Pendidikan secara singkat boleh diartikan sebagai sebuah proses perubahan individu dari tidak tau menjadi tahu dengan melibatkan pendidik dan meteri tertentu. Kalau kita melihat definisi pendidikan menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses untuk memperbaharui makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi didalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini tentu akan melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
Sebuah Renungan Dari Sistem Pendidikan Kita
|
Namun apa yang kita lihat dengan sistem manajemen dari pendidikan kita sekarang dimana sistem pendidikan kita hanya berfokus pada nilai tertinggi yang diperolah siswa semata dan sedikitpun tidak melihat potensi-potensi tertentu yang dimiliki oleh peserta didik. Apakah ini jenis pendidikan yang kita inginkan? Pernah anda berpikir untuk menyekolahkan anak anda hanya untuk mendapatkan nilai 9 kemudian menjadi pengangangura pada akhirnya, ini sama saja dengan menyekolahkan anak yang mendapat nilai 5 toh akhirnya menjadi orang sukses dengan sendirinya dengan tidak sama sekali dipengaruhi oleh imu yang dibekali disekolah sebelumnya.
Jadi apa yang dapat kita lihat di sini adalah pendidikan kita belum mampu menciptakan orang kreative dalam jumlah keseluruhan dengan tidak mengandalkan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik tetapi hanya terfokus pada pemaksaan materi tertentu sehingga kebebasan anak unutk meluahkan idenya jadi terkendala. Disini perlu diperhatikan sebernaya apa sih tujuan kita untuk sekolah. Sekolah yang merupakan sebagai sarana dan tempat mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang akan membuat kita menjadi tahu dan memilki potensi yang bagus dari sebelumnya, dan bisa melakukan hal-hal inovasi-inovasi baru dengan profesional. Tidak sekedar membina dan mendidik para siswanya untuk siap dalam menghadapi Ujian Nasional. Walau kita akui sebenarnya kurikulum KTSP itu udah sangat bagus bahkan lebih maju selangkah jika dibandingkan dengan kuirkulum KBSR/KBSM yang ada di Malaysia yang bersifat sentralisi, dimana KTSP ini sangat menunjang aspek-aspek dan potensi-potensi yang ada didaerah. Cuman sayang banyak sekali guru kita yang belum memahami makna dasar dari KTSP tersebut sehingga mereka salah dalam mengflikasinya dalam proses belajar mengajar. Kesalah pahaman ini mungkin karena kita sebenarnya belum siap 100% untuk menerapkan KTSP, jadi mendukung kesiapan ini kita menginginkan perhatian dari pemerintah untuk lebih serius dan lebih cerdas dalam memilih jenis sistem Pendidikan ini sebab kendala utama selain kemampuan guru yang masih kurang dalam memahami KTSP masih kurangnya sarana yang dimiliki oleh sekolah-sekolah kita. Dari segi ini mungkin kita kalah jauh dengan Malaysia dimana negara serumpun kita ini memiliki sarana pendidkan yang sangat jauh lebih lumayan jika dibandingkan dengan negara kita. Jadi kita wajar saja jika banyak pengamat pendidikan kita yang mengatakan pendidikan kita jauh kalah dengan pendidikan malaysia, bagi saya itu tidak seratus persen benar, jika kita liat sistem kurikulum kita menang karena malaysia masih menerapkan kurikulm centralisasi, bahkan salah seorang staff di Kementrian malaysia di Putra Jaya dengan tidak sengaja pernah mengakui pada penulis jika sistem rancangan kurikulum di negara mereka sebenarnya masih banyak terinspirasi dari kurikulum indonesia.
