungkan Anda nantinya dengan para pengunjung blog/web Anda dan kemudian masukkan kata sandi kalau Anda bukan robot lalu klik pada Create Formular. 
Cara Memasang Contact Us pada Blog
Cara Memasang Contact Us pada Blog
3. Setelah meng-Create Formular lalu akan muncul script (kode) copy-kan script tersebut untuk di pasang di halaman blogger Anda. Lihat contoh gambar di bawah

Cara Memasang Contact Us pada Blog
Cara Memasang Contact Us pada Blog
setelah membuat laman Contact Us, anda harus memasang Contact Us tersebut pada laman blog anda. Adapun untuk Pemsangan Laman Contact Us yang baru di buat tadi adalah dengan mengikuti tahapan berikut ini:
1. Silahkan masuk dulu di blog  anda
2. Silahkan klik pada menu new page pada dashboard blog anda (halam baru).
3. Setelah membuat halaman baru, kemudian click di menu Model HTML setelah itu dipastekan semua Scripts yang telah dikopy dari foxyForm, bisa juga dengan memeriksa kotak masuk email yang anda gunakan pada saat mendaftarkan di foxyform tadi, karena scripts tersebut juga dikirim langsung ke kontak email dan oleh FoxyForm.  
4. Seterusnya silahkan simpan (save) postingan laman tadi. kemudian publikasikan dengan menekan tombol Publish di samping kanan atas untuk melihat hasil postingan laman Contact Us anda, sekarang anda telah menyelesaikan tahapan pemasangan Contact Us di blog.

2. Pemasangan Laman Laman TOS di situs/blog
Sama halnya dengan Laman Contact Us, laman Terms Of Service yang akan saya sajikan kali ini adalah pembuatan halaman secara instan melalui situs yang ada di internet, yaitu layanan Privacy Policy Online.
Jika anda sudah memiliki halaman Contact Us sebagaimana tahapannya yang telah saya gambarkan di atas, maka lanjutkan untuk melakukan tahapan berikut untuk membuat terms of Service (TOS)
Langkahnya untuk memasang Laman Terms of Service (TOS) tersebut adalah sebagai berikut

1. Langkah awal adalah dengan mengunjungi situs ini https://www.privacypolicyonline.com/terms-of-service-generator/, anda akan diarahkan langsung ke laman web yang dimaksud.
Cara Pemasangan Laman Laman TOS tahap 1
Cara Pemasangan Laman Laman TOS
2. Kemudian anda akan melihat  halaman seperti gambar diatas 

3. Adapun susunan pengisisan Form tersebut adalah seperti contoh gambar berikut ini:
cara Pemasangan Laman Laman TOS tahap 3
Cara Pemasangan Laman Laman TOS 
Your Site Title    Isi dengan nama blog/web anda.
Your Site Url      Isi dengan alamat url blog kalian.
Contact link    Isi dengan link halaman contact us blog kalian. ini adalah hasil dari page view laman Contact Us yang anda buat tadi (Url laman tersebut).

Kalau bolog saya menulisnya seperti ini:
https://www.dimanasnawi.blogspot.co.id/p/contact-us.html

Email addres       isi nama email anda
Company Name   isi nama perusahaan
Mailing Address   isi alamat perusahaan/negara

Bagian company infomation dan bagian coorperate information jika tidak diisi boleh juga 

4. Setelah melakukan tahapan di atas, lalu digeneratekan seperti gambar berikut ini:
Cara Pemasangan Laman Laman TOS tahap 4
Cara Pemasangan Laman Laman TOS
5. Setelah di generatekan dalam bentuk HTML, kemudian akan muncul scripts yang harus dicopy dan dan di pastekan  di laman blog kita boleh dalam model HTML. Untuk cara pemasangannya dalam laman blog kita, caranya sama seperti pada penjelasan cara pemsangan laman Contact us di atas. lihat contoh gambar kode scripts hasil generate berikut:
Cara Pemasangan Laman Laman TOS tahap terakhir
Cara Pemasangan Laman TOS tahap terakhir
6. Anda sudah selesai mempelajari tahap pemasangan Terms of Service dan selamat mencoba semoga berhasil.

sekian saja postingan saya mengenai cara/tahapn pemsangan laman contact us dan laman Terms of service (TOS) pada blog anda semoga kupasan singkat ini bermanfaat terutama bagi para pendatang baru di dunia blogger, bahkan termasuk saya sendiri.
sekian dan terimakasih atas kunjungannya.
wassalam

