Pondok Belajar

Saturday, March 18, 2017

Pengertian dan Jenis Ragam Puisi dalam Pembelajaran

A. Pengertian Puisi
Puisi merupakan salah satu genre atau jenis sastra yang seringkali disamakan dengan “sajak”. Akan tetapi, sebenarnya kedua istilah itu tidak sama, puisi merupakan jenis sastra yang melingkupi sajak, sedangkan sajak adalah bagian atau individu dari puisi. Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poesis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris berasal dari kata  poem atau poetry akan tetapi arti dasar ini lama kelamaan semakin berubah (dipersempit ruang lingkupnya) menjadi ‘hasil seni sastra’, yang kat a-katanya disusun menurut syarat -syarat yang tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan.

Pengertian dan Jenis Ragam Puisi dalam Pembelajaran
Pengertian dan Jenis Ragam Puisi dalam Pembelajaran
Pada hakikatnya puisi merupakan sebuah karya sastra yang mengungkapkan perasaan para penyair secara imajinatif (hayalan). Wujud karya sastra tersebut muncul karena puisi merupakan karya seni yang puitis. Dikatakan puitis karena membangkitkan perasaan, menarik perhatian, bahkan memancing timbulnya tanggapan pembaca. Herman J. Waluyo (1987: 25) memberikan beberapa batasan tentang pengertian puisi yaitu:
a) Dalam puisi terjadi pengkonsentrasian atau pemadatan segala unsur kekuatan bahasa;
b) sistem penyusunannya, unsur -unsur bahasa itu diperbagus, dirapikan, diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi;
c) Puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan pe nyair yang berdasarkan mood atau pengalaman jiwa dan bersifat imajinatif;
d) Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif, hal ini ditandai dengan kata konkret lewat pengimajian, pengiasan,  dan pelambangan, atau dengan kata lain dengan kata konkret dan bahasa figuratif tertentu;
e) Bentuk fisik dan bentuk batin puisi merupakan kesatuan yang bulat dan menyatu raga (utuh), tidak dapat dipisahkan, dan merupakan sebuah kesatuan yang padu (erat). 

Bentuk fisik dan bentuk batin itu dapat ditelaah unsur -unsurnya hanya dalam kaitannya dengan keselu ruhan. Lebih lanjut Herman J. Waluyo (2003: 1) mendefinisikan puisi sebagai karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata yang kias (imajinatif). Kata -kata betul-betul dipilih aga r memiliki kekuatan pengucapan. Salah satu cara agar puisi memiliki kekuatan pengucapan yaitu dengan memilih kata -kata yang memiliki persamaan bunyi (rima).
Menurut Hudson (dalam Sutedjo dan Kasnadi, 2008: 2) puisi adalah salah satu cabang sastra yang meng gunakan kata -kata sebagai medium penyampaian untuk membuahkan iimajinai dan ilusi, contohnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasanide pelukis dari gambar tersebut. Sedangkan 
menurut Sutedjo dan Kasnadi (2008: 2) pengertian puisi menyiratkan beberapa hal penting yaitu:
a) Puisi merupakan ungkapan pemikiran, gagasan, ide, dan ekspresi penyairnya.
b) Bahasa puisi bersifat konotatif, simbolis, dan lambang karena itu penuh dengan imaji, metafora, kias, dengan bahasa figuratif yang estetis.
c) Penyusunan la rik-larik puisi mempertimbangkan bunyi dan rima semaksimalnya.
d) Dalam penulisan puisi terjadi pemadatan kata dengan berbagai bentuk kekuatan bahasa yang ada.
e) Sedang unsur pembangun puisi yang mencakup unsur lahir dan batin .
puisi membangun kekuatan yang padu
f) Bahasa puisi tidak diikat oleh kaidah kebahasaan pada umumnya, karena kata puisi memiliki kebebasan untuk menyimpang dari kaidah kebahasaan yang ada, biasanya disebut dengan licensia poetica.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ragam sastra yang merupakan ungkapan pemikiran, gagasan, ide, dan ekspresi penyairnya. Keindahan puisi terletak pada persamaan bunyi dan iramanya. Hasil cipta manusia yang terdiri atas beberapa baris dan memperlihatkan pertalian makna yang membentuk bait. Dan puisi lahir dari hasil imajinasi seseorang dari lubuk hati yang paling dalam yang dituangkan ke dalam tulisan dan terdiri dari rangkaian kata-kata yang indah dan mempunyai sejuta rasa dan penuh arti.

B. Ragam Puisi
Sutedjo dan Kasnadi (2008: 3) mengatakan bahwa ragam puisi itu bermacam-macam. Jika dilihat dari bentuk maupun isinya, maka beberapa ragam puisi dapat dikemukakan sebagai berikut.
a) Puisi elegi, puisi jenis ini hakikatnya merupakan puisi yang berisi tentang ratapan dan kepedihan penyair.
b) Puisi romance, jenis puisi ini merupakan luapan batin penyair (seseorang) terhadap sang pujaan atau kekasihnya.
c) Puisi dramatik, puisi ini merupakan penggambaran dari perilaku seseorang, baik lewat perlakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran tentang kisah tertentu.
d) Puisi satirik yaitu merupakan puisi yang mengandung kritikan atau sindiran tentang kepincangan yang terjadi di keadaan tertentu.
e) Puisi didaktik, puisi ini merupakan puisi yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil oleh pembaca, atau memang penyair ingin menyampaikan nilai-nilai edukatif yang penting untuk dipahami pembaca.
f) Puisi naratif (balada), puisi ini merupakan puisi yang berisi tentang cerita dengan pelaku, perwatakan, setting maupun rangkaian peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita.
g) Puisi kamar, puisi jenis ini biasanya merupakan puisi yang hanya menarik ketika dibaca sendiri dalam kamar, artinya puisi ini kurang menarik jika dipanggungkan.
h) Puisi konkret, merupakan puisi dalam kategori puisi kontemporer, biasanya mengandalkan visualisasi konkret, bentuk tipografisnya sebagai sarana dalam menyampaikan pesan di dalamnya.
i) Puisi pamflet, jenis puisi ini biasanya banyak digunakan untuk kepentingan demonstrasi.
j) Hymne, puisi ini berisi tentang pujian kepada Tuhan atau kepada tanah air, puisi ini bernada agung, khidmat, dan penuh kemuliaan.
k) Ode, puisi ini berisi pujian terhadap seorang pahlawan atau seorang tokoh yang dikagumi penyair.
l) Epigrampuisi ini termasuk puisi lirik yang berisi ajaran kehidupan, sifatnya mengajar dan menggurui, bentuknya pendek dan bergaya ironis.
m) Puisi humor, puisi ini adalah puisi yang mencari efek humor, baik dalam isi maupun teknik sajaknya.
n) Parodi, merupakan puisi lirik yang bersifat ejekan (mirip dengan satire) tetapi ditujukan kepada karya seni.
o) Pastoral, merupakan puisi lirik yang berisi penggambaran kehidupan kaum gembala atau petani di sawah-sawah.

Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran pada dasarnya memiliki andil yang cukup besar dalam pengembangan dunia pendidikan di Indonesia. Namun, sayangnya penggunaan media dalam pembelajaran sering kali masih mengalami berbagai kendala. Di samping itu, masih ada pula guru-guru yang enggan menggunakan media untuk menunjang tercapainya hasil pembelajaran yang maksimal. Ada berbagai alasan mengapa guru enggan menggunakan media pembelajaran.

Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
There are at least seven reasons explaining why some teachers do not want to use media, in their teaching and learning. According to them media learning are: 1) sophisticated and expensive, 2) difficult to be used, 3) media is entertainment while study is serious, 4) lack of skill, 5) not available at school, 6) not enough appreciation enough from the superior 7) usage/habits to enjoy lecture or speech,. One thing that needs to be done to handle this problem is changing the theacher’s attitude (Thomas Wibowo Agung Sutjiono, 2005: 1).
Pendapat di atas menyatakan sekurang -kurangnya ada tujuh alasan mengapa sampai saat ini masih sejumlah guru yang enggan menggunakan media pembelajaran. Pertama, menggunakan media itu repot; kedua, media itu canggih dan mahal; ketiga, media itu hiburan sedangkan belajar itu serius; keempat, guru tidak terampil menggunakan media;  kelima, tidak tersedia di sekolah, keenam; keenam, kurangnya penghargaan dari atasan, ketujuh kebiasaan menikmati ceramah atau bicara;. Untuk mengatasi semua alasan tersebut hanya satu hal yang diperlukan, yaitu perubahan sikap guru. Media memiliki peran penting dalam dunia pendidikan karena media pembelajaran memiliki fungsi serta manfaat yang cukup banyak. Livie dan Lentz (dalam Hujair AH. Sanaky, 2009: 6) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya pada media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Adapun Masing-masing fungsi tersebut dapat dijelaskan berikut ini.

a) Fungsi afektif, artinya media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan pembelajar ketika belajar membaca teks bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap pembelajar.

b) Fungsi kompensatoris, artinya media visual memberikan konteks untuk memahami teks dalam menolong siswa yang lemah dalam bacaannya untuk dapat mengorganisasikan informasi dalam teks tersebut untuk dpat mengingatnya kembali (review). Sedangkan menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 6) media pembelajaran  berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan cara:
  1. membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya,
  2. membuat konsep abstrak ke konsep konkret,
  3. menghadirkan objek dan objek yang langka,
  4. mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak,
  5. memberi kesamaan persepsi,
  6. menyajikan ulang informasi secara konsisten,
  7. Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
c) Fungsi atensi, berarti media visual merupakan inti, menarik, dan mengarahkan perhatian pembelajar untuk berkonsentrasi kepada materi ajar yang berhubungan dengan makna visual (gambar) yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran tersebut.

d) Fungsi kognitif, artinya media visual mengungkapkan bahwa lambang visual mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran untuk memahami dan mendengar informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar tersebut.

I Wayan Santyasa (2007: 4) membuat rincian fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

  1. Untuk Mengamati benda atau peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang, dsb.
  2. Untuk Mendapatkan gambaran yang jelas tentang benda atau objek-objek yang sulit diamati secara langsung disebabkan karena ukurannya yang tidak mungkin diamati, baik karena terlalu lebar atau terlalu sempit.
  3. Untuk Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
  4. Untuk Mengamati peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati.
  5. Untuk Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap
  6. Untuk Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak atau sukar diawetkan. Dengan menggunakan model atau benda tiruan siswa dapat memperoleh melihat dengan jelas tentang anggota tubuh manusia seperti paru-paru, jantung, alat pencernaan, dan lain-lain.
  7. Dengan mudah membandingkan sesuatu. Misalnya dengan bantuan gambar, model atau foto peserta didik sendiri yang dapat dengan mudah bagi mereka untuk membandingkan dua benda yang berbeda ukuran, sifat, warna, dan lain-lain.
  8. Untuk Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat.
  9. Untuk Dapat melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat.
  10. Untuk Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari suatu alat.
  11. Untuk Mengamati gerakan-gerakan mesin atau alat yang sukar diamati secara langsung.
  12. Untuk Melihat ringkasan dari suatu rangkaian pengamatan yang panjang atau lama.
  13. Untuk Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing masing.
  14. Untuk Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak.

Media pengajaran memang memiliki pengaruh yang besar terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung dan tentunya akan mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya media pengajaran dalam upaya meningkatkan keterampilan proses dan hasil pembelajaran. Di samping itu, Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2009: 2) juga mengungkapkan beberapa manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa, antara lain sebagai berikut.

a) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak hanya komunikasi verbal semata melalui penuturan kata-kata oleh pendidi, sehingga peerta tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga dalam melakukan proses pembelajaran;
b) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
c) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran, karena meraka tidak hanya mendengarkan uraian pendidik saja, akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas lain seperti melakukan, mengamati, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
d) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

Manfaat media pembelajaran menurut Arief Sadiman, dkk. (2007: 17-18) adalah sebagai berikut: (1) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera; (2) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis; (3) media pendidikan mempunyai kemampuan dalam memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama. Dan (4) penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik; Sedangkan menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 5) manfaat media bagi pengajar dan pembelajar adalah sebagai berikut.

a) Manfaat media pembelajaran bagi pengajar, yaitu:
  1. Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan,
  2. Memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik,
  3. Memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran,
  4. Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik,
  5. Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran,
  6. Meningkatkan kualitas pengajaran.
  7. Membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar,

b) Manfaat media pembelajaran bagi pembelajaran adlah sebagai berikut:
  1. Untuk Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan pembelajar untuk belajar,
  2. Untuk Meningkatkan motivasi belajar pembelajar,
  3. Untuk Memberikan inti informasi, pokok-pokok, secara sistematik sehingga memudahkan pembelajar untuk belajar,
  4. Untuk Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar,
  5. Untuk Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran.
  6. Untuk Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan
  7. Untuk Merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis,

Sedangkan menurut Jeanne R. Steele and Jane D. Brown (dalam Kevin Maness, 2004: 47) berdasarkan pengamatannya mengatakan bahwa “ Adolescents, like adults, use media for a variety of purposes: to sort through cultural norms and values, to enhance their mood, , to emulate desired behaviors, to make statements about their identity, (e.g., imitating role models), and to fantasize about a possible (alternative) self ”. Pendapat tersebut kurang lebih bermakna bahwa remaja, seperti halnya orang dewasa menggunakan media untuk bermacam macam tujuan, misalnya: untuk menambah semangat jiwa mereka, untuk mempersempit jarak norma dan nilai budaya, untuk membuat pernyataan tentang identitas mereka, untuk mempertahankan kebiasaan yang mereka inginkan (misalnya: mencontoh peranan seseorang), dan untuk mengkhayalkan sebuah kemungkinan (alternatif) tentang diri mereka sendiri.

Friday, March 17, 2017

Penggunaan Media Gambar Dalam Mengajar Anak-Anak

1) Pengertian Media Gambar
Gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan) yang dibuat dengan coretan pensil dan sebagainya pada kertas (Depdikbud, 2004: 2031). Selanjutnya Robertus Angkowo dan A. Kosasih (2007: 26) menyimpulkan bahwa media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut manusia, peristiwa, benda-benda, tempat, dan sebagainya.

