Pendapat Tokoh Aliran Fisafat Pendidikan Humanistik - Pondok Belajar

Tuesday, August 01, 2017

Pendapat Tokoh Aliran Fisafat Pendidikan Humanistik

Tokoh Aliran Fisafat Pendidikan Humanistik

1. MASLOW
Maslow (1969) menyebutkan psikologi humanistic sebagai "koalisi berbagai sempalan psikologi ke dalam suatu filsafat tunggal". Esensi filsafat tunggal itu, sebagaimana disebutkan Maslow, berwujud pengakuan bahwa species manusia memiliki ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan yang unik ; terdapat nilai-nilai utama universal yang menjadi bagian dari alam biologis manusia, naluriah dan tidak dipelajari ; tujuan utama segenap upaya manusia adalah realisasi diri atau aktualisasi diri - yakni pengungkapan dan penggunaan kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesanggupan secara penuh. Dia memberi penekanan pada spontanitas, kendali internal, dan keunikan mahusia, serta pada masalah-maslah existensial, dan memnerikan konsep tantang manusia sebagai makluk yang creative yang dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan dari luar maupun oleh kekuatn-kekuatan tidak sadar melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan sendiri.

Pendapat Tokoh Aliran Fisafat Pendidikan Humanistik
Pendapat Tokoh Aliran Fisafat Pendidikan Humanistik
2. ROGER
Roger berpendapat bahwa proses belajar mengajar akan optimal apabila siswa terlibat secara penuh atau langsung dan sungguh serta berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar mengajar. Proses pendidkan berpusat pada anak didik, dalam hal ini peran guru dalam proses pendidikan adlah sebagai pasilitator dan proses pembelajaran dalam konteks proses penemuan yang bersipat mandiri. Searah dengan pendangan tersebut maka hakikat pendidikan adalah fasilitator baik dalam aspect kognitif, afektive, dan psikomotorik, untuk itu seorang pendidik harus mampu menbangun suasana belajar yang kondusif untuk belajar mandiri. Proses belajar hendaknya merupak kegiatan untuk mengexploritasi di yang memungkinkan pengembangan keterlibatan secara aktif subject didik untuk memperoleh pengetahuan dan pengalamn belajar.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka system belajar yang cocok untuk pendidikan humanis ini adalah Enquiry Discovery yakni belajar penyelidikan dan penemuan. Dalam proses belajar mengajar system Enquiry Discovery ini guru tidak akan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk final, dengan kata lain guru hanya menyajikan sebagian, selebihnya siswa yang mencari atau menemukan sendiri.
Adapun tahapan dalam prosedur Enquiry Discovery adalah:

1. simulation (simulasi/pemberi rangsangan), yakni melalui kegiatan proses belajar mengajar dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, aktifitas belajar lainyan yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2. Problem statement (pernyataan / identifikasi masalah), yakni memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasikan sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian dipilih salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

3.  Data collection (pengumpulan data), yakni memberi kesempatan kepad para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.

4. Data prosesing (pengolahan data), yakni mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sabagainya lalu ditafsirkan.

5. Verification (pentahkikan), yakni melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dihubungkan dengan data prosesing.

6. Generalization (generalisasi), yakni menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum.( Syah, Muhibbin,2004)

3. ARTHUR W. COMBS
Arthur W. combs berpendapat bahwa pendidikan yang baik adalah dengan mengunakan pendekatan tingkah laku (behavioristict approach) terhadap ilmu psycholog yang memungkinkan mereka untuk menerima tehnik inferential) guru berperan memahami tingkah laku anak didik sehingga memudahkan guru untuk menyesuaikan diri dengan masalah pembelajaran yang disertai pujian dan hukuman. Disini guru harus memahami individu anak didik supaya hubungan dengan siswa lebih hangat dan lebih manusiawi, dengan memahami bagaimana pola pikir siswa, perasaan, perasan, namun lebih menekankan kepada rangsangan pengembangan pola pikir anak didik.

4. FANTINI.
Menurut Fantini Tujuan pedidikan yang sebenarnya adalah berdasarkan sebuah kurikulum yang berlandaskan tujuan dari pendidikan tersebut. Lebih jauh dia menjelaskan, pendidikan pada masyarakat biasa seharusny. harus dititik beratkan pada masalah kemanusian, dengan cara yang terbaik berdasarkan tujuan dari pada pendidikan tersebut. Dewasa ini kebanyakan sekolah rancangan kurrikulum didasarkan pada kepentingan disiplin ilmu (content), jarang sekali kurrikulum itu di rancang sesuai dengan keadaan anak didik, yang sesuai dengan pola pikir, interest, tingkah laku dan motovasi anak didik. Jadi disini Fantini menekankan rancangan pedidikan harus relavant dengan keadaan anak didik, dimana siswa yang kurang berprestasi di berikan materi yang relavant dengan pola pikirnya untuk meningkatkan prestasi merek. Jadi disini guru harus memahami subject yang diberikan terhadap pola pikir anak sebelum membawa merekan kedalam proses belajar mengajar.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran menurut pandangan psikologi humanistic yaitu:
1. Setiap individu mempunyai kemampuan bawaan untuk belajar.
2. Belajar akan bermanfaat bila siswa menyadari manfaatnya.
3. Belajar akan berarti bila dilakukan lewat pengalaman sendiri dan uji coba sendiri.
4. Belajar dengan prakarasa sendiri penuh kesadaran dan kemampuan dapat berlangsung lama.
5. Kreatifitas dan kepercayaan dari orang lain tumbuh dari suasana kebebasan.
6. Belajar akan berhasil bila siswa berpartisipasi secara aktif dan disiplin setiap kegiatan belajar.

Setelah kami mengambarkan pendapat keempat tokoh aliran humanistic kurrikulum sebagaiman yang dijelaskan di atas, maka berdasakan gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa konsep aliran pendidikan ini sangat menitik beratkan pada keadaan, pola pikir, interest dan kondisi anak, maksudnya kurikulum yang di rancang harus sesuai dengan aspek-aspek perkembangan anak didik (peserta didik). Disamping itu pola aliran ini juga sangat memperhatikan pola perkembangan psychology anak, dan lingkungan keberadaan anak didik (peserta didik). Disamping itu jenis filsafat pendidikan humanistik ini boleh dikatagorikan kedalam bentuk perancangan kurikulum yang merujuk kepada anak didik (student center) dimana anak didik akan mengikuti proses pembelajaran mereka sesuai dengan apa yang mereka inginkan (interest).  

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah berkomentar