Wednesday, April 05, 2017

Refleksi Hasil Penilaian Pembelajaran Pementasan Drama

Menanggapi hasil Penilaian Pementasan Drama
Pengujian berbasis kompetensi dasar dilakukan dengan sistem pengujian berkelanjutan. Sistem pengujian berkelanjutan menunjuk pada pengertian bahwa semua indikator harus dibuat soalnya dan kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar apa saja yang sudah atau belum dikuasai oleh peserta didik. 
Menanggapi hasil Penilaian Pementasan Drama
Refleksi Hasil Penilaian Pembelajaran Pementasan Drama
Jika penggunaan materi kompetensi dasar yang secara global masih menjadi kesulitan bagi peserta didik, maka haruslah diulangi kegiatan proses belajarnya sampai pada tahapan dimana peserta didik tersebut mampu mencapai penguasaan nilai minimal yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, soal-soal ujian yang dibuat harus berdasarkan indikator-indikator yang ada dan benar-benar mencerminkan tuntutan indikator. Jika indikator menuntut peserta didik melakukan unjuk kerja berbahasa tertentu, lisan dan tertulis maka soal-soal ujian itu juga harus menuntutpeserta didikuntuk berunjuk kerja bahasa secara lisan atau tertulis. Bentuk ujian yang dipergunakan antara lain dapat berupa: pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, praktek berunjuk kerja bahasa dan sastra atau melakukan sesuatu, tugas rumah baik individual maupun kelompok dan ulangan akhir semester. Untuk dapat melaksanakan pengujian berkelanjutan secara terencana perlu dibuat kisi-kisi pengujian secara menyeluruh yang mencakup seluruh kompetensi dasar dalam satu semester. 
Selain itu, sistem pengujian yang Berbasis Kompetensi Dasar mempergunakan acuan kriteria karena yang dipentingkan adalah apa yang dimiliki dan dapat dilakukan peserta didik setelah terlibat dalam proses pembelajaran. Adapun jenis Tes acuan kriteria minimal ini berasumsi bahwa hampir semua orang dapat melakukan proses pembelajaran terhadap apa saja dengan catatan diberi waktu yang memadai/cukup dan kebutuhan waktu tiap peserta didik biasanya berbeda. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi acuan ini adalah dengan adanya program remedial dan pengayaan. Program remedial diberikan kepada peserta didik yang belum menguasai kompetensi dasar dengan standar yang ditetapkan sedangkan program pengayaan diberikan kepadapeserta didikyang telah mencapai standar. Penafsiran skor hasil tes dilakukan dengan membandingkannya dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Proses Penilaian berbasis kompetensi ini sangat menekankan pada pentingnya penilaian proses dengan tujuan untuk memahami kemajuan belajar peserta didik. Hal ini juga berkaitan dengan sistem pengujian berkelanjutan di atas yaitu bahwa semua Indikator harus diujikan. Indikator yang tidak dapat diujikan pada akhir kegiatan pembelajaran  dapat diujikan di tengah proses pembelajaran. Penilaian proses yang sering disebut sebagai penilaian kelas yaitu penilaian yang dilakukan di kelas ketika kegiatan pembelajaran berlangsung untuk memperoleh informasi, memahami peserta didik, merencanakan, memonitor proses pembelajaran dan menciptakan suasana kelas yang bergairah. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Penilaian proses merupakan kegiatan guru membaca situasi kelas menit demi menit, memaknai dan membuat keputusan apa yang harus dilakukan pada kegiatan berikutnya.

Disamping itu, Penilaian proses juga memiliki hubungan yang erat dengan usaha memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran baik untuk tenaga pendidik sendiri maupun untuk peserta didik. Berdasarkan informasi yang diperoleh guru haruslah segera mengambil keputusan yang berkaitan dengan tingkah laku belajar siswa, peningkatan keberhasilan belajar siswa, penciptaan suasana kelas yang mendukung dan perencanaan-perencanaan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian, penilaian proses harus direncanakan oleh guru sebelumnya dengan tujuan yang jelas dan terkontrol. Penilaian itu misalnya berupa ulangan-ulangan harian, pemberian tugas-tugas tertentu di kelas sesuai dengan bidang pembelajaran bahasa dan sastra yang dibelajarkan dan pemberian tugas-tugas rumah tertentu yang direncanakan secara matang. 

