Pondok Belajar

Friday, October 28, 2016

Keutamaan Dan Kelebihan Dari Amalan Sedekah


Kita tahu bawasanya Bersedekah merupakan hal yang sangat dianjurkan dalam agama islam, karena sedekah itu merupakan sebuah sikap ataupun rasa empati kita untuk saling berbagi terhadap orang fakir dengan tujuan untuk meringankan beban hidup mereka. Membantu dan menolong orang yang sedang dalam kesulitan merupakan sebuah sikap yang sangat terpuji dan merupakan sebuah jembatan yang sangat ampuh untuk membangun rasa sosial dan rasa kemnusian yang tinggi dikalangan umat islam. Nabi Muhammad Saw, sangat mengajurkan kita umatnya untuk bersedekah (untuk menyantuni orang fakir dan anak yatim piatu). 
Keutamaan dan Kelebihahan Amalan Sedekaha
Keutamaan dan Kelebihan Sedekah

Disamping itu, sedekah bisa kita maknakan sebagai sebuah perwujudan dari rasa syukur kita kepada Allah atas segala meteri yang telah diberikan Allah kepada kita, dan bahkan orang yang bersedekah tidak akan pernah mengalami kebangkrutan alias miskin, malah harta yang dimiliknya semangkin bertambah dan tidak akan berkurang. Ini sesuai dengan janji Allah Swt sendir sesuai dengan firman Nya dalam Al quran. 
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pahalanya) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak’. (QS. Al-Hadid: 18)  

Dari ayat diatas kita bisa memahami secara umum, jika Allah akan terus melipat gandakan harta orang yang suka bersedekah, tapi harus diingat lakukan sedekah secara iklas tanpa mengharap pamrih dan pujian dari orang lain, lakukan sedekah itu dengan penuh keiklasan, jika sulit untuk iklas maka berusahlah dengan menanamkan niat iklas tanpa perlu bercerita dan menampakkan pada orang lain. Untuk lebih mudahnya anggap saja ketika kita bersedekah itu merupakan tabungan untuk hari akhirat nanti, jika sudah demikian maka sedekah itu bisa kita ibaratkan sama halnya dengan kita melakukan penyetoran tabungan anda ke bank, sehingga tidak perlu bercerita dengan jumlah saldo tabungan kita kepada orang lain. Ibarat lagu opik yang salah satu baitnya orang yang bersedekah dekat dengan Allah, takkan berkurang yang disedekah akan bertambah-akan bertambah dst. 

Selain bersedekah dapat membuat harta kita utuh dan bertambah, sedekah juga dapat menghapus dosa kita (bukan dosa besar karena dosa besar mesti melakukan Tobat Nasuha). Memang banyak cara yang dapat kita lakukan untuk menghapus dosa, seperti berzikir, berpuasa dan lain sebaginya. Namun sedekah memberikan suatu nilai lebih, karena sedekah selain dapat menghapus dosa banyak lagi hikmah aatupun fazilah yang kita peroleh dari bersedekah, terkadang kelebihan dari bersedekah tersebut akan kita peroleh dengan tidak kita sadari sama sekali. Itulah rahasia Allah yang diberikan bagi orang yang suka melakukan sedekah dalam meringankan beban anak yatim dan orang fakir. Adapun dalil tentang sedekah dapat menghapuskan dosa adalah seperti yang telah disampaikan oleh nabi Muhammad Saw, dalam salah satu Hadistnya:

Sesungguhnya sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api’.(HR. At-Tirmidzi).

Namun hal yang sangat ditekankan oleh Nabi Muhammad Saw, bahwa kita di anjurkan untuk iklas dalam melakukan sedekah, seperti yang telah saya jabarkan sedikit diatas memang sulit untuk melakukan sesuatu dengan iklas, karena iklas itu perkara hati, maka setidaknya hindari saja perkara ria/pemer ketika kita melakukan sedekah tarhadap orang-orang miskin. Setidaknya itu merupakan awal dari sebuah niat kita supaya tidak ria dalam melakukan amal kebaikan. Dibawah ini salah satu dalil yang memperkuat tentang untuk tidak berlaku ria ketika kita melakukan sedekah. Rasulullah Saw, bersabda dalah salah satu hadistnya: 

‘Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, maka ia menyembunyikan amalnya itu sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya’. (HR. Bukhari)

Sekian kupasan ringkas dari manfaat melakukan sedekah, semoga ini bisa menjadi sebuah motivasi bagi kita untuk lebih meningkatkan amalan sedekah kita, jangan pernah beralasan untuk tidak melakukan sedekah karena kita merasa tidak cukup, karena yakinlah bantuan Allah akan selalu ada bagi orang-orang yang sangat gemar melakukan amalan sedekah.

Thursday, October 27, 2016

IMAN KEPADA QADA DAN QADAR ALLAH

IMAN KEPADA QADA DAN QADAR ALLAH (UNTUK BAIK DAN UNTUNG JAHAT). Dalam menggarungi kehidupan ini, sebagai manusia kita sering mengalami berbagai macam persoalan kehidupan apalagi dijaman yang sekarang ini dimana keadaan sudah sangat jauh berbada dari masa dahulu baik dari segi persaingan dalam berkarir ataupun dalam berdikari sendiri untuk menompang kehidupan ini. Kita tahu, sebagian besar orang sangat sulit untuk menwujukan sesuatu yang dia harapkan terjadi sebagaimana yang mereka citakan. Akan tetapi, terkadang ada juga sebagian orang yang sama sekali tidak memiliki masalah dalam kehidupannya, dimana semua yang diinginkan/dicitakan dia peroleh dengan sangat mudah tanpa harus bersusah-susah. Itulah gambaran umum (sedikit) mengenai contoh dari berlakunya Qadar Allah kepada kita manusia baik yang mendapatkan qadar baik ataupun qadar buruknya dari Allah.

Iman Kepada Qadar Baik dan Buruk dalam Islam
Iman Kepada Qadar Allah
Sangat disayangkan, ada sebagian orang yang terkadang tergelincir ke lembah kufuran disebabkan oleh karena tidak bisa menerima ketetapan Allah yang sudah ditetapkan kepadanya, misalnya mereka akan dengan mudah mengatakan jika Allah tidak adil karena kegagalan yang mereka hadapi didalam hidup mereka. bahkan yang lebih tragis lagi ada yang melakukan bunuh diri dengan anggapan sebagai solusi dari sebuah persoalan yang dihadapi. Subhanallah, sunguh disayangkan jika orang yang bunuh diri itu akan dipandang sebagai orang islam yang mati dalam keadaan tidak beriman di hadapan Allah. 

