Pondok Belajar

Thursday, September 15, 2016

Calon Peserta Sertifikasi Guru 2016

Berdasarkan info dari berbagai sumber terpercaya, Pelaksanaan sertifikasi guru tahun 2016 dilaksanakan melalui pola PLPG dan SG-PPG, berdasarkan Bidang studi sertifikasi sesuai mapel UKG 2015. Disamping itu berdasarkan hasil yang dilihat dari website sergur kemendiknas, kebanyakan calon yang mengikuti PLPG dan SG-PPG tahun ini adalah guru yang memiliki nilai 80 keatas pada UKG 2015. Untuk lebih jelasnya cek nomor anda disini. 

calon peserta sertifikasi
Sertifikasi
Persyaratan dan ketentuan penetapan peserta silahkan unduh  Buku 1 Penetapan PesertaSertifikasi Berdasakan informasi dari website sergur, untuk ini jumlah Kuota PLPL dan SG-PPG secara Nasional adalah sebanyak 68,992 peserta dan ditambah 267 peserta dari SILN  seluruh Biaya dalam program ini ditanggung Pemerintah sehingga para guru tidak perlu mengeluarjkan biaya apapun. Direktur Jenderal (Dirjen) Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Sumarna Surapranata mengatakan, Agustus ini memang akan sudah mulai PLPG bagi guru yang belum disertifikasi. Sekitar 120.000 guru secara bertahap, namun untuk tahun ini hanya sebanyak 68,992 peserta dan ditambah 267 peserta dari SILN, yang akan mengikuti PLPG di sejumlah lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK) saat ini sedang diseleksi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek- Dikti).

”Jika mereka lulus akan disertifikasi dan tidak perlu mengeluarkan biaya apa pun,” katanya di Jakarta kemarin Dia menjelaskan, total guru yang memenuhi syarat ikut PLPG itu sebanyak 69,259 orang. Pemerintah akan membiayai PLPG dalam kurun waktu empat  tahun atau hingga 2019 nanti. Per tahunnya diperkirakan 120.000 guru yang akan mengikuti PLPG. Setelah mengikuti PLPG ini, para guru harus lulus ujian tulis nasional (UTN) dengan nilai minimal 80 (dari 100).
Jika dinyatakan tidak lulus UTN karena nilainya tidak mencapai 80, guru tersebut tidak bisa mengikuti PLPG untuk kedua kalinya karena PLPG hanya bisa diikuti satu kali. Namun ke depan guru tersebut tetap bisa mengikuti UTN kembali. Sementara itu, Pelaksana Tugas (PLT) Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rasyidi mengatakan, perguruan tinggi di bawah PGRI siap menjadi LPTK pelaksana PPG. Perguruan TTinggi PGRI sudah memiliki asrama merupakan salah satu syarat utama Program Sertifikasi Guru. Selain asrama, kami juga menjamin ketentuan lain untuk pendidikan profesi guru yang disyaratkan oleh Kemenristek-Dikti pun sudah kami lengkapi. "kami harap Perguruan Tinggi PGRI dilirik layaknya LPPTK lain. Beri kami ruang untuk berkontribusi dalam rangka mencerdaskan bangsa dan mengurangi pengangguran" katanya disela rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Perguruan Tinggi PGRI di Jakarta Kemarin.  (Sumber: https://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=4&date=2016-06-07).

Sebagai asosiasi guru tertua mereka sudah mempunyai metode pelatihan guru yang dipengaruhi perkembangan zaman. Dengan adanya informasi tersebut, seyogyanya para guru calon peserta PLPG tahun 2016 sudah mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti proses PLPG, baik persiapan materi dengan belajar maupun persiapan fisik dan mental sehingga pada saat memasuki waktu pelaksanaan PLPG bisa mengikut dengan baik dan lancar.
Adapun persyaratn PLPH dan SG-PPG sebagai berikut:


