Pengertian
Belajar Dan Macam-Macam Teori Belajar
Proses belajar mengajar merupakan salah satu proses interaksi di sekolah yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik, peserta dengan peserta didik yang berlangsung baik didalam kelas maupun diluar kelas dalam wadah lingkungan belajar. Dengan adanya proses interaksi tersebut maka terjadilah sebuah proses kegiatan pembelajaran. Secara umum proses pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan domain kognitif, domain emosional, dan lingkungan beserta pengalaman tertentu yang bertujuan untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan terhadap pengetahuan keterampilan (skill), nilai, dan pandangan seseorang (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai suatu proses pengembangan baik berupa pengembangan aspek pengetahuan, perilaku, keahlian dan pemahaman terhadap nilai nilai yang ada, dengan bahasa lain belajar merupakan suatu proses memanusiakan manusia. Sedangkan teori belajar adalah usaha/upaya untuk menggambarkan bagaimana seseorang tersebut belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. (Wikipedia). Berbeda dengan perubahan yang ditimbulkan oleh perbuatan belajar, para ahli teori belajar berusaha merumuskan tentang makna dasar dari pengertian belajar tersebut. berikut ini dikutip beberapa batasan belajar, agar dapat menjadi bahan pemikiran dan renungan mengenai pengertian belajar yang berlangsung dalam kelas/dalam lingkungan belajar.
(Baca Memahami Konsep Teori Belajar Vygotsky, Bruner dan Ausubel )
(Baca Pendapat Tokoh Aliran Filsafat Pendidikan Humanistik)
Secara umum Belajar dapat diartikan sebagai sebuah proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau didasar pada kecendrungan respon pembawaan, pemaksaan, atau kondisi sementara seperti lelah, mabuk, perangsang dan sebagainya.
Sedangkan Menurut Morgan (Gino, 1988: 5) menyatakan bahwa belajar adalah merupakan salah satu yang relatif tetap dari tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Maka dengan demikian dapat diketahui bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan manusia melalui pengalaman dan latihan untuk memperoleh kemampuan baru dan merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap, sebagai akibat dari latihan. Namun menurut Hilgard (Suryabrata, 2001:232) dia menyatakan belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perbuatan yang ditimbulkan oleh perbuatan/aktivitas lainnya. Selanjutnya menurut Gerow (1989:168) dia mengemukakan bahwa “Learning is demonstrated by a relatively permanent change in behavior that occurs as the result of practice or experience”.
Proses Belajar terjadi dengan adanya ditunjukkan oleh perubahan yang relatif tetap dalam perilaku yang terjadi pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya latihan dan pengalaman-pengalaman tertentu. Disamping itu menurut Bower (1987: 150) “Learning is a cognitive process”. Belajar adalah suatu proses kognitif.Harus dipahami jika pengertian ini tidak berarti semua perubahan berarti belajar, tetapi dapat dimasukan dalam pengertian belajar yaitu, perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar, untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari gambaran gambaran pengertian belajar yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang yang tidak baik. akan tetapi, perubahan tersebut tidak akan harus segera nyata muncul pada diri seseorang setelah mengikuti proses belajar tetapi dapat nampak di kesempatan yang akan datang (kemudian hari).
2. Belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi melalui latihan latihan dan pengalaman pengalaman yang dilalui. Maka untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru baik berupa skill ataupun keahlian tertentu, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. hal hal yang berhubungan dengan skil adalah seperti menciptakan keahlian tertentu seperti dibidang otomotif, perkebunan, dan media IT dan lain sebaginya. Adapun tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis seseorang. Untuk jenis teori belajar manapun pada prinsifnya tetap menekankan jika belajar meliputi segala perubahan yang terjadi pada diri peserta didik baik perubahan dari pola berpikir, pengetahuan, informasi, kebiasaan, sikap apresiasi maupun lainnya. Ini berarti kegiatan belajar ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang dilalui oleh seseorang. Perubahan yang terjadi karena proses belajar adalah perubahan yang disebabkan oleh karena adanya usaha dari individu tersebut dan perubahan tersebut berlangsung dalam aktu yang relatif lama. Namun harus dipahami jika Belajar merupakan suatu kegiatan yang aktif, karena kegiatan belajar dilakukan dengan sengaja, sadar dan memiliki tujuan yang hendak di capai. Namun dalam usaha untuk mencapai hasil yang optimal dari kegiatan belajar tersebut, maka sangat perlu untuk diusahakan faktor penunjang dari belajar itu sendiri, seperti kondisi peserta didik yang baik, fasilitas dan lingkungan yang mendukung (memadai) serta proses belajar mengajar tersebut dilakukan dengan tepat tersruktur dan teroganisir dengan baik.
Macam-macam Teori Belajar
Secar umum ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, (1) teori belajar behaviorisme, (2) teori belajar kognitivisme, dan (3) teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif yang dapat diamati secama pembelajaran berlangsung. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Aliran Konstruktivisme memiliki pandangan bahwa belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep konsep pemahaman baru.
1. Teori belajar Behaviorisme
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang disampaikan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman seseorang. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan. Dalam ilmu pembelajaran teori ini lebih dikenal sebagai aliran pendidikan behavioristik. Salah satu konsep aliran ini adalah lebih menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil dari belajar itu sendiri. Jenis teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, memposisikan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Untuk itu siperlukan respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan (enablement). Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
Aliran Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Adapun Model kognitif teori belajar ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran dengan cara mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini lebih menekankan pada proses atau dengan kata lain bagaimana informasi diproses.
Adapun Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini diantarnya ialah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel memberikan penekanan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Sedangkan Bruner lebih menekankan pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan yang ada.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Dari segi makna kita dapat mengartikan Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Maka Konstruktivisme memeiliku hubungan dengan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan terkontrol.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata Maka dengan mengunakan teori konstruktivisme ini peserta didik dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan sendiri. Disamping itu, Pendidik sebagai tenaga pengajar akan lebih paham karena mereka terlibat secara langsung dalam membangun konsep pengetahuan baru tersebut.