Penggunaan Media Gambar Dalam Mengajar Anak-Anak
Penggunaan Media Gambar Dalam Mengajar Anak-Anak

Diantara media pembelajaran yang ada, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Ini disebabkan karenakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan itu sendiri, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik dan menari, pasti sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas. Media gambar lebih mudah dimengerti dan dapat dinikmati, mudah didapatkan dan dijumpai, serta banyak memberikan penjelasan bila dibandingkan dengan bahasa verbal (kata -kata). Hujair AH Sanaky (2009: 69) mengem ukakan adanya perbedaan antara media gambar atau foto dengan verbal, antara lain sebagai berikut: (1) verbal (kata-kata), kelemahannya terletak pada keterbatasan daya ingat dalam bercerita dan menjelaskan (2) media gambar atau foto, memvisualkan apa adanya secara detail, , sehingga mungkin ada hal -hal yang tercecer atau terlupakan dalam menyampaikan pesan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa media gambar adalah penyajian visual dua dimensi biasa dijumpai dan biasa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Kelebihan Media gambar adalah mudah dimengerti dan dinikmati dalam pembelajaran, disamping juga mampu mengatasi kesulitan menampilkan benda aslinya ke dalam kelas ketika proses belajar berlangsung.

2) Fungsi Media Gambar
Pemakaian media dalam kegiatan belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat siswa, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam kegiatan belajar dan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu, media dinilai mampu membangkitkan gairah belajar siswa, dan memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan minat dan kemampuannya.

(Baca Langkah Menulis Sebuah Puisi)
(Baca Pengertian dan Hakikat Penulisan Teks Argumentasi)

Menurut Robertus Angkowo dan A. Kosasih (2007: 28) medai gambar berfungsi untuk membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa dan sebagai alat komunikasi dalam menyampaikan pesan (materi pembelajaran) yang lebih konkret kepada siswa, sehingga lebih mudah dipahami dan dipelajari. Hamalik (dalam Dwi Octaria Mekarsari, 2009: 20) mengatakan secara garis besar fungsi utama penggunaan media gambar adalah sebagai berikut:

a) Fungsi sosial, artinya memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang.
b) Fungsi edukatif, artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan.
c) Fungsi ekonomis, artinya memberikan produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara maksimal.
d) Fungsi seni budaya dan telekomunikasi, yang mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan teknologi kemediaan yang modern.
e) Fungsi politis, berpengaruh pada politik pembangunan.

Alfiah dan Yunarko Budi Santosa (2009: 19) mengatakan bahwa nilai atau fungsi media gambar secara umum adalah sebagai berikut.
a) Gambar membuat isi pelajaran mudah dipahami
b) Gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu
c) Gambar dapat mengatasi keterbatasan pandangan
d) Gambar bersifat konkret
e) Gambar harganya murah dan mudah di dapat
f) Gambar menumbuhkan motivasi belajar
g) Gambar dapat memperjelas masalah

Menurut Ansori (2004: 15) keberadaan gambar tidak hanya berfungsi sebagai hiburan. Namun lebih dari itu, gambar memiliki fungsi yang lebih besar. Salah satu fungsinya diantaranya bagaimana penyampaikan ide-ide lainnya. Oleh karena itu gambar patut mendapat perhatian dalam kondisi ini, dan diikuti penilaian bukan saja pada daya tariknya melainkan pada segi bahasanya.

3) Kriteria Pemilihan Gambar dan Prinsip-Prinsip Pemakaian Gambar dalam Pembelajaran
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2009: 74) ada lima kriteria dalam memilih gambar-gambar yang memenuhi persyaratan bagi tujuan pengajaran, yaitu harus memadai untuk tujuan pengajaran, kualitas artistik, kejelasan dan ukuran yang cukup, validitas, serta menarik. Kriteria-kriteria tersebut dapat dijelaskan seperti berikut ini.

a) Gambar fotografi harus cukup memadai, artinya gambar yang disajikan pantas untuk tujuan pengajaran, yaitu harus menampilkan bagian informasi, gagasan, atau satu konsep jelas yang mendukung tujuan serta kebutuhan pengajaran di kelas.

b) Validitas gambar, artinya gambar-gambar yang representatif dari bidang studi tertentu yang menampilkan pesan yang faktual/benar menurut ilmu, merupakan gambar-gambar yang tepat untuk maksud pengajaran yang sahih dan tepat.

c) Gambar-gambar itu harus memenuhi persyaratan artistik yang bermutu. Gambar-gambar yang memenuhi persyaratan mutu seni hendaknya juga memenuhi faktor-faktor sebagai berikut:
(1) pewarnaan yang efesien, berarti penggunaan warna-warna secara
harmonis merupakan ciri kedua dari kualitas artistik dari gambar tersebut.
(2) komposisi yang baik, merupakan ciri-cir dari jenis fundamental efektivitas gambar yang baik atau pengorganisasian ke seluruh unsur-unsur gambar yang baik tersebut.
(3) teknik, artinya teknik pemotretan yang unggul bernilai lebih dari komposisi dan pewarnaan.

d) Gambar fotografi untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan jelas. Jika ukuran gambar terlalu kecil, maka akan sulit diamati, pemahaman dan daya tarik terhadap gambar merosot dan perhatian siswa kepada gambar pun hilang.

e) Menarik atau memikat perhatian anak-anak, artinya gambar-gambar yang nyata dan hidup mempunyai pusat minat yang baik, dan hal-hal yang sangat akrab dengan kehidupan siswa merupakan gambar yang memikat. Hujair AH. Sanaky (2009: 71) menyatakan bahwa media gambar atau foto yang baik sebagai media pengajaran harus memenuhi lima syarat, yaitu:
Harus autentik, artinya gambar haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti apa adanya atau sesuai dengan benda aslinya.
(i). Sederhana, artinya komposisinya hendaklah cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar. (ii). Ukurannya relatif, tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil, tetapi sesuai dengan kebutuhan. (iii). Gambar atau foto harus mengandung unsur gerak atau perbuatan, artinya gambar atau foto yang baik tidaklah menunjukkan suatu objek atau kejadian dalam keadaan diam, tetapi memperlihatkan suatu aktivitas, kegiatan, atau perbuatan tertentu. (vi). Gambar atau foto yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka gambar atau foto yang baik sebagai media pembelajaran, hendaknya bagus dari segi sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Berkaitan dengan kriteria pemilihan gambar yang sesuai untuk tujuan pengajaran, maka Sri Anitah (2008: 9-10) menjelaskan beberapa ciri-ciri gambar yang baik sebagai berikut.

1) Cocok dengan tingkatan umur dan kemampuan pebelajar.
2) Bersahaja artinya tidak terlalu rumit/kompleks, karena dengan gambar itu pebelajar mendapat gambaran yang pokok dan sesuai dengan keadaan.
3) Realistis, adapun maksudnya adalah gambar itu seperti benda yang sesungguhnya atau sesuai dengan apa yang digambarkan (real), sudah tentu perbandingan ukuran juga harus diperhatikan dalam penyajiaan tersebut.
4) Gambar dapat diperlakukan dengan tangan kita. orang beranggapan bahwa gambar adalah sesuatu yang suci, tetapi sebagai media pembelajaran gambar harus dapat dipegang dengan tanggan, diraba oleh pebelajar di kelas.

Setelah mengetahui syarat dan kriteria pemilihan gambar yang baik sebagai media pengajaran, perlu juga diketahui beberapa prinsip untuk mempergunakan gambar-gambar fotografi tersebut sebagai media visual pada setiap kegiatan proses pembelajarn. Adapun Prinsip-prinsip tersebut antara lain sebagai berikut:
Pergunakanlah gambar untuk tujuan-tujuan pelajaran yang spesifik (khususu), yaitu dengan cara menentukan/memilih gambar tertentu yang dapat mendukung penjelasaninti pelajaran atau pokok-pokok pelajaran yang disajikan. Gunakanlah gambar-gambar itu seperlunya saja, jika terlalu banyak gambar tersebut tidak efektif. Jumlah gambar yang sedikit tetapi selektif dan effektif, lebih baik daripada dua kali mempertunjukkan gambar-gambar yang serabutan tanpa melakukan proses pemilahan.