Penilaian proses bahkan sering menjadi bagian. teknik pembelajaran yang dipilih guru dalam proses pembelajaran. Adapun Masukan informasi yang diperoleh dari hasil prose penilaian tersebut dapat digunakan untuk perencanaa proses perbaikan kegiatan pembelajaran pada tahapan selanjutnya. Pengembangan soal-soal ujian harus mempertimbangkan karakteristik bidang studi. Kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara jelas telah ditunjukkan dalam rumusan standar kompetensi yang kemudian dijabarkan menjadi kompetensi dasar dan indikator. Selain itu, guru harus memperhatikan hakikat bahasa dan sastra sebagai sebuah fakta sosial, pendekatan pembelajaran bahasa dan sastra yang dipergunakan karena keduanya saling terkait. 

Menurut Endaswara (2005:235-236) mengatakan bahwa evaluasi pengajaran sastra harus mencakup lima hal yaitu:

(1) Evaluasi kemampuan menafsirkan watak.
Jenis evaluasi ini menekankan pada Pemahaman subjek didik terhadap watak tokoh untuk selanjutnya dapat diinternalisasi ke dalam diri mereka. ini semua disertai alasan-alasan logis/masuk akal. Tingkat kualitas pemberian alasan itulah yang dikategorikan subjek didik berhasil. 

(2) Evaluasi kesensitifan terhadap bentuk dan gaya. 
Dalam kaitan ini, subjek didik diharapkan mampu menafsirkan bentuk dan gaya yang terdapat dalam karya sastra. Bagaimana tanggapan mereka terhadap bentuk dan gaya, tepat tidaknya pemilihan bentuk dan gaya, tingkat estetika karya sastra dst. Harus dicermati subjek didik yang berhasil tentu akan mampu menyatakan sinkronisasi bentuk dan gaya dengan makna karya sastra, baik secara tersurat maupun tersirat. 

(3) Evaluasi penangkapan ide dan tema.
Dalam hal ini subjek didik yang mampu menemukan ide dan tema dengan segala alasan logis, termasuk berhasil dalam pengajaran. Untuk lebih jelasnya, Pemahaman atas ide dan tema tersebut harus dibarengi  indikator-indikator yang jelas/rinci.

(4) Evaluasi terhadap pemahaman unsur-unsur luar karya sastra.
Kemampuan subjek didik menemukan dan menghubungkan secara kontekstual unsur-unsur ekstrinsik sastra, akan mengindikasikan keberhasilan pengajaran. Ini juga dimaksdukan sebagai wadah untuk mengukur penguasaan cabang-cabang ilmu lain di luar pembelajarn sastra.

(5) Evaluasi terhadap tanggapan perseorangan. Apresiasi sastra memang seharusnya berdampak pada pribadi subjek didik. Karena itu tanggapan subjektif dan objektif tiap-tiap subjek didik patut dievaluasi juga. Apakah subjek didik mampu menyeimbangkan emosi, terdorong keinginannya, dan tumbuh daya kreativitasnya atau tidak.

Selanjutnya, tingkatan evaluasi pengajaran sastra dapat menggunakan model taksonomi Bloom (Nuigiyantoro, 1988:301-308) yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

(1) Tes kesastraan tingkat ingatan
Tes ini sekedar mengungkap kembali fakta, konsep, definisi, deskripsi, nama pengarang, nama angkatan dll. Misalkan, apa yang dimaksud dengan alur, sebutkan pembagian angkatan kesusastraan dan siapa pelopor angkatan 45.

(2) Tes kesastraan tingkat pemahaman
Tes ini menghendaki subjek didik mampu membedakan, memahami, menjelaskan, tahu hubungan antar konsep yang sifatnya sekedar mengingat. Misalnya: buatlah ringkasan novel, jelaskan perbedaan soneta dengan pantun. 

(3)  Tes kesastraan tingkat penerapan.
Tes ini menuntut subjek didik menerapkan pengetahuan teoritik ke dalam kegiatan praktis yang konkret. Artinya subjek didik dituntut benar-benar untuk "memperlakukan" karya sastra secara nyata. Jenis Kemampuan aplikatif ini dapat dikelompokkan antara lain berupa: mengubah, memodifikasi, mendemonstrasikan, mengoperasikan, dan menerapkan sesuatu hal. Misalkan: ubah wacana dari novel Belenggu di atas ke dalam bentuk dialog

(4) Tes kesastraan tingkat analisis.
Subjek didik dituntut membaca karya sastra dan menganalisisnya. Analisis dapat dari aspek intrinsik dan ekstrinsik karya sastra. Misalkan: jelaskan bagaimana pengarang mengembangkan alur dalam novel dalam novel Layar Terkembang Karya Sultan Takdir Alisyahbana.