                Persyaratan Peserta Sertifikasi Guru melalui pola Pola PLPG

1.        Guru di bawah pembinaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang belum
2.      memiliki sertifikat pendidik.
3.      Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).
4.      Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dari perguruan 
5.      tinggi yang memiliki program studi yang terakreditasi atau minimal memiliki ijin
6.      penyelenggaraan.
7.       Memiliki status sebagai guru tetap dibuktikan dengan SK sebagai Guru PNS/Guru Tetap
8.      (GT). Bagi GT bukan PNS pada sekolah swasta, SK Pengangkatan dari yayasan    
9.      minimum 2 tahun berturut-turut. Sedangkan GT bukan PNS pada sekolah negeri harus 
10.    memiliki SK pengangkatan dari pejabat yang berwenang
11.      (Bupati/Walikota/Gubernur) minimum 2 tahun berturut-turut.
12.    Masih aktif mengajar dibuktikan dengan memiliki SK pembagian tugas mengajar.
13.    Guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dengan kondisi sebagai berikut.
a)     Guru PNS yang sudah dimutasi sebagai tindak lanjut dari Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama.
b)     Guru PNS yang memerlukan penyesuaian sebagai akibat perubahan kurikulum.
c)      
14.    Pada tanggal 1 Januari 2017 belum memasuki usia 60 tahun.
15.    Telah mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG) Tahun 2015.
16. Sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan surat keterangan sehat dari dokterPemerintah
17.   Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas dengan ketentuan diangkat menjadi pengawas satuan pendidikan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
       
Persyaratan Peserta Sertifikasi Guru melalui pola SG-PPG:

1.   Guru di bawah pembinaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang belum memiliki  sertifikat pendidik.
2.   Memiliki NUPTK.
3.  Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dari perguruan tinggi yang memiliki program studi yang terakreditasi atau minimal memiliki ijin penyelenggaraan.
4. Memiliki status sebagai guru tetap dibuktikan dengan Surat Keputusan sebagai Guru PNS/Guru Tetap (GT).
5.   Masih aktif mengajar dibuktikan dengan memiliki SK pembagian tugas mengajar.
6.   Memenuhi skor minimal UKG yang ditetapkan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).
7.   Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter pemerintah.

Sekian infonya semoga bermanfaat. 


Cara Daftar Adsense Biar Mudah Diterima

Sebagaimana yang sudah kita pahami semua jika mendaftar adsense merupakan impian hampir semua bloger supaya bisa mendaptakan pendapatan tambahan sambilan menulis diblog mereka masing-masing.

Kiat Kiat  Mendaftara Google Adsense
 Cara Mendaftar Google Adsense

Google adsense adalah salah satu program PPC (Pay Per Click) yang sudah sangat terpercaya dan paling banyak diminati oleh pubilsher untuk memonetize blog mereka. Dulu hanya akun blog yang berbahasa inggris saja yang dapat memonetize blog mereka, tetapi sejak tahun 2012 blog yang berbahasa indonesia sudah dapat dimonetize untuk menjadi publisher iklan adsense. Walaupun akun blog yang berbahasa indonesia sudah bisa dimonetize namun hal tersebut bukanlah hal mudah, bahkan banyak sekali para bloger yang menemukan kesulitan dalam mendaftarkan blog mereka, padahal untuk mendaftarkan blog ke Adesen tidak lah begitu payah apalagi untuk melewati tahap review pertama. Untuk melewati tahap review pertama kita hanya perlu mempersiapkan segala ketetuan yang telah ditentukan oleh adsense. 
(Baca Ketentuan dan kebijakan Adsense )

Banyak orang bilang jika dulu cara jika cara mendaftar di Google Adsense itu sangat mudah. Tapi seiring perkembangan dan pertumbuhan media internet, Google Adsense sudah banyak merobah persyaratan untuk menjadi anggota publisher pada layanan mereka dengan tujuan untuk lebih memberikan kenyamanan dan kepercayaan kepada pihak yang mengunakan jasa iklan adsense. Lalu bagaimana cara mendaftar Google Adsense agar cepat diterima? Yang harus kita perhatikan adalah Kalayakan, Keunikan, nilai jual, dan originalitas blog kita itu merupakan salah satu syarat yang paling utama untuk diterimanya blog  kita oleh Google Adsense. Kita tahu bahwa  Pihak Google Adsense sangat profesional dalam menentukan  website yang akan menayangkan iklan mereka, ini semua dimaksudkan supaya blog tersebut dapat memberikan promosi atau pemasaran yang baik bagi para pengiklan yang menguunakan jasa Adsense. untuk lebih jelasnya marilah saya gambarkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan ketika kita mau mendaftarkan Adsense, ini semua berbekal dari pengalaman penulis dalam mendaftarkan akun adsense dan sekarang masih berada dalam tahap review kedua, penuh harap supaya bisa lolos di review tahap kedua ini. Adapun hal yang harus anda perhatikan adalah: 


