Pengertian Cerpen dan Struktur Penulisannya
A. Cerpen (Cerita pendek)
Cerita Pendek dalam Bahasa Inggris dinamakan short story, merupakan bentuk karya sastra yang sekaligus di sebut karya fiksi (Hayalan). Kita tahu bahwa Cerpen merupakan cerita rekaan yang relatif pendek (short essay). Tetapi, ada berapa ukuran cerpen dalam ukuran panjang karena panjang dan pendek tersebut memang tidak ada aturannya yang pasti. Tak ada satu kesepakatan di antara para pengarang dan para ahli. Edgar Allan Poe dalam Nurgiyantoro (2005:10) menyebutkan bahwa cerpen merupakan sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam saja. Di samping itu, cerpen hanya mempunyai efek tunggal, karakter, plot, dan setting yang terbatas, tidak beragam dan tidak kompleks.
Cerpen dan Struktur Penulisannya |
Cerita pendek adalah cerita yang pendek, namun tidak setiap cerita yang pendek dapat digolongkan ke dalam cerpen. Sudah umu dipahami, Cerita pendek adalah cerita yang pendek dan di dalamnya terdapat unsur pergolakan jiwa pada diri pelakunya, dimana secara keseluruhan cerita tersebut bisa menyentuh hati nurani pembaca dan dapat dikategorikan sebagai buah dari sastra cerpen itu sendiri. Dengan sajian cerita yang realtif pendek tersebut, seorang penulis cerpen (cerpenis) harus mampu merebut hati pembaca ceritanya, sehingga pembaca seperti diteror dan akan terus bertanya-tanya dengan sendirnya. Ketegangan yang diciptakan oleh cerpenis sengaja menggelitik perhatian pembaca melalui teknik-teknik yang dipilih dalam menyampaikan misi yang diembannya.
(Baca Pembelajaran Menulis Cerpen Dengan Strategi 3M)
(Baca Unsur-Unsur yang Harus Diperhatikan Dalam Menulis Cerpen)
Sesuai dengan perannya bahwa sebuah karya harus indah dan mengandung makna dan manfaat, dulce et utile, cerpen selalu hadir dengan bentuk yang apik. Tidak berarti cerpen harus berbahasa indah dengan kata yang berbunga-bunga, akan tetapi pemilihan bentuk kalimat yang tepat dan bersifat enerjik. Inilah salah satu Keindahandari segi bahasa itu membuat cerpen tampak hidup dan seperti berjiwa dan berdaya tarik tinggi.
Sementara dari segi isi, cerpen yang menggambarkan satu peristiwa penting dalam kehidupan seseorang atau beberapa pelakunya memuat misi tertentu yang bersifat sugestif sehingga ketika cerpen selesai dibaca, pembaca akan merenung. Perenungan yang dilakukan itu tidak lain adalah memikirkan, mencari, atau menyimpulkan apa yang diketengahkan oleh penulis. Jadi, dari tulisan itu hati pembaca akan terketuk dan terbuka cakrawala pandangannya atau malah menemukan sesuatu. Itulah manfaat karya sastra, yaitu tulisan yang dapat menyumbang andil bagi kehidupan.
Atas dasar pemikiran yang dikemukakan di atas, tidak mengherankan bila cerita pendek selalu bermunculan setiap hari. Tidak berbeda dengan bentuk media lain yang dapat diperankan sebagai medan curahan hati, kritik, dan cemooh, cerpen pun dapat diperankan sebagai senjata untuk menentang siapa pun. Karya cerpen terasa lebih elastis untuk melontarkan berbagai gagasan yang didukung oleh unsur intrinsik, seperti perwatakan dan setting. Dalam perwatakan dapat digambarkan tingkah laku seseorang untuk diteladani atau dilawan. Perlawanan tersebut biasanya memang jadi tema pilihan yang digarap dalam liku-liku cerita. Seperti sebuah tuntutan yang disuarakan untuk suatu perbaikan, cerpen pun menggarap masalah yang aktual dan mendesak. Dalam hal ini, cerpen dijadikan wahana medan kritik yang bersifat memberontak.