(5) Tes kesastraan tingkat sintesis. 
Tes ini menuntut subjek didik mengategorikan, menghubungkan, mengombinasikan, dan meramalkan hal-hal yang berkenaan dengan unsur-unsur karya sastra.  

(6) Tes kesastraan tingkat penilaian.
Tingkatan ini menuntut subjek didik cermat mengevaluasi karya sastra, memberikan komentar dan alasan-alasan estetika. Misalkan, tentang masalah ketepatan diksi, ketepatan alur, dll. Kemampuan berpikir evaluatif juga terkait dengan perbandingan antar karya sastra.
Evaluasi merupakan langkah akhir dan pengajaran meskipun setelah itu ada juga langkah tindak lanjut. Biasanya banyak pemahaman yang salah dimanan setelah melakukan proses evaluasi, proses kegiatan belajarn mengajar sudah dianggap selesai padahal seharusnya harus ada pola pengembangan dan pembinaan sastra supay dapat meningkatkan apa yang telah dipahami oleh peserta didik.

Pada dasarnya evaluasi dalam pengajaran sastra memang dapat dilakukan seperti halnya pengajaran yang lain. Artinya pengajaran dapat menggunakan tes objektif maupun tes essei (uraian) yang penting baik tes pilihan ganda maupun uraian harus terfokus pada apresiasi. 

Hoa Nio (1981:31) memberikan rambu-rambu beberapa hal yang perlu dievaluasi dalam pengajaran drama antara lain tentang: “Lafal, tekanan, lagu kalimat, gerak, mimik, dan sejauh mana subjek didik menghayatinya. Evaluasi semacam ini dapat dilakukan sendiri oleh subjek didik dengan temannya. Evaluasi oleh subjek didik ini diharapkan lebih objektif kendatipun evaluasi oleh pihak pengajar tidak harus ditinggalkan”.
Komponen lain yang perlu dievaluasi adalah tentang: (1) pengetahuan- pemahaman teks (gaya, tema, pengembangan watak), (3) ekspresi individu (menekankan pada penjiwaan), dan (4) apresiasi sastra drama meliputi fakta (meliputi pengarang, perwatakan, situasi dan latar belakang historis; (5) penghayatan dan penjabaran nilai-nilai dalam naskah drama) Sukristanto (dalam Endaswara:2005:256).

Satu hal yang perlu disadari adalah bahwa pengajaran drama di sekolah memang tidak dimaksudkan untuk mencetak aktor atau dramawan tetapi sekedar memberikan pengalaman agar subjek didik berkembang menjadi manusia yang matang dan utuh. Oleh karena itu, evaluasi bukanlah pada hasil melainkan pada proses. Beberapa catatan yang mungkin dapat dipedomani dalam evaluasi adalah: (a) bagaimana penghayatan cerita subjek didik, (b) bagaimana pemahaman, (c) bagaimana pemahaman dan penafsiran dialog, (d) bagaimana kemampuan subjek didik memetik nilai-nilai dan (e) bagaimana kemampuan menangkap alur.

Monday, April 03, 2017

Penggunaan Media dan Evaluasi Pembelajaran Drama

Penggunaan Media Pembelajaran Drama Pada Siswa
Adapun media pembelajaran adalah sarana pembelajaran yang digunakan siswa atau guru untuk proses belajar mengajar. Suatu hal yang jarang terpikirkan dalam pengajaran sastra adalah media dan pembinaannya. Kadang-kadang guru sastra begitu puas dengan bermediakan karya sastra saja. Guru sering mengabaikan masalah media dan pembinaan padahal  semenarik apapun karya sastra yang dipilih jika tanpa media pengajaran yang menunjang kesungguhannya kurang memberikan suasana yang menarik. 


Penggunaan Media dan Evaluasi Pembelajaran Drama Pada Siswa
Penggunaan Media dan Evaluasi Pembelajaran Drama Pada Siswa