1. Mempelajari Ketentuan Adsense

Ketika kita ingin mendaftarkan akun kita ke Adsense, sebaiknya kita jangan terburu-buru mendaftarkan diri ke AdSense, Pelajari terlebih dahulu syarat-syarat yang dibuat oleh AdSense. Seperti  Anda harus memiliki sebuah website, batas umur Anda sebagai pemilik website tersebut sudah harus diatas 18 tahun dan tidak boleh kurang 18 Tahun. disamping itu web anda harus memilki menu Contact admin yang didaftar melalui di foxyform, menu Terms of Policy (TOS), Disclaimer dan Sitemap



2. Memiliki Konten yang Memadai 
Pastikan website Anda memiliki konten yang berkualitas, bukan hasil copy paste, dan memiliki desain yang indah, simpel dan nyaman, usahakan jangan membuat terlalu banyak konten yang tidak penting ini dimaksdukan supaya tidak berat ketika dibuka. Untuk jumlah postingan Google sendiri tidak akan memberi batasan konten minimum, namun disini saya saran sebaikknya website Anda tersebut sudah mempunyai 60-90 postingan, atur halaman positingan untuk dapat menampilkan 5 postingan disetiap halaman supaya terlihat banyak. Jika selama 3 bulan Anda hanya menulis 1 buah artikel setiap harinya di website Anda, mestinya Anda sudah memiliki tidak kurang dari 90 tulisan, dan itu tentu sangat akan baik terlihat dimata Google. Sebenarnya konten-konten di internet itu banyak sekali yang membahas tentang topik yang sama/ bahkan kopy paste, namun, cara terkadang ada juga penyajiannya atau cara penulisannya yang terlihat berbeda. Namun, cara menuliskan supaya konten dan cara dalam menyajikannya di blog Anda pasti berbeda-beda dengan konten di blog orang lain. Nah, kalau konten yang Anda miliki adalah hasil jiplakan (copy paste) dari blog ataupun website pihak lain, nesar kemungkinan jika situs Anda tidak akan pernah disetujui untuk ikut program PPC pada Google Adsense.

Disamping itu Penulis juga menyarankan website yang mau anda daftarkan ke Google AdSense mempunyai jumlah pengunjung organik tetap yang datang dari hanya melalui mesin pencari (dengan tidak menggunakan iklan), dan usahakan supaya website Anda dikujungi setidaknya memiliki 500 – 1000 page view dalam setiap harinya, jika lebih banyak dari itu maka akan lebih baik. Satu hal yang harus anda ketahui bahwa Konten yang Anda buat tersebut tidak harus kelihatan luar biasa supaya diterima oleh Google Adsense. Yang terpenting adalah dalam menyajikan konten itu yang memiliki manfaat bagi orang-orang lain dan tentunya harus ditulis dengan cara yang unik, bukan hasil meng-copy konten yang dimiliki orang lain. Seperti pada umunya Ada banyak blogger yang sudah memiliki penghasilan secara rutin dari hasil penayangan iklan Adsense di blog/web mereka sendir, mulai dari jutaan hingga ratusan juta rupiah setiap bulan. Nah, kalau Anda ingin malakukan memonitisasi melaui website/blog Anda, anda harus memasang kode iklan Google Adsense dari salah satu koda iklan yang disediakan.

3. Perhatikan Umur Situs Yang Didaftarkan
Saran saya Sebaiknya jangan terlalu terburu-buru mendaftarkan blog/web Anda pada Google Adsense karena pihak google Adsense juga memperhatikan umur Blog, jumlah konten postingan, jumlah page views dan juga pengunjung. Usahakan blog anda sudah sudah berusia diatas 36bulan dan diupdate secara berkala dengan diisi konten-konten yang bermanfaat dan berkwalitas Bila Anda saat ini sudah memiliki blog yang berumur 6 bulan, dan sudah disajikan dengan banyak konten, dan juga memiliki jumlah visitor yang tetap/stabil, ini bermanfaat untuk meyakinkan pihak Adsense jika blog Anda adalah blog yang baik untuk memasang iklan mereka.