Padukan gambar-gambar kepada pelajaran, sebab keefektifan pemakaian gambar-gambar fotografi di dalam proses belajar-mengajar memerlukan keterpaduan. Kurangilah pemakaian kata-kata pada gambar, oleh karena gambar-gambar itu justru sangat penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita, atau dalam menyajikan gagasan baru. Mendorong siswa untuk bertanya secara kreatif, melalui gambar-gambar para siswa akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan dan tulisan mereka, seni grafis dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya selama proses belajar tersebut. melakukan evaluasi kemajuan pembeljaran di dalam kelas, ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan media gambar-gambar, baik secara umum maupun khusus (Sempit) (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2009: 76).

Thursday, March 16, 2017

Unsur-Unsur Pembangun dan Karakteristik Puisi Anak

Menurut Dick Hartoko (dalam Arief Sudibyo, 2008: 4) unsur-unsur puisi yang paling penting terdiri dari dua, yaitu unsur sintaksis dan unsur tematik atau unsur semantik puisi. Unsur tematik atau unsur semantik puisi menuju ke arah struktur batin sedangkan unsur sintaksis mengarah pada struktur fisik puisi. Struktur batin adalah makna yang terkandung dalam puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati. Sedangkan struktur fisik adalah struktur yang bisa kita lihat melalui bahasanya yang tampak. Adapun unsur-unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Unsur-Unsur Pembangun dan Karakteristik Puisi Anak
Unsur-Unsur Pembangun dan Karakteristik Puisi Anak

a) Struktur Batin Puisi

(1) Tema
Tema Adalah suatu pokok persoalan yang dikemukakan/disam;iakan oleh penyair, setiap puisi pasti memiliki tema, walaupun penyair menyembunyikan tema tersebut (puisi).
(2) Rasa
Rasa Adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang terdapat dalam puisi yang dibuatnya. Setiap orang mempunyai pandangan, sikap, dan watak tertentu dalam menghadapi sesuatu hal.

(3) Nada
Nda Adalah sikap penyair terhadap pembacanya, atau penikmat karya puisinya tersebut. Bagaimanakah penyair itu memandang sesuatu dengan nada angkuh, Agresif atau rendah hati. Semua itu dapat diketahui oleh pembacanya, setelah menikmati karyanya itu. Keras dan Lembutnya makna yang dikumandangkan penyair melalui karyanya tersebut, hal ini banyak dipengaruhi oleh sifat dan watak dari diri penyair itu.

(4) Tujuan
Tujuan Adalah amanat yang disampaikan penyair melalui karya yang dihasilkan. Tujuan penyair dalam karyanya, banyaknya dipengaruhi oleh pekerjaan, cita-cita, dan pandangan hidup serta keyakinan agama.

b) Struktur Fisik Puisi

(1)Diksi
Seorang penyair harus cermat memilih kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, adapun komposisi bunyi dalam rima dan irama, posisi/kedudukan kata itu di tengah konteks kata lain, dan juga kedudukan kata dalam keseluruhan puisi tersebut. Kata-kata dalam puisi tidak tunduk pada aturan-aturan logis sebuah kalimat, tetapi tunduk pada ritma larik puisi.

(2) Pengimajian
Pengimajian merupakan kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti pendengaran, penglihatan, dan perasaan. Baris atau bait puisi sering kali mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang nampak (imaji visual), atau sesuatu yang dapat di rasakan, sentuh atau raba (imaji taktil).

(3) Kata Konkret
Untuk membangkitkan imaji pembaca maka kata-kata dalam puisi perlu diperkonkret. Jika seorang penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah mendengar, melihat, atau merasa apa yang dilukiskan penyair dalam karyanya.

(4) Bahasa Figuratif (Majas)
Penyair biasanya mengunakan bahasa yang bersusun-susun atau berfigura sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif membuat puisi menjadi prismatis atau memancarkan banyak makna. Bahasa figuratif digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak seperti biasa, yaitu dengan cara tidak langsung mengungkapkan makna tersebut.

(5) Verifikasi (Rima dan Ritma)
Sebuah Bunyi dalam puisi dapat menghasilkan ritma dan rima. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Sedangkan ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat.

(6) Tipografi Puisi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Sedangkan I. A. Richard (dalam Sutedjo dan Kasnadi, 2008: 47) menjelaskan bahwa puisi itu mengandung unsur sebagai berikut.

a) Sense
Sense hakikatnya merupakan sesuatu yang diciptakan penyair lewat dunia puisi yang digambarkannya. Di sinilah, maka sence ini menyarankan akan pentingnya pemahaman dari gambaran puisi itu secara umum. Sekilas, siratan puisi tertentu dapat dilihat dari apa yang disampaikan penyair puisinya. Inilah hakikat dari apa yang disebut sence.

b) Subject matter
Subject matter sesungguhnya merupakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam bait-bait puisi atau pokok pikiran yang ditemukan dalam bangunan puisi.

c) Feeling
Feeling berkaitan dengan sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkan di dalam puisi. Objektivitas penyair dalam puisi, seringkali memang sulit, sebaliknya subjektivitas inilah yang melatarbelakangi sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran dalam puisi yang ditulisnya.

d) Tone
Tone berkaitan dengan sikap dan perasaan penyair kepada pembaca. Untuk mengetahui sikap penyair kepada pembaca, maka yang perlu dipahami adalah sikap penyair terhadap pokok masalah yang dikemukakannya.

e) Theme
Theme (tema) ini dapat diturunkan sebagai sebuah konsep ide dasar apakah yang melatarbelakangi puisi itu tercipta. Masalah yang melatarbelakangi dan hal yang membingkai tentu merupakan hal penting dalam menemukan tema dalam puisi.

Karakteristik Puisi Anak

Karakteristik puisi anak memang berbeda dengan karakteristik penyair dewasa. Dengan mengadaptasi pendapat Djojosuroto (dalam Alfiah dan Yunarko Budi Santosa, 2009: 26), ciri-ciri kebahasaan puisi anak dapat disimpulkan sebagai berikut.

a) Unsur Ekstrinsik
(1) Diksi atau dikenal dengan pilihan kata, pada puisi anak masih termasuk agak mudah untuk dipahami, karena belum begitu menggunakan makna kiasan.
(2) Baris dan bait dalam puisi anak biasanya tidak terlalu banyak, satu bait memiliki 3 sampai 4 baris dalam setiap puisi yang ada.
(3) Interpolasi (penyisipan kata pada kalimat dalam sebuah puisi untuk memperjelas makna) pada puisi anak jarang dipakai.
(4) Kata nyata pada puisi anak sangat dominan. Bentuk kata nyata itu berupa kata konkret dan khusus, bukan kata abstrak.
(5) Rima, yaitu sajak atau persamaan bunyi atau pengulangan bunyi merupakan ciri yang dominan pada puisi anak.

b) Unsur Intrinsik
(1) Tema puisi, adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair. Dalam pembelajaran siswa harus mampu menuliskan
sebuah puisi dengan tema yang mudah, seperti: alam, kemanusiaan, cinta kasih kepada orang tua, dan lain-lain.
(2) Intention atau tujuan dan amanat, yaitu hal-hal yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca melalui puisinya. Sebenarnya, dalam puisi anak, tujuan dan amanat yang akan disampaikan adalah perasaan duka, suka, benci, kagum, amarah, dan kasih sayang, dalam penulisan puisi yang disampiakan.
(3) Gagasan pokok dalam penulisan puisi anak tidak jauh berbeda dengan setiap larik pada baitnya. Anak-Anak dalam menuliskan sebuah puisi, biasanya setelah menemukan tema dan topik dilanjutkan dengan menuliskan gagasan pokok yang ada. Dari itulah anak akan dapat membuat puisi sendiri setelah menemukan gagasan pokok.
(4) Majas, yaitu penggunaan gaya bahasa oleh penyair untuk melukiskan, mengungkapkan dan mengeluarkan, perasaan maupun pikiran dalam menulis puisi tersebut. Pada puisi anak, gaya bahasa yang digunakan tidak terlalu sulit karena penggunaan gaya bahasanya termasuk sedikit, penerapan kata pada puisi dalam setiap barisnya lebih ke makna denotasi.
(5) Bahasa puisi, bahasa yang diguna kan dalam puisi anak masih termasuk lugu dan kebanyakan bermakna denotasi, belum berani menggunakan makna kias.