Menurut Waluyo (2005:81-82) “Untuk memilih media pengajaran sastra yang baik ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan yaitu harus memehami betul usia yang akan mempergunakannya, lingkungan sosial budaya dan karakteristik subjek dididik. Kemudahan mendapatkan media akan membantu kelancaran pengajar. Menarik tidaknya sebuah media bergantung pada yang akan mempergunakannya“. 
Media pengajaran seharusnya dapat meningkatkan intensitas pengajaran sastra. Pengajaran sastra akan semakin bergairah, menarik dan mempermudah proses. Menurut Waluyo (2005:82) secara garis besar media pengajaran sastra dapat berupa: 
(a) Media elektronik yang meliputi: tape recorder, televisi dan VCD;
(b) Media cetak yang meliputi : buku, majalah, surat kabar dan tabloid;
(c) Media gambar yang meliputi: foto-foto berkaliber dunia;
(d) Media alamiah yang meliputi: batu-batuan dan dedaunan;
(e) Media orang yang meliputi aktor dan aktris.
Guru memegang peranan penting dalam memfungsikan media. Dalam hal ini Subyakto ( dalam skripsi Juariah 2000:19) menjelaskan sebagai berikut:
Berbagai media-media pengajaran sastra memberikan bantuan yang sangat penting/besar dalam proses belajar mengajar.  Namun, peran yang dimainkan oleh guru itu sendiri sangat menentukan terhadap aktivitas penggunaan media dalam pengajaran.  Peran guru tercermin dari kemampuan memilih aneka ragam media itu sesuai dengan situasi dan kondisi.

Dengan demikian, jelaslah media pengajaran sastra mempunyai fungsi dan peran yang sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan pengajaran sastra di sekolah. Dalam pencapaian ini dituntut kemampuan guru yang mengajarkan sastra untuk menggunakan dan memilihnya sesuai dengan tujuan pembelajaran, situasi belajar dan kondisi siswa.

Pengajaran sastra juga perlu ditunjang dengan pengumpulan kliping sastra. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam bentuk kelompok maupun perorangan. Di samping itu, dapat berupa majalah dinding, majalah sekolah dan perlombaan. Majalah ini seakan-akan sebagai “taman ria” subjek didik untuk mencurahkan ekspresinya dan perlombaan tidak harus berskala besar melainkan dapat di lingkup kelas maupun antar kelas dalam sekolah. 

Perlombaan ke luar sekolah  harus dibina oleh pengajar agar subjek didik tidak merasa minder. Jika mereka menjadi pemenang tentu saja perlu imbalan nilai tambah (istimewa) untuk merangsang subjek didik bersastra.

Jenis Evaluasi Pembelajaran Drama Pada Siswa 

Penilaian  merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran secara umum. Adapun Semua jenis kegiatan pendidikan di aplikasikan di dlam keals harus selalu dibarenagi dengan program kegiatan penilaian pencapaian pembelajaran. Pada hakikatnya kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar siswa melainkan juga berbagai faktor yang lain di antaranya adalah kegiatan yang dilakukan pengajaran itu sendiri. Artinya berdasarkan informasi yang diperoleh dari penilaian terhadap hasil belajar siswa itu dapat pula dipergunakan sebagai umpan balik terhadap kegiatan pengajaran yang dilakukan. 

Hasil penilaian yang diberikan guru kepada siswa yang berupa angka-angka atau simbol lainnya kadang-kadang dipandang sebagai “nasib” oleh peserta didik baik dari segi konotasi positif atau negatif, langsung atau tidak langsung.  Menyangkut masalah ini pihak guru harus bertindak dan berusaha dengan baik, jujur dan seobjektif mungkin terutama yang berkaitan dengan penyusunan dan penafsiran hasil penilaian. Umumnya kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru menggunakan alat penilaian yang disusun sendiri oleh guru yang bersangkutan. Oleh karena hasil penilaian itu sangat menentukan alat evaluasi yang dipergunakan harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik dari segi kelayakan, kesahihan, maupun kepercayaannya. 

Untuk itu, pihak guru haruslah menguasai teknik penyusunan dan penilaian alat evaluasi serta penafsiran terhadap hasil penilaian yang diperoleh baik berupa data kuantitatif maupun kualitatif.
Penilaian dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sangat penting karena Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menempatkan penguasaan berbagai kompetensi pada akhir kegiatan pembelajaran. Indikasi-indikasi bahwa seorang siswa telah menguasai kompetensi-kompetensi yang diajarkan hanya dapat diketahui lewat penilaian yang dibuat untuk tujuan itu. Oleh karena itu, pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga menempatkan penilaian dalam posisi yang penting dengan memberikan pedoman pengembangan penilaian yang bersifat umum yang berlaku untuk semua mata pelajaran dan bersifat khusus untuk tiap mata pelajaran.

Dalam pembelajaran drama ada tiga kompetensi yang akan diajarkan. Oleh karena itu ada tiga pula sistem penilaian yang harus disusun oleh guru yang bersangkutan. Yaitu sebagai berikut:

1. Penilaian menulis naskah drama
2. Penilaian memerankan drama
3. Penilaian menanggapi pementasan drama