4. Gunakan Blogger.com atau YouTube.com
Nah, ini satulagi dan ini sangat penting untuk diperhatikan. Jika saja Anda sudah memiliki domain dan hosting sendiri, maka besar peluang untuk bisa diterima oleh Adsense akan lebih besar untuk di approve, tentunya itu semua dengan memperhatikan ketentuan-ketantuan/poin-poin sebelumnya. Namun, jika Anda mau menggunakan domain TLD atau hosting gratis (nlogger), dan anda ingin menjadi anggota publisher dari Adsense, untuk itu sebaiknya saya sarankan Anda menggunakan saja Blogger.com. 
Memang ada alternative lain jika anda tidak diterima mendaftar akun adsense melaui blog anda bisa membuat akun adsense melalui Youtube, namun akun adsense you tube tudak bisa digunakan dalam momonitize blog jadi hanya dapat digunakan untuk memonitize vidoe you tube saja. Syarat mendaftar adsense di yoy tube anda hanya yarus harus punya beberapa konten video yang original hasil karya anda yang akan di-upload ke akun YouTube anda. Video ini harus memiliki jumlah views yang lumayan cukup agar akun adsense anda bisa approve oleh program Google Adsense dengan cepat. selamat mencoba. 

Wednesday, September 14, 2016

Cara Flashing (instal ulang) handphone android

Dewasa ini ada banyak macam model dan bentuk hanphone baik yang mengggunakan sistem operasi Android, Windows Phone, dan IOS. Dari segala jenis sistem operasi yang tersebut diatas yang paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia adalah Android seperti merek Samsung, Xiomi, Asus, Oppo, Lenovo dan lain lain. oleh karena itu dengan menjamurnya berbagai mereka hand phone yang mengusung sisitem operasi android, maka sudah tidak langka lagi kita melihat banyak sekali hand phone yang memakai sistem operasi Android rusak baik di tempat service hape  ataupun dirumah rumah bagi yang mencoba  buat sendiri.

Cara Flashing (instal ulang) handphone android
Cara Flashing Hand Phone Android

Disini saya akan membahas jenis ataupun cara melakukan Flash (instal ulang) pada hand phone yang memiliki sistem operasi Android. flash ulang sering dilakukan jika ponsel ponsel kita berada dalam keadaan mati total ataupun mati suri (gagal booting). jika kita menggunakan PC untuk menginstal cotum ROM maka kita harus menggunakan kanel data yang original supata menghindari kerusakan total yang disebabkan oleh terputusnya proses instalasi yang sedng dijalankan. Dibawah ini akan saya uraikan jenis Flasing (Re-insintal hand phone) yang menggunakan sistem operasi android, 

A. Dengan menggunakan jasa layanan service dari tukang reperasi dengan menggunakan flasher umum, mungkin ini cara yang membutuhkan biaya tetapi perlu diingat biasanya flasing lewat reparasi resmi akan lebih terjamin. 

B. Dengan menggunakan media PC, kalau kita mengunakan media PC kita harus menginstal sofware pendukung untuk istalasi di PC kta. Contonya Samsung mengunakan Odin, Lg menggunakan LG Up date Sofware, Sony mengunakan Aplikasi Flash tool dan SEUS. Didalam menjalankan cara ini kita harus mengunakan kabel data dan harus sudah mendownload sofware Android yang sesuai dengan tipe hand phone anda bisa disini. Sesudah mendownlod file android untuk hand phone anda, silahkan buka odin di PC yang telah terlebih dahulu anda instal, nyalakan hand-phone dalam posisi Recovery mode sehingga nampak gambar robot yang terbuka perutnya dengan menekan tombol up dan power kemudian sambung kabel data. Jalankan odin jangan mencentang menu Re-partition tekan tombol menu AP dan pilih file android yang sudah di download dan di ekstrak dalam format MD5 File  sesudah semua file di upload tekan menu Start tunggu beberapa saat sampai instalasi selesai. Selama proses instalasi layar hand phone anda akan menyala dan telihat jelas persentase proses instalasi tersebut. Setelah selesai melakukan instalasi cabut kabel data dari komputer dan hand phone anda akan me-reebot sendiri. Tunggu sampai re-boot selesai, selama proses ini sebaiknya hand-phone jangn disentuh. Yang perlu di inggat jika menjalankan model ini hand phone anda harus memiliki baterai paling kurang 75% sebab hp anda memerlukan daya yang masimal dalam menjalankan proses instalasi ini, jika batareai hand-phone anda agak lemah sebaiknya di cas dulu untuk menghindari terjadinya hal yang tidak di ingginkan pada saat instalasi berlangsung.


