Kesempatan tidak datang kedua kalinya dalam hidup ini. Kesempatan itu adalah sebuah waktu yang sangat baik yang berpihak kepada kita, baik yang mendatangkan rejeki ataupun lainnya yang jelas posisi kita pada saat tersebut berada dalam posisi yang sangat beruntung. Maka jika ada dari kita yang mendapatkan kesempatan maka jangan pernah menunda-nunda lagi apalagi mengabaikan kesempatan tersebut.
Kesempatan tidak datang kedua kalinya |
Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita mendapatkan kesempatan kepada kita, seperti misalnya seorang anak sekolah mendapatkan beasiwa karena mendapatkan rangking satu, jadi untuk mendapatkan beasiswa tersebut siswa tersebut harus melakukan pembuktian dengan cara melampirkan surat keterangan telah mendapatkan rangking satu dan melampirkan berbagai piagam penghargaan yang pernah dia peroleh. Jadi jika sang anak didik tersebut tidak melengkapi semua persyaratan yang diminta maka otomatis peluang ataupun kesempatan yang baik bagi dirinya untuk mendapatkan beasiswa tersebut belum tentu akan dia dapatkan untuk kedua kalinya pada saat lain. Maka dari itu gunakanlah kesempatan yang ada untuk dipergunakan semaksimal mungkin untuk mendatangkan manfaat yang kita inginkan. Terkadang kebanyakan pada diri kita sering mengabaikan kesempatan yang ada karena berbagai faktor, seperti malas, sepele, ataupun malah ingin mendapatkan manfaat yang lebih besar lagi dari kesempatan tersebut.
(Baca Pengertian dan Penjabaran Sikap Qanaah Dalam Islam)
(Baca Memahami Philosofi Kehidupan Pohon Bambu)
Untuk lebih jelasnya bagaimana sikap mengharapkan keberuntungan yang lebih dengan mengabaikan kesempatan yang ada tesebut adalah seperti kisah berikut ini.
Pada suatu massa hiduplah seorang pengemis tua seorang diri, dimana dalam keseharianya dia menghabiskan waktunya hanya untuk mengemis agar dapat memenuhi kebutuhan makannya sehari-hari. Dalam menekuni profesinya layaknya orang yang lain dia selalu bercita-cita untuk mendapatkan uang yang banyak misalnya dengan menemukan benda yang berharga ataupun ada santunan uang yang banyak dari orang kaya yang iba dengan profesinya tersebut, disamping dia juga terus berdoa supaya mendapatkan rejeki yang dia impikan tersebut.
Pada suatu hari pengemis tua tersebut melihat se-ekor kucing yang sangat cantik dan bersih, dia mencoba mendekati kucing tersebut dan ternyata kucing yang gemuk itu sangat jinak dan manja. Melihat gelagat kucing yang sangat menarik perhatiannya tersebut, kemudian timbul rasa ingin memelihara kuncing tersebut. Dengan hati-hati dan mengamati keadaan disekeliling kemudian pengemis itu membawa pulang kucing itu kerumahnya lalu mengikat supaya tidak keluar dan lari dari rumahnya. Selang dua hari kemudian dia mendapatkan kabar di helaian korang bekas di tempat dia sering menjalankan profesinya bahwa ternyata yang memiliki kucing tersebut adalah seorang saudagar kaya raya. Dan dia menyaksikan sendiri jika didalam korang tersebut dinyatakan bagi siapa saja yang menemukan anak kucing tersebut akan diberikan hadia sebesar dua puluh lima juta rupiah. Membaca berita tersebut pengemis tersebut sangat senang dan dia langsung memeutuskan untuk pulang kerumahnya. Setibanya dirumah dia langsung memutuskan untuk membawa kucing tersebut kepada saudagar kaya untuk mendapatkan hadiah yang telah dijanjikan, dalam perjalanan menuju kerumah orang kaya sekitar 30 meter dari rumahnya tiba-tiba muncul pikiran lain di hatinya yang dipicu oleh rasa serakah. Dia memutuskan untuk membawa kembali kucing tersebut ke rumahnya dengan asumsi bahwa jika besok hari jumlah tawaran yang akan dibayarkan oleh saudagar kaya tersebut akan bertambah.
Keesokan harinya, tebakan pengemis ini benar adanya, sewaktu dia melintasi sebuah warung dia mendengar berita di telivisi jika tawaran yang diberikan oleh suadagar kaya tersebut bagi yang menemukan kucing kesayangannya bertambah menjadi tiga puluh lima juta rupiah. Mendengar berita tersebut dia sangat kegirangan dan kembali muncul hasrat loba di hatinya ’kalu begitu saya akan menunggu sampai suadagar kaya raya tersebut memberikan hadiah sampai dengan lima puluh juta rupiah, mungkin paling ada sekitar 2 hari lagi pasti tawaran tersebut akan jadi lima puluh juta rupiah pikir pengemis tersebut’. Hari terus berlalu dan pada hari kedua tawaran yang diberikan meleset dari apa yang diprediksikan oleh pengemis tersebut ternyata tawarannya meningkat hanya empat puluh lima juta rupiah dan belum mencapai lima puluh juta seperti yang dia impikan. Kemudia pas selang satu hari berikutnya ternyata harapan dia kali ini menjadi kenyataan, dia menyaksikan sendiri selebaran-selebaran yang ditempel di tempat dia mengemis jika tawaran hadiah yang diberikan sudah mencapai lima puluh juta rupiah. Melihat selebaran tersebut dia langsung bergegas pulang menuju rumahnya. Dengan tergesa-gesa dia mempercepat langkah kakinya karena sudah tidak sabar lagi ingin segera sampai dirumah dan mengembalikan kucing tersebut kepada pemiliknya. Setibanya di rumah, alangkan terkejutnya pengemis tua tersebut karena dia mendapatkan kucing itu sudah dalam keadaan tidak bernyawa lagi karena disebabkan oleh kelalaiaanya sendiri yang tidak memberikan makanan karena asik memikirkan uang yang besar sebagai imbalan yang akan dia terima. Penyesalan hanyalah penyesalan nasi sudah menjadi bubur, karena sikap tamaknya sehingga dia gagal memanfaatkan kesempatan yang ada untuk dapat merubah kehidupanya. Namun mimpi hanya mimpi, sehingga kesempatan emas berlalu dengan tidak dapat dimanfaatkan oleh pengemis itu.
Itu hanya contoh kecil yang mungkin saja bisa terjadi dalam kehidupan kita, namun karena sikap kita yang tidak peka dengan itu malah peluang tersebut hilang dengan sendirinya, dan tidak dapat kembali lagi untuk kedua kalinya. Kalau dalam kehidupan agama islam penyesalan yang paling besar adalah ketika kita tidak bisa memanfaatkan waktu hidup kita dunia untuk mengabdi kepadan-Nya sehingga penyesalan ketika kita berada dipintu kubur tetap akan menjadi sebuah penyesalan terbesar yang tidak akan dapat kita perbaiki kembali setelah melewati kehidupan di dunia ini. Maka dari itu marilah kita memanfaatkan peluang yang ada semaksimal mungkin jangan sampai kita dikontrol oleh hawa nafsu dan sikap loba serakah dan tamak sehingga kita akan hancur dan menyesalinya tanpa bisa kita mengulanginya kembali untuk memperbaiki kesempatan yang telah kita lewati.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah berkomentar