(Baca Penjabaran Qanaah Dalam Konsep Islam)

Sebagai orang Islam yang beriman kepada-Nya, kita pasti akan percaya dan beriman kepada semua ketepan apapun yang telah ditetapkan Allah kepada kita baik untung baik ataupun untk buruk. Akan tetapi maksud kata menerima segala ketetapanNya disini, bukanlah menerima segala kegagalan kita dengan pasrah saja, tetapi kita diharapkan untuk terus memperbaiki dan berbenah diri atas segala kegagalan yang ada supaya kita bisa menerima sebuah kesuksesan yang kita idamkan. Seperti yang Allah tegaskan dalam Firmanya

Tidak akan aku ubah nasib suatu kaum, kecuali mereka merubahnya sendiri.

Adapun maksud dari kata ayat tersebut bisa kita pahami secara umum jika Allah menghendaki manusia untuk terus dan tetap berusaha semaksimal mungkin dalam mewujudkan segala sesuatu yang kita impikan. Jadi disini jelas sekali jika kita tidak boleh hanya pasrah saja untuk menerima semua kegagalan yang ada tanpa berusaha kembali untuk memperbaiki diri kita dengan merefleksikan segala kelemahan kelemahan yang ada pada diri kita. teruslah jalani kehidupan ini, karena hidup ini hanya sekali, dan yakini jika hidup itu adalah anugerah Allah yang paling besar buat kita. jangan pernah menyesali terhadap apapun kegagalan kita yang disebabkan oleh kita sendiri, sehingga menyebabkan kita terus terjebak kedalam kehidupan yang tidak pernah pasti. 

Sebenanya kita selaku manusia terlalu lemah ilmu yang kita miliki untuk mengetahui segala hilmah dari ketetapan Allah yang ada pada kita. kita harus menyakini jika apapun yang Allah tetapkan pada kita itu adalah yang terbaik yang tidak mampu kita pahami dengan ukuran ilmu yang kita miliki. Terkadang sebagian orang baru menyadari hikmah sesuatu hal yang buruk terjadi kepadanya adalah yang terbaik ketika dia mengamati kejaidian yang terjadi selanjutnya. Misalnya seeorang yang mau berangkat keluar negeri, jauh-jauh hari dia telah mempersiapkan segalanya untuk berangkat pas pada hari keberangkatan di harus gagal berangkat karena demam, pada saat itu dia merasa kesal dengan penyakitnya karena menyebabkan keberangkatan dia gagal, namun sesuatu hal buru terjadi dimana pesawat yang rencanya dia berangkat memgalami musibah. Pada saat itu baru dia pahami hikmah yang baik dari kekgagalan keberangkatan dia ke luar negeri. Itu hanya contoh kecil saja, pada hal banyak sekali hikmah-hikmah lain yang terkandung dalam setiap kegagalan kita dalam mengarungi kehidupan ini, cuman terkadang kita terlalu naif untuk mampu menemukan semua hikmah tersebut, kecuali hanya bagi mereka yang memiliki sikap tawadhuk dan qanaah, dan tetap mensyukuri apapun yang kita perolah/miliki sebagi bentuk syukur kita kepada sang Khaliq Allah ‘Azawajalla.

Perkembangan Kurikulum Dicetralisasi Di Indonesia


PERKEMBANGAN KURIKULUM DICETRALISASI DI INDONESIA. Kurikulum merupakan proses merencana, memandatkan, memadukan, mentafsirkan isi ataupun maksud, dan objective kurikulum (Ishak Ramly, 2003:7). Dewasa ini kurikulum pendidikan mempunyai peranan penting bagi seluruh negara yang ada di dunia, karena kurrikulum merupakan fondasi utama dalam menentukan maju mundurnya suatu pendidikan dalam suatu negara. Jika kita melihat dunia pendidikan sekarang, banyak sekali negara yang terus mengembangkan kurikulum pendidikannya untuk mencapai taraf yang lebih bagus, sebab banyak sekali faktor yang terus mempengaruhi perkembangan kurikulum pendidikan, seperti: tehnologi dan informatika, perkembangan ilmu pengetahuan, lingkungan, kebudayaan, dan lain. Namun demikian dalam perancangan kurikulum dibutuhkan metode yang sangat tepat untuk menjawab semua persoalan di atas, di mana kurikulum yang dirancang harus sesuai dengan perkembangan zaman dan tehnologi, sebab dewasa ini pengaruh tehnologi terhadap dunia pendidikan sangat besar, di mana tehnologi sudah menjadi kebutuhan primer untuk setiap orang. Mengikuti Allan C Ornstein France P hunkins: 
Perkembangan Kurikulum Disentralisasi Di Indonesia
Kurikulum Disentralisasi


'Curriculum development is where the action is. This is not meant that those who are scholars in the field should not deal with broad issues such as social policy, culture mores, and political power. Bur the key for activity for educators, where the rubber hit the road, is creating aducational program that engage student in learning and empowering them to construct their own meaning and to comprehend the meaning of scoolars, to take currirulum as vision to actual program. The dominant of curriculum development is not static. New procedures are being suggested for changing axisting curricula that draw on post modern way of thinking. New approaches to curriculum development are drawing on the latest in cognitive theories. Instructional design theories also are enriching ways of approaching curriculu development'.   
(Allan C. Ornstein France P. Hunkins 2004:194) 


Untuk memecahkan persoalan yang ada dari keberanekaragaman negara indonesia, sebagai Negera kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku dan adat istiadat dimana satu sama lain mempunyai perbedaaan masing-masing, tentu saja mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pengembangan dunia pendidikan. Pemberian Otonomi Daerah oleh pemerintah pusat merupakan langkah strategis bagi daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk menghindari hal-hal yang sensitive sehingga sisiwa boleh memahami materi pelajaran sesuai dengan keadaanya. Untuk merancang kurikulum yang berkwalitas berbagai jenis rancangan kurikulum dipelajari, paling kurang rancangan tersebut juga mengacu pada rancangan yang digambarkan oleh Allan C. Ornstein France P. Hunkins dimana kurikulum pendidikan dapat dikelompokkan dalam tiga bahagian diantaranya 1. Kurikulum Subject center, 2.Kurikulum learners/student center, 3. kurikulum problem solving (Allan C. Ornstein France P. Hunkins, 2005:245).