Wednesday, March 15, 2017

Langkah-langkah Belajar Menulis Puisi

Sutedjo dan Kasnadi (2008: 50) mengungkapkan langkah-langkah praktis menulis puisi dengan mempertimbangkan berbagai unsur pembangun yang ada. Semakin kreatif pembelajar dalam menapaki langkah-langkah tersebut, tentunya semakin cepat dan mudah pula untuk mampu menuliskannya. Adapun langkah langkah praktis menulis puisi secara umum adalah sebagai berikut.

Langkah-langkah Belajar Menulis Puisi
Belajar Menulis Puisi
a) Pemilihan aliran
Dikenal banyak sekali aliran dalam sastra Indonesia, misalnya: realisme, naturalisme ekspresionisme, idealisme, romantismedan sebagainya. Jika penyair bertindak sebagai “juru potret” kehidupan, maka penyair tersebut masuk ke dalam aliran realismetetapi jika penyair memilih mengekspresikan kejiwaan dan pikirannya, maka penyair tersebut tergolong penyair dengan aliran ekspresionisme.
b) Pemilihan tema
Seorang penyair sering kali mengangkat tema dalam ekspresi kepenyairannya. Tema dalam kepenulisan puisi menunjukkan masalah apa yang diangkat dalam puisi. Tema yang sering diangkat menjadi sebuah puisi, misalnya: politik, sosial, adat, keagamaan, keluarga, nasionalisme, cinta dan remaja, idola, dan sebagainya.

c) Penentuan jenis puisi
Puisi terdiri dari berbagai jenis, misalnya: puisi kamar, puisi pamfletis, puisi hymne, puisi ode, dan sebagainya. Oleh karena itu, penyair perlu memperhatikan jenis puisi yang cocok dengannya.

d) Pencarian ide (ilham)
Pengalaman para penyair dalam memperoleh ide (ilham) ini beragam. Misalnya: melalui perenungan, membaca puisi karya orang lain, mengamati realitas sosial, menonton film, membaca berita, mengamati lingkungan sekitar, pengalaman pribadi, dan sebagainya.

e) Mengeramkan ide (inkubasi)
Ibarat telur, ide (ilham) butuh ditetaskan. Oleh karena itu sebelum ditetaskan maka ide tersebut perlu melalui proses inkubasi atau pengeraman. Tahap ini merupakan tahap persiapan untuk mewujudkan ide atau gagasan yang telah dikandung, melintas-lintas, atau ide-ide yang selalu membayangi. Inkubasi akan dapat “menetaskan” karya dengan kematangan umur yang dapat dibanggakan.

f) Pemilihan diksi (kata) yang padat dan khas
Kata-kata dalam puisi ibarat roh mutiara yang akan memantulkan cahaya estetis yang penting untuk dipahami. Oleh karena itu, kata-kata yang digunakan dalam sebuah puisi tentunya bukan kata-kata biasa, tetapi kata-kata khas, padat, dan bermakna. Untuk itu, kata-kata dalam puisi biasanya bersifat konotatif (gramatik), kias, bahkan simbolik.

g) Pemilihan permainan bunyi
Salah satu sarana untuk mewujudkan citraan (imagery) penyair adalah penggunaan bahasa puitis dengan mengandalkan permainan bunyi. Aspek
bunyi ini seringkali mendominasi penulisan puisi. Pengunaan bunyi juga dapat memberikan gambaran citraan terhadap pembaca.

h) Pembuatan larik yang menarik
Larik yang menarik dalam puisi biasanya banyak menggunakan permainan bunyi, baik rima maupun pilihan kata. Biasanya permainan bunyi ini dimaksudkan untuk menciptakan nada dan suasana dalam puisi sehingga akan tampak sikap penyair di dalam puisi yang ditulisnya.

i) Pemilihan pengucapan
Cara pengucapan adalah ciri khas seorang penyair. Gaya pengucapan ini berkaitan juga dengan penggunaan gaya bahasa seseorang maupun penggunaan imaji (citraan) pilihan.

j) Pemanfaatan gaya bahasa
Salah satu sarana untuk mewujudkan estetika bahasa puisi adalah gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan sarana yang banyak digunakan penyair untuk mengungkapkan pengalaman kejiwaannya ke dalam sebuah karya puisi. Gaya bahasa ini meliputi: majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas pertautan.

k) Pemilihan tipografi
Tipografi atau sering disebut dengan tata bentuk puisi ini merupakan aspek lain yang perlu dipertimbangkan dalam menulis dan memahami puisi. Oleh karena itu, pilihan tipografi tertentu akan membantu mengekspresikan isi dan maksud pesan penyair yang ingin disampaikan kepada pembaca.

l) Pemuatan aspek psikologis (kejiwaan)
Aspek psikologis ini berkaitan erat dengan kesatuan pengucapan seorang penyair. Di samping dipengaruhi oleh kejiwaan penyair terhadap suatu persoalan, puisi yang mengandung aspek psikologis ini akan melahirkan tone (nada) dalam puisi. Nada, secara umum berkaitan dengan sikap penyair terhadap pembaca berkaitan dengan feeling (sikap) yang dituangkan terhadap persoalan (masalah).

m) Pemuatan aspek sosiologis (sosial kemasyarakatan)
Aspek sosiologis dalam puisi seringkali menjadi “kekuatan” puisi yang menarik untuk dicermati. Aspek sosiologis ini berkaitan dengan kesatuan pengucapan seorang penyair. Pengucapan dan aspek sosiologis puisi seringkali melahirkan puisi-puisi yang berbobot dan berkualitas.

n) Pemilihan judul yang menarik.
Pemilihan judul yang menarik menjadi hal yang harus dipikirkan dalam menulis puisi. Sebuah judul yang baik harus mencerminkan isi puisi di satu sisi dan di sisi lain penting untuk mempertimbangkan aspek kemenarikan seperti indah, padat, dan bernas

Teknik-Teknik Kreatif dalam Menulis Puisi

Menurut Sutedjo dan Kasnadi (2008: 115) teknik-teknik kreatif menulis puisi berkaitan dengan keberanian, pemahaman puisi, igeneuitas (keluwesan), penguasaan style, dan kemampuan empati. Apapun teknik-teknik kreatif menulis puisi adalah sebagai berikut:
Teknik-teknik Kreatif dalam Menulis Puisi
Teknik-teknik Kreatif dalam Menulis Puisi 

a) Teknik Peta Pasang Kata
Teknik ini berpusat pada keberanian dalam memasang-masangkan kata secara bebas tetapi imajinatif. Di sinilah, memungkinkan munculnya kata-kata baru yang imajinatif pula. Hal ini, kemudian menjadi hal yang secara potensial dapat dikembangkan menjadi larik yang menarik, sebelum kemudian menjadi kelompok larik yang membangun bait yang menarik pula.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memanfaatkan teknik ini dapat dilakukan sebagai berikut.