C. Cara yang ketiga adalah dengan menggunakan recovery mode yang tersedia di hape anda. Yang ini tergolong mudah anda hanya tinggal melakukan langkah-langkah berikut:

1. Pastikan sudah install CWM Recovery di handphone anda
2. Pastikan tablet dalam keadaan mati kemudian nyalakan dengan menekan tombol Volume UP + VolumeDOWN + Power secara bersamaan. Ikuti petunjuk navigasi pada layar untuk masuk ke RECOVERY
3. Sekarang ponsel berada pada ClockworkMod Recovery mode, pertama silahkan Wipe Data, Wipe Cache, masuk Advanced -> Wipe Dalvik Cach. Dan Format Partition System (tindakan ini akan me-recycle ponsel kepengaturan awal jadi ingat aplikasi yang di-instal pada memori internal akan hilang setelah dilakukan tindakan ini).
4. Pilih Install zip from sd-card kemudian arahkan ke choose zip from sd-card. dan pilih file  Android yang sudah di download dan disalin ke kartu memori. Gunakan Pilihan dengan menggunakan tombol Power dan konfirmasi untuk melakukan instalasi dengan memilih Yes pada layar berikutnya
5. Proses install berjalan dan tunggu proses selesai
6. Sekarang reboot atau restart Hand Phone anda untuk kembali lagi ke halaman depan CWM Recovery lalu pilih Reboot System Now. Setelah itu Tunggu kira-kira 5-10 menit untuk pertama kali hand-phone malakukan boot ke sistem

Sekian dulu cara flashing hand phone dari saya dan bisa di  mencoba jika han phone anda sehingga anda tidak harus selalu terikat dengan tenaga ahli servise hendaphoe ketika anda mengalami sedikit masalah dengan hanphone anda, itung-itung belajar mandiri dan tidak cenggeng hehehe. saya sendiri juga sudah mengalami permasalah di atas karena saya sudah pernah melakukan cara yang ke tiga pada hanpdone galaxy tab 3 saya dan berhasil. saya juga berharap supaya unda juga akan berhasil ketika melakukan perbaikan tersebut pada hanphone yang anda miliki. Good Luck
sekian dan terimakasih atas kunjungannya.








Tuesday, September 13, 2016

Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)


pada bagian terdahulu saya telah membahasa.menggambarkan mengenai Pembelajaran Cooperative Learning, sekarang akan Saya lanjutkan dengan Model Team Games Tournament (TGT) dimana model ini juga merupakan  salah satu Model dari Pembelajaran Cooperative Leraning. kita tahu bahwa setipa model pembelajaran meiliki tahapan/langkah-langkah pembelajaran tersenidiri yang merupakan ciri ataupun khas dari model tersebut. adpun tahapan /Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif untuk model TGT adalah sebagai berikut:
1.      Kelompokkan siswa terdiri dari tiga kelompok dengan jumlah agggota sampai dengan empat atau lima orang.  Anggota-anggota kelompok dibuat secara heterogen yang meliputi karakteristik, kecerdasan, dan kemampuan awal, termasuk juga motivasi belajar, jenis kelamin, atupun latar belakang etnis yang berbeda pada siswa.


Model Pembelajaran TGT
Pembelajaran Model TGT
2.   Kegiatan pembelajaran model Team Game Tournament ini dimulai dengan membuat presentasi guru dalam menjelaskan materi pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, dan pemberian contoh. Yang menjadi tujuan dari peresentasi adalah untuk memperkenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu kepada siswa.
3. Pemahamann konsep ini dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas secara berkelompok. Mereka boleh saja mengerjakan tugas-tugas tersebut secara bersamaan atau dengan saling bergantian menanyakan pertanyaan kepada temannya yang lain atau boleh juga dengan mendiskusikan masalah dalam kelompok yang bertujuan untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Disini Para siswa tidak hanya dituntut mengisi lembar jawaban akan tetapi juga mereka diminta untuk mempelajari konsep dari pembelajaran tersebut. Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap belum tuntas dalam mempelajari materi pemebelajaran jika semua anggota kelompok belum memahami materi pelajaran tersebut secara menyeluruh.
4.  Siswa diminta untuk memainkan pertandingan-pertandingan akademik dalam bentuk tournament mingguan dengan catatan bawha teman sekelompoknya tidak dibolehkan untuk menolong satu sama lain. Pertandingan individual ini bertujuan untuk mengukur tingakat pemahaman siswa dalam penguasaaan terhadap suatu konsep dengan cara setiap siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengan cara mengimplementasikan  konsep yang dimiliki oleh mereka sebelumnya.
5.    Hasil pertandingan ini selanjutnya akan dibandingkan dengan rata-rata perolehan siwa sebelumnya, dan poin ini akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan penguasaan siswa dalam mencapai atau bisa jadi melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya akan dijumlahkan untuk membentuk nilai skor kelompok.