Desentralisasi pendidikan merupakan salah satu contoh kewenangan daerah untuk mengurus tuntas segala permasalahan yang tercakup di dalam pembangunan bidang pendidikan di daerahnya. Desentralisasi pendidikan ini tentu saja membuat peluang menuju peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terarah dan menyeluruh sesuai dengan lingkungan dan dunia kerja di suatu daerah. Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah dengan penyempurnaan kurikulum Nasional. Penyempurnaan kurikulum ini akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan pengelolaan kurikulum yang dengan sendirinya akan merubah praktik-praktik pembelajaran di kelas, dimana sangat tidak memungkinkan jika penerapan kurikulum harus disamakan antara satu daerah dengan daerah lain. Disini kita melihat penerapan Kurikulum K13 Sebagai Penyempurnaan dari kurukulum KTSP diharapkan akan mampu membuat perobahan pengeloaan kurikulum yang maximal antar pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pemaknaan standar pendidikan tidak di artikan secara bebas tetapi masih mengikuti rambu-rambu yang telah diatur, seperti perumusan indikator masih sesuai dengan Kompetensi yang telah ditentukan dalam penyusunan perangkat pembelajaran. Sehingga proses pencapaian yang diharapkan oleh kurikulum akan tercapai dan terlaksana dengan seragam dan serentak walaupun dalam penyajiannya sedikit berbeda.     

Definition Of School Based Curriculum Development

DEFINITION OF SCHOOL BASED CURRICULUM DEVELOPMENT. 
Before determining the terms of SBCD, it is necessary to examine the notion of SBCD, which is the central of our discussion. The word “school-based” literally implies that all curricular decision are made at the school level. When combining with the word “curriculum development”, it connotes that all activities associated with the creation of curriculum materials, such as planning, designing, producing, implementing, and evaluating must be conducted at school level. 



Definition of School Based Curriculum Developmen
School Based Curriculum Development
(Read KTSP as a Form of SBCD)

School Based Curriculum Development may be taught of a set of interrelated ideas about, or proposals for, how whole curriculum are to be designed and how the related teaching and learning are to be planned and organized according to the context of societies and environments’ need. A literal definition of "school-based” might imply that all educational decisions are made at the school level. Apart from independent and "alternative" schools operating as separate entities, it is highly unlikely that this situation pertains to systemic schools (for example, government schools, and schools operating within a school district).
The terms of school based curriculum is defined in a range of different ways in the literature. According to Bezzina (as referenced in Rachel Bolstad, 2004:6). The school based curriculum development is defined as bellow: 

'[SBCD is] a process in which some or all of the members of a school community plan, implement and/or evaluate an aspect or aspects of the curriculum offering of the school. This may involve adapting an existing curriculum, adopting it unchanged, or creating a new curriculum. SBCD is a collaborative effort which should not be confused with the individual efforts of teachers or administrators operating outside the boundaries of a collaboratively accepted framework' (Curriculum Development: principles, Processes and Practices, 2004:5)

So from the above statements we may understand that school based curriculum is the schools needing to be responsive to their environment, and requiring the freedom, opportunity, responsibility and resources to determine and direct their affairs, it’s mean that SBCD provides chance to region  for shaping curriculum to suit unique local needs and resource of students and communities. The curriculum in school based curriculum development is internal and organic to the institution, not an extrinsic imposition. The institution is also has a network of relationship with another institutions, groups and bodies, as for example a school is part of local education authority and  national education system and it releases to community bodies.  

Hence, other writes try to map the infinitive varieties of SBCD in their attempt to explain what it is. For example, Brady as referenced in Rachel Bolstad (2004:24), he postulates twelve variations of SBCD using a classification system based upon type  of activity (creation, adaptation, selection of curriculum materials), on one axis people involved (individual teachers, pair of teachers, groups, and whole staff), on the other axis 

One single of definition of SBCD is can not to justify the SBCD, because SBCD is move dynamically based on the context of environment and social need. We see that the type of SBCD in America and Australia even in Hongkong are not the same in all aspects, however the main purposes of this curriculum is the same in developing the curriculum in grass level. 

As already mentioned in earlier, School based curriculum as the planning, design, implementation, and Evaluation of a programme of students’ learning by the educational institution of which of those students are member Skillbeck (1984:2). The implication of this definition is that curriculum development and curriculum research are inseparable and that, since teachers are center agents, curriculum development about teacher self-development and curriculum research is about how to make curriculum more efficient and how to solve the problem in education. 

SBCD can involve creating new products or processes, but that can also involve selecting from available commercial materials and making various adaptations. The latter two processes, of course, require less time and funds and a lower level of commitment from participants. Yet, it can be argued, that SBCD tasks should be embark upon only if they are manageable and can be achieved within a reasonable time frame. 

Other writers argue that SBCD is an amalgam of ideas, which can be interpreted as an educational philosophy. Skilbeck (1990:241-244), puts together such terms as "teacher and learner working together to produce a curriculum", "freedom for both teacher and pupil", and the "school's responsiveness to its environment" to produce a theoretical position about SBCD. He argues at length for structures and policies to be developed at the school - level and for there to be shared decision - making by all participants, especially teachers and students. Fullan (2002:16-20) supports teacher involvement in change at the school level, and he has produced various factors and strategies, which could be viewed as a model for SBCD. Other writers have commented on educational philosophies that are closely linked to SBCD. For example, A.V. Kelly (2009:268) argues for a democratic underpinning to curriculum planning and development. He states that democracy is a moral system-the major elements of this moral framework are equality, freedom and respect for the rights of the individual. “In a genuinely democratic society, the government’s policies must accord with these elements.

SBCD can be seen as a product of discontent with externally or centrally based curriculum development. Many SBCD advocates reject any curriculum development activities which are not located at the school level. They argue that centrally based curriculum developers fail to take into account the diverse needs of students and teachers in a particular school. “Top-down” modes of curriculum development, they contend, ignore classroom teachers and provide them with little incentive, involvement, and job satisfaction Collin J. Marsh & George Willis, (1990). 

So as the conclusion we may describe that SBCD can be viewed as the opposite of centrally based curriculum development, and as a “rallying cry” for the active involvement of teachers in designing, planning, implementing, and evaluating curriculum materials within a particular school Collin J. Marsh & George Willis, (1990:46). Then SBCD could be described as the various curriculum processes of planning, designing and producing, associated with the completion of a particular set of materials. It can also include teaching activities associated with the implementation and evaluation of a set of materials. One might ascribe such elaborate activities to a well- funded curriculum project team, but the scale and range of these activities could well be beyond the scope of individual school communities. As a result, the term "curriculum - making" is preferred, because it signifies a less grandiose range of activities for school personnel. 