(1) Memilih kata (diksi) sentral yang menggerakkan (inspiratif).
(2) Memasangkan kata inspiratif tersebut dengan kata lain secara acak dan bebas
(3) Mengembangkan pasangan kata tersebut menjadi larik yang menarik. .
(4) Mengklasifikasikan ke dalam satu pokok gagasan (subject matter)
(5) Menata utuh ke dalam keutuhan puisi.
(6) Menentukan judul yang menarik.
b) Teknik Melengkapi Puisi
Teknik ini secara sederhana menyarankan kepada penulis puisi pemula agar mampu mengisi bagian-bagian kosong (yang dikosongkan) dalam sebuah puisi. Teknik ini merupakan latihan mendasar mengawali puisi, mengisi isi puisi, dan mengakhiri puisi sehingga menjadi menarik.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai berikut.

(1) Menghilangkan sebait atau dua bait pertama, kemudian mengisinya dengan ungkapan berbeda tetapi masih memiliki makna yang sama.
(2) Menghilangkan bait-bait puisi, kemudian mengisinya dengan ungkapan berbeda tetapi maknanya sama.
(3) Menghilangkan bait terakhir, kemudian mengisinya dengan ungkapan berbeda tetapi maknanya sama.
(4) Mengedit ulang pengisian bait-bait rumpang tersebut untuk mengetahui kepaduan maknanya.

c) Teknik Reflektif (Empatif)
Teknik refl ektif ini dipengaruhi oleh kemampuan empati dan impresi seseorang. Empati adalah perasaan berlibat secara emosional terhadap sesuatu sedangkan impresi adalah proses “mengesani” (terkesan) terhadap sesuatu. Di samping membantu melepaskan problem psikologis, alternatif reflektif ini juga mencerminkan tinggi rendahnya intelektual humanisme seseorang terhadap kehidupan.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memanfaatkan teknik reflektif ini adalah sebagai berikut.

(1) Memilih realita sosial yang paling impresif.
(2) Mengidentifikasi realita sosial yang paling impresif tersebut dengan memberikan fokus tema dan aspektualitasnya.
(3) Internalisasi.
(4) Mengekspresikan (merefleksikan) ke dalam puisi.
(5) Mengedit dan memberikan pengakhiran secara menarik dan tidak menyimpang dari impresi awal.

d) Teknik Panggil Pengalaman
Teknik panggil pengalaman ini hampir sama cara kerjanya dengan teknik reflektif. Namun, teknik reflektif lebih banyak digerakkan oleh faktor eksternal berupa fenomena sosial, sedangkan teknik panggil pengalaman ini dapat berupa pengalaman pribadi (privacy) di samping memang tidak mengabaikan fenomena sosial yang melingkupi. Dalam teknik ini difokuskan pada pengalaman pribadi, sehingga seseorang diharapkan mampu mencermati perjalanan pribadinya sebagai investasi kehidupan untuk diolah menjadi karya yang baik.
Langkah -langkah dalam teknik panggil pengalaman ini adalah sebagai berikut.

(1) Pilih pengalaman pribadi yang paling monumental.
(2) Identifikasi aspektualitas monumentalnya.
(3) Re-internalisasi.
(4) Ekspresikan ke dalam puis i
(5) Mengedit dan memberikan pengakhiran secara menarik.

e) Teknik Ubah Diary
Teknik ubah diary ini hakikatnya merupakan perpaduan dari teknik refleksi dan teknik panggil pengalaman, tetapi secara empirik memiliki perbedaan dalam langkah dan pengungkapannya. Dalam teknik ubah diary, bahan telah tersedia dalam buku harian. Teknik ubah diary dilandasi pemikiran bahwa banyak sastrawan mengawali buku harian sebagai muara ide penulisan.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai berikut.

(1) Pentingnya mendokumentasikan pengalaman (pribadi dan sosial) ke dalam buku harian.
(2) Seleksi ulang atas persoalan dalam buku harian.
(3) Menganalisis tema-tema buku diary.
(4) Mengubah catatan harian ke dalam puisi.
(5) Mengedit ulang bahasa puisi yang ditulis agar tidak terpengaruh bahasa narasi catatan harian.

f) Teknik Kekaguman
Teknik kekaguman pada dasarnya dilandasi oleh logika bahwa setiap orang memiliki kekaguman atas ketokohan seseorang, paling tidak setiap orang pastinya memiliki tokoh idola atau pernah mengidolakan orang lain. Pengidolaan (kekaguman) ini, tentunya juga melahirkan pembayangan ideal atas sosok tertentu yang dipandang “sempurna” untuk dijadikan panutan. Teknik ini mengedepankan kemampuan eksplorasi sisi-sisi (karakteristik) tertentu yang membangun kekaguman itu. Puisi yang terlahir dari kekaguman ini, biasanya puisi jenis ode dan hymneOde adalah puisi pemujaan atas kepahlawanan yang bersifat heroistik sedangkan hymne adalah puisi yang bersifat pemujaan biasa.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai berikut.

(1) Membangun imajinasi atas pengalaman hidup yang memfokuskan pada sosok tertentu yang melahirkan kekaguman.
(2) Menganalisis alasan filosofis kekaguman itu.
(3) Mengekspresikan poin-poin kekaguman itu ke dalam larik-larik.
(4) Mengorganisasikan larik-larik sehingga melahirkan puisi.

Langkah pertama, berkaitan dengan upaya untuk memanggil pengalaman hidup yang terdapat unsur kekaguman terhadap seorang tokoh di dalam perjalanan hidup seseorang, sehingga puisi jenis ini tercipta karena digerakkan oleh idola (kekaguman). Orang-orang yang biasanya menjadi tokoh yang diidolakan adalah orang tua, guru, dan tokoh-tokoh masyarakat. Lalu kekaguman itu berkembang, dalam kehidupan remaja kekaguman itu seringkali muncul karena faktor fisik dan kemampuan tertentu, misalnya: kagum pada artis tertentu yang memiliki kemampuan akting baik, atau karena ketampanan/kecantikannya.
Langkah kedua, berkaitan dengan hal-hal yang mampu menarik perhatian dari tokoh yang diidolakan, misalnya: sikap heroik, keteladanan, kesempurnaan fisik, kepribadian, kejeniusan, prestasi, peran sosial, kemampuan komunikasi, dan sebagainya. Sedangkan langkah ketiga, penulis tinggal menuangkan kekaguman tersebut ke dalam larik-larik puisi yang dibuat semenarik mungkin.
Langkah terakhir, yaitu menata larik-larik yang sudah dibuat ke dalam pokok pikiran tertentu. Dengan demikian, kemampuan akhir dalam teknik kekaguman ini yang harus dilakukan adalah kecerdasan penulis untuk mengategorikan larik-larik tersebut. Mempertimbangkan permainan bunyi dan kekuatan kata dalam menata larik merupakan hal penting yang tidak boleh diabaikan.

g) Teknik Foto Berita/Media
Teknik foto berita merupakan teknik yang didasarkan pada realita bahwa media massa begitu banyak menyuguhkan foto berita yang memiliki nilai human interest tinggi, misalnya menyedihkan, memilukan, menegangkan, dan sebagainya. Foto-foto berita tentang tragedi tsunami Aceh atau gempa Yogyakarta, tenggelamnya kapal Senopati, dan terbakarnya kapal Levina, merupakan foto-foto berita yang mampu memantik empati siapa saja.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai berikut.