Jadi apa yang kita perlukan kedepana supaya pendidikan kita berhasil, pemeritah kita harus fokus terhadap semua system dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung proses pambalajaran kita. Minimal kita memilki semua prasanan yang dimilki oleh negara yang telah menerapkan kurkulum descentralisasi seperti kita. Jangan memaksakan suatu system yang baru dari pendidikan kita, sementara sarana dan prasarana belum diperbaharui. Masih banyak gedung sekolah-sekolah kita yang masih tidak layak untik dihuni. Masih banyak para pengajar kita dimana sebahagian dari mereka yang sore harinya menjadi seorang pemulung, dan malam harinya menjadi tukang objek untuk mencukupi semua kebutuhan hidup keluarga mereka masing-masing. Kalau hal ini masih terjadi bagaimana seorang Guru bisa lebih berkonsentrasi pada apa yang akan disampaikan/diajarkan pada esok harinya pada siswa mereka sementara malamnya dia tidak sempat melakukan persiapan apapun gara-gara harus ngojek untuk mencari biaya hidup. System pendidikan nasional kita sekarang ini masih mengedepankan pada proses pencapaian yang berbasis nilai bukan pada kemampuan keterampilan dan competency yang dimiliki siswa jikapun ada itu hanya untuk sekedar mengisi format penilaian saja. Sehingga kita tidak perlu bertanya dan bingung mengapa masih banyak sekali sarjana yang masih nganggur, peserta olimpiade fisika yang tidak bisa lulus Ujian Nasional dan banyak lagi hal-hal yang menggelikan dari sistem pendidikan ini.
Jadi untuk itu guru kita harus dibekali dengan pola pemahaman intelegensi yang bagus jangan hanya dengan mengunakan test saja ketika mengukur intelegensi anak didik supaya setiap keterampilan dan competency yang dimiliki siswa bisa tercurahkan sepenuhnya. jadi guru kita mesti arus membaca yang banyak mengenai terapan ilmu-ilmu yang ditemukan sekarang serti Ilmu Pedagogi, psikologi dan Teori multiple intelligences merupakan teori yang digunakan untuk mengukur intelegensi seseorang dengan mengunakan beberapa aspek tingkat intelegensi yang berbeda. Disini penulis juga ingin membahas mengenai konsep intelegensi karena masih banyak asumsi yang salah mengenai hal ini, Seperti yang di gambarkan oleh Gardner, objective test tidak akan cukup untuk mewakili tingkat intelegensi seseorang. Dimana sisitem ini sangat sering dilakukan di tempat kita ketika melekukan test masuk sekolah yang bagus. Gardner menyarankan bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang bebeda,, dan hanya sedikit saja yang boleh diukur intelegensinya dengan mengunakan IQ test.
Adapun sembilan aspek/jenis tingkat intelegensi mecakupi:
1. Linguistict intelligence (verbal skill dan bakat yang berhubungan dengan suara, erti dan rhytme).
2. logik- Mathematical intelligence (konseptual. Dan logical thinking skill)
3. Musician intelligence (bakat dan kemampuan yang berhubungan dengan suara, rytme, dan arena.
4. Spatial intelligence (kemapuan berpikir dengan gambar dan mengamati yang abstrak)
5. Bodily-kinesthetic intelligence (skill untuk mengontrol gerak badan)
6. Interpersonal intelligence (kepedulian/merespon orang lain)
7. Interpersonal intelligence ( tingkatan kesedaran dan pemehaman diri yang tingi)
8. Naturalist intelegence ( kemampuan untuk mengenang, mengatagorikan, dan menginteraksikan dengan alam dunia)
9. Existential intelligence (kemampuan untuk memahami petanyaan yang berhububungan dengan keberlanjutan manusia)
jelas sekali jika teori ini sangat berpengaruh dengan pengajaran, karena pengajaran merupakan perencanaan ururutan peristiwa yang sistematis yang mengunakan ide-ide komunikasi, konsep, atau skill yang di sampaikan kepada pelajar. Pegajaran memerlukan pemahaman pembelajaran dan pemahaman individu, faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi keadaan siswa. setiap pendidik mempunyai cara pengajaran tersesendiri, cognitif, dan dominan intelligence. Didasarkan pada aspek tadi guru juga dibedakan cara pengajarannya sendiri. Pemehaman yang sama tehadap teori pemebalajaran, aspek kognitif, dan intelelligence akan meningkatkan pemahaman dan peningkatan cara mengajara. Jadi disini jelas sekali jika intelligence sangat berkaitan erat dengan pengajaran sebab dengan adanya pemahaman terhadap teori intelligence kita boleh memahami siswa baik dari segi tingka lakunya, bakat dan kemampuan yang dimilki siswa.
jadi mungkin dengan adanya sedikit pemahaman ini dan didukung oleh KTSP dan sarana yang ada saya yakin pendidikan kita akan bagus kedepan dan mungkin tingkat penganguran dinegara kita akan berkurang dengan sendirinya, karena lulusan yang dibekali oleh sekolah dan university sedikit tidaknya udah bisa mendiri dengan mengunakan potensi yang dimilikinya.
Wallahu’alam
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah berkomentar