In fact, the early notion of SBCD has a strong relationship to action research. As John Elliot (1997) points out, in the 1960s, action research emerged as a tool for school-based curriculum change, which was tied to the goal of creating curriculum that was more meaningful and relevant to students.
Through conducting action research, teachers emancipate themselves and become the creators of curriculum for themselves and students. Advocates of action research and SBCD declare that having the responsibility to develop and implement curriculum is crucial to the professional identity of teachers. SBCD is thus principally a way to develop teachers’ professional competence and empower them. 

In reality the School Based Curriculum Development is really good strategy in managing school curriculum, where this form of curriculum involving all elements in managing curriculum such as teacher, community, education scientist, education stake holder, education division, agent of education, companies, and so forth. this statements based on what skilbeck said, (as referenced in A.V Kelly, 1999:116) he states that there are several major principles are reflected in this notion of School Based Curriculum Development, First it acknowledges that a large measure of freedom from both teachers and students are a necessary condition for curricula provision, which is fully education. Second, it views the school as human social institution which must be responsive to its’ own environment, and which must, therefore, be permitted to develop in its’ own way to fit that environment. Lastly, it regards as a vital to this development that the individual teacher or at least the staff individual should, should accept a research and development role in the respect of curriculum.    

Wednesday, October 26, 2016

Historical Roots Of School Based Curriculum Development

HISTORICAL ROOTS OF SCHOOL BASED CURRICULUM DEVELOPMENT. 
Curriculum as word is not recent invention. It does not simply refer to what is taught in school. It is more complex, a word from antiquity that has involved in meaning. Kenneth T Henson states that the terms of curriculum comes from a Latin word meaning “racecourse” when used in education, curriculum has many meaning. Traditionally, the word has meant a list of course, but through the years the terms has expended, taking on several additional meaning (Kenneth T Henson, 1995:4). 


We known one of the reason why education need improve and change dynamically because the education in the world always challenge with the progression of knowledge and the problem education in world. Nowadays we see that there are many countries in the world have many problems in progressing their own educational system, they trying to manage education which is able to be accessed easily by students. They manage the education research/project in order to know the basic problem in order to increase their education, and tried to back to roots problem in education, where the school need freedom, access to materials, resources, strategies, and involved in all activity of education. 

We know that the school is not only belonging to government but community also have big role in managing the education system because the knowledge is passed to members of societies. So the curriculum is not only doing the mandate of the government in the top level by ignoring the competency of teacher in the class room, where the teacher is just focus on doing the instruction from the top level without caring the students, society and environments’ need. The curriculum in modern era is permitted the teacher to be more creative in using their own intellectual to manage the school curriculum by taking account the society, a students and environment need. This is not meant that only teacher who has responsible to arrange the curriculum but teacher is only one element that should be involved in managing curriculum. 

School based curriculum is essentially a teachers-initiated grass root phenomenon, and it’s likely to survive in this pure form regardless of political and economic context. In each country SBCD has grown within a different cultural tradition, and it is therefore difficult to point out to a particular time period when it began, because there is no many documents regarding to this curriculum. 

As general rule, we found significantly less literature about SBCD written during the last 10 years. The exception to this was a few articles about SBCD in Hong Kong, China, Japan, and Taiwan written since 2000. The problem may be caused by many document was not documented and also many literature that was not written in English. However during the 1960s there were growing advocacy Then to find the real data regarding the SBCD, educationalist and system managers operating tone collect the documents at least in English speaking countries, and this is the history of SBCD begin. Collin Mash, Christopher Day & Lynne Hanna (1990:18)

It was not until well after World War II that various moves were made in educational circles which might be constructed as being related to SBCD. The Plowden report release in UK in 1967 (central Advisory Council for education, 1967), advocated child centered approaches and informal learning practice in primary school. This approach became popularized as open education and open learning in many western countries and especially in Australia. So in order to get a clear description about the historical of School Based Curriculum Development, let see the description about the School Based Curriculum in USA.  

In America, the reformation in education sector during ninetieth century, but there is no evident to justify that America already implement this curriculum at the beginning of ninetieth century. However the various terms of curriculum related to the School Based Curriculum Development already used in developing curricula, such as “child-central” approach, progressive education, curriculum reform, school improvement, and school effectiveness. 

According to Collin Mash, Christopher Day & Lynne Hanna, (1990:15) since the mid-1970s there has been a major effort at all level to bring about school improvement/school effectiveness in USA, school level group has been, and continue to be, involved in SBCD activities. The implementation of School Based Curriculum in America is not totally the same among the district level, because the different location and the development of education. 

Marsh as referenced in Collin Mash, Christopher Day & Lynne Hanna (1950:23), said, it is not possible to provide an overall judgment about current levels of SBCD occurring in the USA because of the enormous diversity occurring at the district and states levels. However, some states, such as California and Florida, do appear to be encouraging SBCD development quite strongly. For example, the school improvement project (SIP) in California has provided individual schools with state funding for the creation of school site council to plan and implement local change over periods of two to three years.

Tuesday, October 25, 2016

Curriculum Change And Innovation


CURRICULUM CHANGE AND INNOVATION. 
Curriculum change is a generic that include a whole family of concepts such as 'innovation, development and adaption' it includes change that can be either planned or unplanned (unintentional, spontaneous or accidental), Marsh & George Willis (1999:150).

Concept of Curriculum Change and Innovation
Concept of Curriculum Change and Innovation
Change in educational depends to a very large extent upon the process of institutionalization which, help to transform the general potentialities for change into historical realities. Education, generally speaking, is a conserving institution, seeking to maintain and to mediate the culture heritage of society, S.N Eisenstaedt (1964 as referenced in Ivor Morish 1967: 23). This mean that there are must be some attempt the old culture to new condition in order that individual within society might keep up with technological change, and culture however should trough the processes of educational dynamic, and it should perform a directional role. Change is not only occurring by its self, but there many factors that influence change occur, such as innovation, development and adoption etc. M.B Milles (1955, as referenced in Ivor Morish 1967:28), states that there are a number of environmental factor which enable and dispose educational system to change. Some are quite specific, such as size, complexity, finances and congruence between the innovation and the values and practices of those who receive them; and others are of a more general nature. Ivor Morrish (1976:29), state, other areas of change occur in terms of financial allocation to research and development, buildings, materials, staffing and so forth. Much here will depend upon whether society is going through a period of expansion or retrenchment, inflation or deflation.   
Innovation process is the planned application of ends or means new to the adopting education system, and intended to improve the effectiveness and/or efficiency of the system, Henderson (1985:3). This definition, with its emphasis on interaction and application, indicates that the process of innovation includes not only an awareness of alternative but definite intention to implement one or more alternatives. In addition Hendrson’s definition also directs intention to improving the effectiveness of a system. Educators do not always agree with the contention that a change has to be an improvement to quality as an innovation. Whether an innovation is regarded as an improvement or not depends, of course, on the judgment of who ever makes the decision about adoption, with the judgment usually made in terms of aspiration and past experience.