(1) Menemukan foto media yang memiliki nilai humanisme tinggi.
(2) Mengidentifikasi ketersentuhan dan fokusnya.
(3) Mengekspresikan ke dalam larik-larik.
(4) Mengorganisasikan larik dengan berpijak pada totalitas foto media yang telah menggerakkan.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka yang terpenting yaitu kekuatan dalam membangun imaji (citraan). Meskipun foto media tidak memiliki daya gerak, daya bau, daya raba, dan daya dengar, tetapi dengan imaji penuh seakan mampu melakukannya dengan baik. Langkah pertama, mengamanatkan akan pentingnya menemukan foto media yang bernilai human interest tinggi. Foto-foto yang bersifat tragedi, prestasi, dan ironi akan sangat potensial untuk diekplorasi menjadi puisi. Langkah kedua, berkaitan dengan pentingnya membuat fokus dari foto media itu tentang sisi-sisi humanisme yang kuat.
Selanjutnya langkah ketiga, mengubah tragedi, prestasi, dan ironi ke dalam larik-larik puisi. Sisi-sisi yang menonjol dari foto media dapat dieksplorasi lewat kata. Foto media pada awalnya bersifat bisu, tetapi ketika disentuh dengan cara
yang lain, foto media dapat membicarakan berbagai macam makna. Kemampuan memberikan roh pada foto media, terbalut dengan empati kualitas tinggi, sehingga mampu melahirkan larik-larik puisi yang empatif. Setelah lahir larik-larik puisi yang potensial, langkah keempat yaitu menata larik-larik tersebut ke dalam puisi yang visualitatif atas foto media yang telah menginspirasi itu.

h) Teknik Epigonal
Teknik epigonal ini pada dasarnya adalah teknik pengekoran terhadap puisi-puisi yang telah ada sebelumnya. Oleh karena itu, teknik ini membutuhkan kemampuan membaca puisi secara intensif sehingga mampu memanggil inspirasi atas kemenarikan puisi tersebut.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai berikut.

(1) Membaca sebanyak mungkin puisi-puisi yang memiliki nilai karya sastra tinggi.
(2) Mengidentifikasi kemenarikan puisi.
(3) Mengategorikan kemenarikan puisi.
(4) Menyisihkan puisi-puisi yang inspirasional dan menarik berdasarkan temanya.
(5) Menirukankan pola ( frame) yang telah ditemukan.
(6) Mengedit secara cermat sehingga puisi yang ditulis menjadi relatif mempesona.

i) Teknik Aforisme
Teknik ini dilandasi pemikiran bahwa aforisme (kata-kata bijak) hakikatnya adalah sebuah puisi dan merupakan ungkapan fisilogis yang menggerakkan. Semakin banyak koleksi aforisme seseorang maka akan semakin inspirasional pula puisi yang dibuatnya.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai berikut.

(1) Identifikasi sebanyak mungkin aforisme para filsuf, pemimpin, nabi, dan ayat-ayat kehidupan.
(2) Mengategorikan ke dalam tema tertentu.
(3) Merangkai ke dalam kumpulan larik dengan berbagai perubahan seperlunya.
(4) Mengorganisasi menjadi keutuhan puisi yang kuat.

j) Teknik Out bond
Teknik ini dilakukan dengan cara langsung berhadapan dengan objek secara langsung. Pada prinsipnya teknik outbond mengajak seseorang yang ingin menulis puisi untuk terlibat langsung dengan objek. Oleh karena itu, pemaksimalan penulisan puisi menggunakan teknik ini menarik jika dilakukan di alam terbuka.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik outbond adalah sebagai berikut.

(1) Memilih tempat yang cocok dengan tema yang sudah dipilih.
(2) Memaksimalkan objek langsung sebagai sumber inspirasi dan ekspresi.
(3) Mengekspresikannya sesuai objek amatan.
(4) Menata larik-larik puisi dengan berbasis pada objek langsung.

k) Teknik Hipnosis (Relaksasi)
Teknik ini bermuara pada konsep (paradigma) sebagai berikut: (1) bahwa menulis beroperasi pada bawah sadar sementara proses hipnosis juga demikian, (2) dalam kategori menulis dikenal adanya teori ekspresionisme (wujud hati dan pikiran) dan katarsis (pelepasan beban jiwa), (3) hipnosis berkaitan dengan kondisi rileks dan menyenangkan yang potensial untuk membangkitkan (menciptakan) jangkar emosi, dan (4) bahwa relaksasi (sarana) hipnosis mampu mengoptimalkan imaji (citraan) seseorang.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik hipnosis (relaksasi) ini adalah sebagai berikut.
(1) Memilih tempat yang cocok untuk menemukan ‘tempat kedamaian’.
(2) Melatih pikiran bawah sadar dengan pikiran terfokus.
(3) Menciptakan kondisi menerima (trans-reseptif).
(4) Optimalisasi potensi indera yang akan menguatkan citra dan imaji.
(5) Mengoptimalkan gerak mata.

Tuesday, March 14, 2017

Pengertian dan Hakikat Penulisan Teks Argumentasi

Tulisan Argumentasi
Argumentasi adalah semacam wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Lebih lanjut sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dan menyajikan bukti-bukti mengenai objek yang dapat diargumentasikan itu (Gorys Keraf, 1995: 10). Argumentasi dilihat dari suatu proses berpikir dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan menarik kesimpulan serta menerapkannya (aplikasi) pada suatu kasus tertentu dalam subuah perdebatan tertentu.
Pengertian dan Hakikat Penulisan Teks Argumentasi
Pengertian dan Hakikat Penulisan Teks Argumentasi
Argumentasi sebagai suatu bentuk karangan eksposisi yang khusus ( Jos Daniel Perera, 1993: 6). Pengarang argumentasi  berusaha untuk meyakinkan, membujuk pembaca atau pendengar untuk percaya dan menerima apapun yang dikatakan, pengarang selalu memberi pembuktian dengan logis dan meyakinkan.

(Baca Pengertian Cerpen dan Struktur Penulisannya)
(Baca Pengertian Jenis dan Tingkatan Tema dalam Sebuah Penulisan)

Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dalam dunia ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak lain adalah merupakan usaha untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan atau mengajukan bukti-bukti untuk menyatakan suatu sikap atau pendapat mengenai hal tertentu. Argumentasi sangat penting fungsinya dalam kehidupan orang-orang terdidik, tidak hanya sangat efektif untuk mempertahankan pendirian atau gagasan, tetapi juga sebagai alat berpikir secara kritis dalam menilai serta mengajukan alasan serta bukti-bukti, untuk memperhitungkan sanggahan lawan dan yang paling dasar adalah untuk menghubungkan pokok pendirian penulis dengan kesimpulan yang ada yakni dalam bentuk rangkaian logika yang mempunyai kekuatan persuatif (Sujanto, 1988:116). M. Atar Semi (1990: 4) menyatakan bahwa argumantasi merupakan tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran berpendapat atau pernyataan penulis. Argumen adalah suatu proses penalaran, yaitu secara deduktif dan induktif. 