Sifat cerpen sangat akomodatif terhadap kemungkinan masuknya unsur imajinatif penulis sehingga berbagai hal bisa dimasukkan dalam tulisan, termasuk untuk menghapus jejak dan menyelamatkan diri penulis. Sejak cerpen-cerpen zaman Jepang, kondisi seperti ini pun sudah populer dan dikenal sebagai cerpen simbolik. Cerpen itu adalah interpretasi pengarang terhadap kehidupan yang dituangkannya dalam bentuk cerpen. Kehidupan yang digambarkan dalam cerpen bukan kehidupan otentik, tetapi kehidupan menurut saringan pandangan pengarang. Kejadian dalam cerpen adalah pengalaman subyektif pengarang. Makin besar kepribadian pengarang makin terpercaya dengan apa yang diungkapkannya. Kehidupan yang dipaparkan dalam cerpen adalah kehidupan dalam bentuk intinya, yang penuh arti.
Dengan demikian, cerpen adalah salah satu bentuk karya sastra yang diciptakan dari aneka pengalaman batin, pikiran, dan perasaan pengarang dalam kehidupan sehari-hari. Pikiran merupakan sesuatu yang terkendali dan lebih tenang, sedangkan perasaan lebih bergejolak, lebih sukar dikontrol, lebih agresif bila dibandingkan dengan pikiran. Di sisi lain, pengalaman lahiriah dapat mendorong seseorang untuk mencipta karya sastra. Pengalaman lahiriah memiliki sifat yang teramati. Fenomena fisik yang berhubungan dengan hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan oleh seseorang dari yang teramati, sedangkan kekuasaan hukum yang melingkupi berupa pengetahuan, ekonomi, politik, moral, dan agama yang tak teramati dan memberi pengaruh cukup besar ke dalam karya sastra. Berdasarkan pengalaman lahir dan batin inilah seseorang menguraikan dan menghidupkan secara narasi, hingga terbentuklah sebuah karya sastra.
B. Struktur Cerpen
Keutuhan atau kelengkapan sebuah cerpen dilihat dari segi-segi unsur yang membentuknya. Nurgiyantoro (1995:10) menyebutkan bahwa unsur-unsur pembangun (cerita) terdiri dari unsur intrinsik dan ekstrinsik. Seperti Sumardjo (1986:37) menyampaikan bahwa unsur-unsur pembentuk cerpen terdiri , tema cerita, peristiwa cerita (alur atau plot), tokoh cerita (karakter), suasana cerita (mood and atmosfer cerita), sudut pandangan pencerita (point of view), latar cerita (setting), dan gaya (style) pengarangnya sendiri.
Dari kedua pendapat di atas dapatlah kita lihat bahwa Nurgiyantoro melihat dari struktur fisik dan struktur batin cerpen, sedangkan Sumardjo lebih menitikberatkan pada struktur fisiknya saja. Namun demikian, bukanlah berarti Sumardjo mengingkari unsur batin (unsur ekstrinsik) sebuah cerpen.
Unsur-unsur intrinsik merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah karya sastra. Dalam unsur intrinsik tergambar bagaimana sebuah karya sastra cerpen memberikan arah atau jalan pikiran pengarang. Suatu cerita enak dibaca apabila cerita tersebut mampu memberikan perasaan pikiran, perasaan pengarang yang semuanya itu dilukiskan dalam unsur-unsur intrinsik. Dengan demikian, kita dapat memahami maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya itu.
Unsur intrinsik adalah unsur dalam sastra yang ikut serta membangun karya sastra itu sendiri. Karena sifat dan hakikat bentuk cerpen tidak sama dengan bentuk puisi maupun bentuk drama, jadi unsur dalam yang membentuknya pun berbeda. Karya sastra bentuk cerpen pada dasarnya dibangun oleh unsur-unsur tema, amanat, peristiwa cerita (alur atau plot), penokohan, latar (setting), sudut pandang (point of view), dan gaya bahasa. Unsur itulah yang termasuk dalam unsur intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut akan dibicarakan satu persatu dalam sejain yang lain.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah berkomentar