In consideration of the general parameters of educational innovation, Westley (1964:158) argues that there are three processes at work. First, innovations tends to occur through the accumulation of a variety of changes; some quite small, such as the introduction of a new text book; some more widespread, such as a general improvement in the professional education and training of teachers. Other changes are effected more at the level of measurement techniques, such as the improvement of testing and diagnostic methods. All such changes as these, however, are usually developed slowly, but the total effect is continual improvement in the education system as a whole. 

Secondly, there is a what Westley calls the “grass root” theory of the development of change; the system as a whole is perpetually being infused with new idea, and it is transforming those with it is prepared to assimilate into some newly conceived from more constant with its own norms and practice. Thirdly, changes occur in policy decision; a central governmental authority decides to adopt a new idea and issues the requisite regulations and instructions to bring it into effect. These three analyzed by Westley are probably at work in most innovations that are eventually introduced.       

Thus, innovation is always needed, especially in the field of education to overcome the problems that are not only limited to education but also the problems that influence the process of education process. Rosenblum & Louis (1981: 1) argued the need of innovation in education. 

'Declining enrollments, rapid changes in the existing technology and knowledge about teaching and learning processes, a continual expansion of the role of the school into new areas, and changes in the prevailing cultural preferences of both local communities and the larger society continually impel schools to innovate'


Innovation often treated as change, but not all of change is able to be treated as innovation. Mars and George Willis (199:151) state, that the terms of innovation may mean either a new object, idea, or practice or the process by which a new object, idea, or practice comes to adopted by an individual group or organization. In my view, with curriculum innovation, you would be teaching the subject in a new way, perhaps connected with other activities. For example, if you are teaching about a certain book, like the independent day of Indonesia, you might have the students learn about the 1945s, about lifestyles of blacks and whites in that particular town, and what was going on during that time in Indonesia. If it hasn't been done before, it might be useful to include a simulation of some experience, bring in someone who lived in those times--an experience that will transform the knowledge that the students have.  However a change in curriculum will effect the subjects being taught. An alternative book, like the independent day of Indonesia, would be required reading instead. The independent day of Indonesia might be moved to a reading list for juniors from the freshman year or to the curriculum of another class, such as history. 

Furthermore Roger and Shoemaker (1971), identify six attributes that in studies of innovation and implementation consistently stood out as most important part: 

1. Relative advantage: the degree to which an innovation is perceived to be better that the idea it supersedes
2. Status: the importance attached to a subject or program
3. Relative reward: the strength of the reward if the innovation is used
4. Compatibility: the degree to which an innovation is perceived as being consistent with existing values and practice
5. Complexity: the degree to which an innovation may be experimented with on a limited basis. 

Based on the statements above, it implies that the appearing of an innovation is caused by the problems of education that have to be solved, and the way to solve it is through innovation (often referred to as "renewal", although this term is not identical with innovation). The innovation should be resulted by original thinking, creative, and unconventional.  The implementation of the innovation should be simple by involving comfort and convenience elements. All this is forwarded as an attempt to improve the situation of education. 

One important aspect in any context of education is by understanding the curriculum that is implemented by national education. Often the curriculum becomes a scapegoat due to the failure of the education because of changing of curriculum. In fact, it should be understood that the curriculum has to move dynamically, has to be changed in order to follow the changes in society. Cuban (1991: 216) suggests that to understand the curriculum changes necessary to understand three basic concepts of these changes, namely (a) the plan of change is always good, (b) must be separated between the change with stability, and (c) if the plan of change has been adopted, it is needed the improvement of the plan. 

Membuat Widge Recent Post Ringan Dan Keren

MEMBUAT WIDGE RECENT POST  RINGAN DAN KEREN. memilik tampilan wigde yang keren, indah dan menarik adalah keinginan semua blogger. ini semua dimaksudkan supaya para penggunjung blog yang kita miliki akan terpersona dan akan betah berlama-lama ketika mengunjungi blog/situs yang kita miliki. Maka tak jarang kita melihat jika sebagian besar para blogger mencoba hal-hal yang terbaru dalam mengotak atik baik template ataupun tampilan blog yang mereka miliki dengan tujuan supaya membuat pengunjung blog mereka tertarik untuk berkunjung kembali ke situs mereka dimasa yang lain. Sebanranya memiliki pengunjung yang tetap dan berkunjung dengan waktu yang lama juga merupakan salah satu syarat jika blog kita akan mendapatkan posisi yang bagus di mesin pencarian Google tersebut, siapa yang tidak menginginkan blog mereka selalau muncul di urutan pertama mesin pencarian milik Google. 

Baiklah para blogger semua, kali ini saya akan memberikan sedikit tutorial tentang cara membuat wadge recent post yang ringan dan keren, sehingga memudahkan loading pada saat blog kita di ases oleh pengunjung kita. Recent post yang saya maksudkan disini adalah tampilan widge yang menayangkan beberapa tampilan artikel yang baru kita posting di blog/laman web kita sehingga pengunjung blog kita akan tertarik melanjutkan bacaan untuk postingan artikel lainnya tanp harus mencari lagi dari menu ataupun label-label yang kita gunakan di template blog kita. Disini saya akan memberikan dua jenis tampilan widge recent post dimana yang satu tayang secara bergantian/bergiliran sedangkan yang satu lagi (janis yang kedua) tampilannya berada dalam dalam posisi stable (tetap). Walaupun demikian kedua widge recent post ini ringan dan sangat menarik, ringan yang saya maksudkan disini adalah ketika halaman kita di loading maka dengan otomatis tampilan wadge ini akan muncul dengan sendirinya tanpa memperlambatmeperberat proses loading halaman website kita yang terkadang hal ini juga sangat membuat para penggunjung kita terganggu dan lari ke blog yang lain jika proses loadingnya memakan waktu yang lama. Kita tahu bahwasanya widge recent psot disini selain untuk mempercantik tampilan blog kita juga untuk memudahkan penggunana dalam mengakses artikel kita sehingga mereka akan betah berlma-lama dalam mengingjungi web/blog kita, karena artikel yang kita sajikan akan muncul dengan sendirinya di widge recent post. Siapa tahu saja salah satu tayangan artikel kita di widge recent post dapat menarik minat mereka untuk melanjutkan memngujungi artikel selanjutnya.