Lebih lanjut Gorys Keraf (2000:3) menjelaskan argumentasi merupakan suatu bentuk retorika untuk mempengaruhi pendapat dan sikap orang lain, agar mereka itu percaya dan pada akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis. Dengan menggunakan pola argumentasi ini, penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal itu benar atau tidak sama sekali.

Argumentasi berbeda dengan empat bentuk wacana yang lain karena fungsi utamannya adalah membuktikan. Bentuk wacana yang lain dapat juga dijumpai unsur-unsur pembuktian, tetapi pembuktian dalam keempat wacana lain (persuasi, eksposisi, deskripsi dan narasi) sangat berbeda dengan sifat pembuktian argumentasi itu sendiri. Secara singkat dapat diuraikan dengan tulisan argumentasi merupakan bentuk wacana tulis yang bertujuan untuk mengubah sikap pandangan, pikiran, dan perasaan seseorang dengan memberikan pembuktian tertentu.

Dari beberapa definisi di atas ditekankan bahwa karangan argumentasi merupakan karangan yang berisi penguatan pendapat, pendirian atau gagasan berdasarkan atau disertai alasan dan/bukti yang menyokong atau memperkuat. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa dalam argumentasi, pendapat atau gagasan yang dikemukakan tidak dilontarkan begitu saja ataupun tanpa dasar/ secara sembarangan saja tetapi harus berdasarkan/disertai dengan alasan yang masuk akal dan/bukti yang kuat.


Dasar sebuah tulisan argumentasi adalah berpikir kritis dan logis ( Gorys Keraf, 2000: 4). Untuk bisa menulis argumentasi, seorang penulis harus bertolak pada fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Fakta atau evidensi itu dapat dijalin dalam metode-metode sebagai mana dipergunakan juga dalam eksposisi. Dalam argumentasi di samping menentukan kejelasan, memerlukan juga keyakinan dengan perantara fakta-fakta itu. Sebab, seorang penulis harus tahu apakah fakta-fakta yang dipergunakan itu bagus, fakta itu benar, dia dapat menunjukkan suatu peraturan yang logis menuju kepada suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan.


Argumentasi adalah suatu bentuk wacana yang tujuan utamannya mempersuasi audien tertentu untuk menggambil suatu doktrin /sikap tertentu atau suatu perubahan tertentu (Vivian dalam Mukhsin Ahmadi, 1990: 98). Atau argumentasi adalah sebuah karangan disusun secara logis disertai bukti-bukti, dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca agar menerima suatu pendapat atau melakukan tindakan tertentu/ keduannya (Rinking & Hart,1968:127). Jadi argumentasi dibuat dengan tujuan meyakinkan atau mempengaruhi sikap atau pendapat orang lain sehingga mereka percaya dan bertindak sesuai dengan yang diinginkan penulis. Atau setidak-tidaknnya dapat menerima atau mengakui kebenaran pendapat yang dikemukakan penulis.


Argumentasi yang baik biasanya menggunakan kaidah-kaidah logika yang benar. Silogisme atau tautology sering digunakan dalam mengungkapkan atau membentuk suatu bparagraf argumentasi. Demikian juga kesesuaian isis dengan realita kehidupan sehari-hari merupakan suatu landasan yang berguna dalam menyusun paragraf argumentasi. (https://haqiqie.wordpress.com/ 2006/04/22/tentang-menulis-serbaneka gaya- tulisan-kembali-ke pelajaran-smp/ diakses 10 Maret 2007). 
Dasar-dasar yang menjadi landasan menulis argumentasi antara lain:

  1. Masalah penalaran yaitu, bagaimana dapat merumuskan pendapat yang benar sebagai hasil dari suatu proses berpikir untuk merangkaikan fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh akal.
  2. Corak penalaran, untuk membuktikan suatu kebenaran argumentasi dipergunakan prinsip logika.
  3. Bagaimana mengadakan penolakan (bila perlu) atas pendapat orang lain/ pendapat sendiri yang pernah dicetuskan.
  4. Bagaimana menulis tulisan argumentasi.
  5. Masalah persuasi yang mempunyai pertalian sangat erat dengan argumentasi bahkan sering diadakan pengacauan atas kedua istilah tersebut.

Tulisan argumentasi akan kuat dan memiliki tenaga tinggi jika tidak ada suatu fakta/informasi yang bertentangan dengan fakta atau informasi yang saling melemahkan satu dengan yang lain. Maka semua fakta yang digunakan harus koheren dengan pengalaman manusia atau sesuai dengan pendapat atau sikap yang berlaku.
  1. Tulisan argumentasi itu harus mengandung unsur kebenaran untuk mengubah keyakinan  dan sikap orang mengenai topik yang akan diargumentasikan tersebut. Untuk menunjukkan kebenaran tersebut, seorang penulis harus menyusun fakta-fakta yang benar adanya. 
  2. Pengarang harus berusaha untuk menghindari seperti istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertentu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa seperti istilah harus mewakili satu makna secara jelas dan tegas, sifat terhindar dari perbedaan penafsiran antara proposisi yang dikemukakannya dengan harus terhindar dari makna yang diragukan.
  3. Penulis harus membatasi pengertian istilah-istilah yang akan digunakan agar dapat meminimalisir kemungkinan timbulnya ketidaksesuaian pendapat karena perbedaan pengertian.
  4. Penulis harus menetapkan secara tepat ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan. 
Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting, sebab seperti analisis yang dipaparkan harus tampak jelas di mana letak perbedaan-perbedaan persoalan yang akan diargumentasikan tersebut dengan demikian sasaran dan arah tulisan hanya dipusatkan kepada titik perbedaan tersebut ( Gorys Keraf, 2000:102-103).

Dasar sebuah tulisan argumentasi adalah berpikir kritis dan logis untuk itu harus bertolak dari fakta-fakta yang ada. C.H Vivian (dalam Achmadi, 1990: 99) membagi ciri-ciri argumentasi menjadi tiga, yaitu:


  1. Pendahuluan, berfungsi sebagai penarik perhatian kepada pembaca dengan menyajikan fakta-fakta pendahuluan untuk memutuskan perhatian untuk memahami argumentasi yang akan disampaikan nanti dalam isi karangan.
  2. Isi, seluruh isi argumentasi diarahkan kepada usaha penulis untuk meyakinkan kebenaran dari masalah yang dikemukakan sehingga kesimpulannya menjadi benar.
  3. Penutup, berisi kesimpulan, penulis harus memperhatikan bahwa kesimpulan yang diturunkan tetap menjadi pencapaian tujuan yaitu membuktikan kebenaran untuk mengubah sikap dan pendapat pembaca.

Adapun ciri penanda argumentasi sekaligus merupakan cirri penanda eksposisi. Menurut M. Atar Semi (1990:48) adalah sebagai berikut: (a) bertujuan meyakinkan orang lain (eksposisi memberi informasi), (b) berusaha membuktikan kebenaran suatu pernyataan atau suatu pokok persoalan (eksposisi hanya menjelaskan), (c) mengubah pendapat pembaca (eksposisi menyerahkan keputusan kepada pembaca), dan (d) fakta yang ditampilkan merupakan bahan pembuktian (eksposisi menggunakan fakta sebagai alat mengkonkritkan). 

Berdasarkan hakikat menulis argumentasi yang telah dikemukakan di atas tadi dapat disimpulkan bahwa menulis argumentasi suatu bentuk kegiatan dan proses bernalar secara logis dan kritis untuk memberi kebenaran guna meyakinkan, mempengaruhi  sikap dan pendapat orang lain (pembaca).