Cara Membuat Widge Recent Post Ringan dan Keren
 Cara Membuat Widge Recent Post Ringan dan Keren
(Baca Cara Membuat Menu Dropdown Pada Toolbar Blog)

Sebenarnya untuk mempercantik tampilan recent post pada blog kita sangat mudah, disini saya akan memberikan beberapa tahapan-tahapan untuk anda lakukan/ikuti sebagai tutorial supaya tampilan widge recent post pada blog anda jadi menarik. Untuk lebih mudahnya, mari di simak tahapan-tahapan pemasangan recent post pada blog anda berikut ini.


1. Login ke dashboard blog anda kemudian

2. Klik menu tata letak/lay out pada blog kita, lalu dilanjutkan 
3. Klik menu tambah gadge di lay out anda dan pilih menu html/javascript.
4. terakhir anda Kopy kode salah satu kode berikut ini, tergantung pilihan mana yang anda sukai dari kedua jenis kode tersebut, kalau ingin melihat tampilannya tidak salah jikalau anda mencoba kedua kode ini lalu putuskan kemudian mana yang lebih cocok tampilan dari keduannya menurut selera anda:

A. Recent Post Berganti tayang


<style type="text/css">
#rp_bsu_img{height:290px;overflow:hidden;border:solid 0px #585858;padding:1px 5px 14px 1px;background-color:none;}
#rp_bsu_img ul{list-style-type:none;margin:0;padding:0}
#rp_bsu_img li{border:0; margin:0; padding:0; list-style:none;}
#rp_bsu_img li{height:70px;padding:1px;list-style:none;}
#rp_bsu_img a{color:#55acee;}
#rp_bsu_img .news-title{display:block;font-weight:bold !important;margin-bottom:5px;font-size:13px;}
#rp_bsu_img .news-text{display:block;font-size:11px;font-weight:normal !important;color:#282828;text-align:justify;}
#rp_bsu_img img{float:left;margin-right:10px;padding:1px;border:solid 1px #f5f5f5;width:75px;height:65px;}
</style>
<script type="text/javascript"
src="https://ajax.googleapis.com/ajax/libs/jquery/1.7.2/jquery.min.js"></script>
<script type="text/javascript"
src="https://googledrive.com/host/0By_AtKYt5PKPWWFZUXoyQ0N6b3c/"></script>
<script type="text/javascript">
var speed = 1000;
var pause = 3500;
$(document).ready(function(){
rpnewsticker();                
interval = setInterval(rpnewsticker, pause);
});
</script>
<ul id="rp_bsu_img">
<script style="text/javascript">
var numposts = 10;
var numchars = 60;
</script>
<script src="/feeds/posts/default?orderby=published&alt=json-in-
script&callback=rpthumbnt"></script>
</ul>

B. Recent Post Statis (Tetap)


<style scoped='' type='text/css'>
ul.recent_posts_arlina li{display:inline-block;position:relative;width:100%;margin:0;padding:10px 0;transition:all .3s linear;}
ul.recent_posts_arlina li:last-child {border:0;}
.recent_posts_arlina .wrapinfo{display:inline-block;margin:0 10px 0 0;overflow:hidden;z-index:2;position:relative;width:90px;height:62px;float:left}
ul.recent_posts_arlina li img.recent_thumb{width:100%;height:auto}
.recent_posts_arlina {float:left;width:100%;margin:10px 10px 5px 0px;padding:0;font-size:.9rem;}
ul.recent_posts_arlina li a{color:#2b427d;font-size:13px;font-weight:700;line-height:normal}
ul.recent_posts_arlina li a:hover{color:#138be6}
.recent_posts_arlina i{font-style:normal;color:#999;font-size:13px}
</style>
<script style='text/javascript' src='https://cdn.rawgit.com/Arlina-Design/FlamingTree/master/recentpostarlina.js'></script>
<script style='text/javascript'>
var numposts=5,showpostthumbnails=!0,displaymore=!1,displayseparator=!1,showcommentnum=!1,showpostdate=!1,showpostsummary=!1,numchars=62;
</script>

<script src='/feeds/posts/default?orderby=published&alt=json-in-script&callback=recentpostinfoarlina'></script>

5. Pastekan salah satu Kode Script diatas kedalam widge html/java script dan kemudian tekan timbol simpan

6. ketika anda sudah memastekan kode script diatas berarti anda  sudah menyelesaikan semua tahapan yang diperlukan tingga lihat tempilan blog anda dengan menekan tombol view blog.

Sekian saja gambaran/tutorial singkat tentang cara memasang widge recent post yang menarik dan ringan di blog anda semoga bisa widge ini mempercatik tampilan blognya. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba dan terimakasih atas kunjungannya.

 Sumber Kode Script Arlina Design Simplify 2

Pedagogical Content Knowledge ’Pengertian dan Konsep PCK’


A. Pendahuluan.

Dalam Proses belajar mengajar seorang guru harus menekankan pada kepahaman Peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Di sini guru tidak hanya berperan sebagai pendidik saja, akan tetapi juga berperan sebagai penentu berhasil tidaknya seorang Peserta dalam memahami kosep ilmu yang diajarkan. Mengajar memang bukan hanya proses mentrasferkan ilmu pengetahuan kepada Peserta didik, tetapi guru juga dituntut untuk dapat memberikan kepahaman kepada Peserta didik terhadap apa yang telah di ajarkan. Ini memang bukan pekerjaan yang mudah, sebab untuk membuat Peserta didik boleh faham tentang materi yang diajarkan tidaklah semudah mebalikkan telapak tangan, sebab pendidik harus menguasai konsep-konsep tentang cara mengajar yang effektif dan profesional, disamping menguasai kosep-konsep tentang kepribadian Peserta dan pedagogik, atau kesatuan dari hal tersebut lebih dikenal dengan Padagogical Content Knowledge. 


Konsep dan Pengertian Pedagogical Content Knowledge
Pedagogical Content Knowledge

(Baca Pedagogic Reasoning 'Aspek-aspek Pengetahuan Pedagogik)
B. Pengertian PCK

PCK merupakan porses transformasi ilmu Pengetahuan (Content Knowledge) dengan mengunakan/merangkumi kemahiran pedagogi (pedagogical Knowledge) supaya materi pelajaran yang di ajarkan menjadi ‘teachable’ dan accessible’ bagi Peserta didik. Dasar ilmu ini di dasarkan pada sebuah penelitian di Amerika Serikat terhadap guru yang menunjukkan bahwa pemberian materi pedagogical umum pada calon guru di-asumsikan kurang berhasil melahirkan guru-guru yang yang mampu mengajar bidang study secara efektif. Maka untuk mecari solusi dari permasalahan tersebut, Lee Shulman [Guru besar pada Stanford University] bersama sejumlah kandidat doctor bimbingannya melakukan penelitian-peneliatian sejak awal tahun 1980-an. Dari penelitian inilah konsep Pedagogik Content Knowledge (PCK) ditemukan. 

Bila kita melihat dalam arti sempit, PCK boleh kita artikan merupaka pemahaman oleh seorang guru (peserta didik) tehadap bidang kusus untuk mereka sendiri (pofesional). Seorang pendidik tidak hanya boleh memahami tentang content dan pedagigik saja, akn tetapai seorang pendidik itu harus dapat memahami proses tranformasi ilmu kepada Peserta didik dengan didasari dari pemahaman guru terhadap pedagogical dan ilmu lain yang berhubungan dengan pendidikan dan peserta didik.  Pengetahuan PCK ini meliputi pendekatan pengajaran untuk mengetahui apa yang cocok dengan konten, dan juga, tahu bagaimana elemen konten dapat diatur untuk melakukan proses pembelajaran yang lebih baik dan profesional. Pengetahuan ini berbeda dengan pengetahuan dari ahli disiplin dan juga dari pengetahuan pedagogi umum. Konsep PCK mempunyai kaitan yang erat dengan representasi dan perumusan konsep, teknik pedagogi, kandungan ilmu pengetahuan, pengetahuan siswa dan  teori-teori epistemologi. Pedagogical Content Knowledge Ini juga melibatkan pengetahuan tentang strategi pembelajaran yang memasukkan representasi konseptual yang tepat yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan dan kesalahpahaman pelajar sehingga menumbuhkan pemahaman yang bermakna. PCK Ini juga mencakup pengetahuan tentang apa yang mahasiswa terapkan pada situasi situasi belajar, pengetahuan yang secara fasilitatif atau dengan melakukan tugas-tugas belajar tertentu. 

PCK mewakili campuran isi dan pedagogi menjadi pemahaman tentang bagaimana aspek-aspek tertentu dari subjek disusun, dan disesuaikan dengan pengajaran. Shulman berpendapat bahwa guru harus memiliki pengetahuan tentang subjek dan strategi pedagogis umum, untuk memudahkan siswa memahami pelajaran. Dalam hal ini guru perlu menggambarkan cara yang rumit di mana guru memikirkan bagaimana konten tertentu harus diajarkan, Shulman berpendapat tentang ‘isi pedagogi pengetahuan’ sebagai pengetahuan konten yang berhubungan dengan proses pengajaran, termasuk cara-cara yang mewakili dan merumuskan subjek yang mudah dipahami oleh orang lain. L Shulman Say ‘If teachers were to be successful they would have to confront both issues  -of content knowledge and pedagogy knowledge -simultaneously, by embodying the aspects of content most germane to its teachability’ (Shulman, 1986: 9). Hal ini terjadi ketika guru menafsirkan materi pelajaran, mencari cara untuk menggambarkan dan membuatnya dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik. 

Gagasan PCK telah dibincangkan lagi oleh para sarjana setelah Shulman ‘(misalnya lihat Cochran, De-Ruiter, & King, 1993; van-Driel, Verloop, & De-Vos, 1998)’. Bahkan, Shulman beranggapan PCK merupakan deskripsi awal pengetahuan bagi guru disamping hal-hal lain (seperti pengetahuan kurikulum, pengetahuan tentang konteks pendidikan, dll). Penekanan pada pentingnya PCK  ini didasarkan pada pengakuan Shulman bahwa ‘isi pedagogi pengetahuan adalah elemen yang sangat penting  kerana menunjukkan cirri khas pengetahuan untuk mengajar. PCK merupakan content knowledge dan pedagogical knowledge yang mengarahkan kepada pemahaman tentang bagaimana topik-topik tertentu dapat disesuaikan dengan berbagai minat dan kemampuan peserta didik, dan disajikan dalam pembelajaran. Sejak diperkenalkan pada tahun 1987, PCK telah digunakan dan difahami secara luas. Sebagai contoh di bidang pendidikan ilmuan pendidikan seperti Anderson dan Mitchner (1994); Hewson dan Hewson (1988); Cochran, Raja, dan DeRuiter (1993); dan organisasi profesional seperti National Science Teachers Association (NSTA, 1999) dan Dewan Nasional untuk Akreditasi Pendidikan Guru (NCATE, 1997), semua menekankan pentingnya nilai PCK difahami guru untuk persiapan dan pengembangan profesinya. Gagasan PCK, sejak diperkenalkan pada tahun 1987, telah direspon dengan pemberian beasiswa pendidikan kepada guru untuk memperlajari konsep PCK yang berhubungan dengan pendidikan secara umum dan materi pokok pendidikan pada khususnya ‘(Lihat misalnya, Ball, 1996; Cochran, Raja & De-Ruiter, 1993; Grossman, 1990; Ma, 1999; Shulman, 1987; Wilson, Shulman, & Richert, 1987)’.
Untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut mengenai konsep PCK, mari kita melihat Gambar berikut yang menerangkan hubungan antara content knowledge dan pedagogical knowledge. 


Diagram Pedagogical Content Knowledge
Diagram Pedagogical Content Knowledge

Dari diagram diatas, kita dapat merepresentasikan kontribusi Shulman bagi pengetahuan guru dengan menghubungkan dua lingkaran, sehingga mereka mengambarkan isi kandungan Pedagogicalal (PCK) merupakan interaksi antara pedagogi dan konten. Menurut Shulman, persimpangan ini mengandungi bentuk-bentuk representasi dari ide-ide, seperti analogi, ilustrasi, visualisai, penjelasan, dan demonstrasi maka cara untuk merumuskan subjek yang teachable dan accessible bagi pelajar. (Shulman, 1986, hal 9). 

Monday, October 24, 2016

Kurikulum Subject Center, Student Center Dan Problem Solving Center

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KURIKULUM SUBJECT CENTER, STUDENT CENTER DAN PROBLEM SOLVING CENTER. Pada pembahasan yang telah lalu, saya telah membahas mengenai konsep kurikulum Subject Center, Kurikulum Student Center, dan Kurikulum Problem Solving Center. Kurikulum merupakan perencanaan pembelajaran yang meliputi tujuan, Pengalaman Pembelajaran (metode-metoda tertentu), bahan ajar (subject Matter) dan Penilaian yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Jadi setiap manusia mempunyai pandangan yang berbeda dalam rancangan kurikulum, sebab bentuk rancangan kurikulum ini sangat tergantung  pada tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, disamping itu keadaan dan lingkungan sekitar juga merupakan faktor yang utama yang harus dipertimbangkan dari bentuk dan jenis Kurikulum yang dirancang.


Kelemahan dan Kelebihan Kurikulum Subject, Student dan Problem Solving Center
Kelemahan dan Kelebihan Kurikulum Subject, Student dan Problem Solving Center
(Baca Konsep dan Pembagian Kurikulum Student Center Design)

Pada pembahasan kali ini saya akn membahas mengenai kelebihan dn kekurangan dari ketiga jenis kurikulum yang saya sebutkan di atas (kurikulum Subject Center, Kurikulum Student Center, dan Kurikulum Problem Solving Center). Kita tahu bahwa, semua jenis Kurikulum yang disebutkan diatas tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Kelemahan dan kelebihan ini bisa saja saja disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, misalnya: infomasi, lingkungan, era, perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagainya. Kelemahan yang saya maksudkan disini adalah bukan kekurangan atuapun kelemahan  dari kurikulum tersebut, akan tetapi kelemahan ketika kita mencoba mengadaptasikan kurikulum tersebut di lingkungan kita, ya boleh jadi seperti alasan yang say kemukan tadi. Untuk itu, alangkah baiknya kalau seandainya semua jenis Kurikulum di atas kita gabungkan menjadi satu, dalam artian kata kita akan menggunakan hal-hal yang positif atau yang mendukung dengan tingkatan peserta didik ataupun lingkungan dan fasilitas yang dimiliki saja untuk kita aplikasikan dalam proses belajar mengajar di lingkungan sekolah. Sehingga kita bisa hanya menggunakan bagian-bagian atau jenis kurikulum tersebut yang sesuai dengan lingkungan dan keadaan peserta didik kita. 

Untuk lebih jelasnya saya juga akan memberikan sedikit uraian singkat tentang kelebihan dan kelemahan dari ketiga kurikulum tersebut diatas dengan tujuan kita bisa memisahkan kelebihan dan kelemahan dari Kurikulum diatas untuk dapat kita aplikasikan di dalam proses belajar mengajar di tempat ataupun di lingkungan sekolah kita. 
A. Kelebihan/Kelemahan Kurikulum Student Center

Kelebihan 
Adapun kelebihan dari Kurikulum Student center ini adalah siswa lebih fokus dalam mendalami materi pembelajaran, sebab materi yang diajarkan sesuai dengan minat dan keinginan siswa, Kurikulum ini sangat coccok kita gunakan untuk sekolah dasar, dimana siswa diberikan rangsangan dengan menyajikan Kurikulum sesuai dengan minatnya. 

Kekurangannya
kelemahan dari jenis Kurikulum student Center ini adalah, segala proses belajar mengajar sangat bergantung mutlak pada siswa sehingga materi pembalajaran akan eelalu berubah menurut keinginan siswa, disamping itu proses belajar mengajar tidak akan berlangsung sebelum peserta didik menentukan jenis meteri yang disukainya. Jenis rancangan Kurikulum ini juga tidak cocok digunakan untuk siswa tingkat tinggi. Dari segi pendidik/guru mungkin sangat sulit mencari guru seperti yang diharapkan dalam rancangan Kurikulum ini.

B. Kelebihan/Kelemahan Kurikulum as subject center

Kelebihan 
Jenis rancangan Kurikulum sangat menitik beratkan pada ilmu pengetahuan, dimana siswa diajarkan ilmu pengetahuan dengan lebih mendalam seperti tahapan proses sampai dengan tahapan mengambil kesimpulan dalam suatu kajian dsiplin ilmu. Disamping itu rancangan Kurikulum ini jaga mengelompokkan beberapa displin ilmu kedalam beberapa kelompok, sehingga terjadi pengkususan pada beberapa bidang pelajaran tertentu, jenis pengelompokkan ini juga memberikan kemudahan kepada anak didik untuk bisa lebih mudah dalam mengakaji suatu displin ilmu, karena adanya pertalian yang erat atara antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya. Sistem Kurikulum ini sangat cocok diterapkan pada anak didik tingkat sekolah atas.  

Kelemahannya
Adaupun kelemahan dari rancangan kurrikulum Subject Center ini adalah materi yang diajarkan tidak ditentukan berdasarkan keingginan anak didik, sehingga jenis rancangan Kurikulum ini tidak memberikan kebebasan kepada anak dalam menentukan object materi pelajaran yang diinginkannya, Kurikulum ini juga tidak cocok diterapkan untuk anak sekolah dasar.
  
C. Kelebihan/Kelahaman Kurikulum as Problem Solving.

Kelebihannya
Rancangan Kurikulum Problem Solving ini sangat menekankan pada kehidupan sosial, masalah sosial, dan masyarakat. Jadi kelebihan dari rancangan kurikulum ini adalah siswa dibekali ilmu pengetahuan yang bisa diterapkan dalam masyarakat sehingga mereka bisa beradaptasi dengan lingkungan yang ada, dan mampu memecahkan masalah yang ada dilikungannya. Jenis Kurikulum ini sangat cocok digunakan untuk anak sekolah atas yang bergelut dibidang sosial. 

Kelemahanya
Adapun kelemahan dari kurikulum Problem Solving ini adalah, materi yang disampaikan hanya berfokus pada masalah social saja, sehingga siswa kurang dibekali denga ilmu-ilmu lain. Disamping itu kendala yang dialami adalah dalam hal pengadaan tanaga pengajar yang benar-benar mampu menerapkan system dari rancangan Kurikulum ini.