6.      Setelah melakukan hal tersebut (kegiatan tersebut), guru memberikan reword kepada kelompok yang terbaik dalam melakukan prestasinya atau boleh dikatakan kelompok yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.  Adapun jenis reword (Penghargaan) disini dapat berupa hadiah, piagam, dan lain sebagainya yang bisa digunakan sebagai buah penghargaan dari prestasi peserta didik.

Model Pembelajaran Team Games Tournament
Adapun yang menjadi Gagasan utama dalam model model Team Game Tournament (TGT) ini adalah untuk memotivasi siswa supaya terdorong  supaya peserta didik salaning membantu satu sama lain dalam menguasai keterampilan-keterampilan pembelajaran yang disajikan oleh guru.  Jika para siswa tersebut  menginginkan supaya kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus saling membantu teman sekelompoknya dalam mempelajari materi yang diberikan guru. Mereka harus juga harus mendorong  teman-teman mereka untuk dapat melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu norma jika belajar itu merupakan suatu yang sangat penting, berharga dan sangat menyenangkan bagi mereka.
ini gambaran/konsep dasar darai model pembelajaran model Team Game Tournament, semoga ada manfaatnya buat para pembaca sekalian terutama bagi guru pemula yang baru saja memulai profesinya sebagai pendidik. sekian dan good luck

Model Pembelajaran Cooperative Learning

Pengajaran kooperatif (Cooperatif Learning) 
Pembelajaran Kooperative Leraning memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2001).
Model Pembelajaran Cooperative Learning
Model Pembelajaran Cooperative Learning
Pengajaran kooperatif (Cooperatif Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2001).

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain. Karena sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.

Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa). Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro (200: 78) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.

2. Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan” (Abdurrahman & Bintoro, 2000:78-79)

a. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan.  Hubungan yang saling membutuhan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi ntuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.

b. Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.

c.     Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang memerluan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritifk teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.

3. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukan sebagai berikut ini.

a. Merumuskan tujuan pembelajaran. Ada dua tujuan pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru, tujaun akademik (academic objectives) dan tujuan keterampilan bekerja sama (collaborative skill objectives). Tujuan akademik dirumuskan sesuai dengan taraf perkembangan siswa dan analisis tugas atau analisis konsep. Tujuan keterampilan bekerja sama meliputi keterampilan memimpin, berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik.

b. Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar. Jumlah anggota dalam tiap kelompok belajar tidak boleh terlalu besar, biasanya 2 hingga 6 siswa. Ada 3 faktor yang menentukan jumlah anggota tiap kelompok belajar. Ketiga faktor tersebut adalah: (1) taraf kemampuan siswa, (2) ketersediaan bahan, dan (3) ketersediaan waktu. Jumlah anggota kelompok belajar hendaknya kecil agar tiap siswa aktif menjalin kerjasama menyelesaikan tugas. Ada 4 pertanyaan yang hendaknya dijawab oleh guru saat akan menempatkan siswa dalam kelompok. Keempat pertanyaan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

i). Pengelompokkan siswa secara homogen atau heterogen? Pengelompokkan siswa hendaknya heterogen. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama, (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya.

ii). Bagimana menempatkan siswa dalam kelompok? Ada dua jenis kelompok belajar kooperatif, yaitu (1) yang berorientasi bukan pada tugas (non-task-orientied), dan (2) yang berorientasi pada tugas (task oriented). Kelompok belajar kooperatif yang berorientasi bukan pada tugas tidak menuntut adanya pembagian tugas untuk tiap anggota kelompok. Kelompok belajar semacam ini tampak seperti pada saat siswa mengerjakan soal-soal Bahasa Inggris berbentuk prosedur penyelesaian dan mencocokkan pendapatnya. Kelompok belajar yang berorientasi pada tugas menekankan adanya pembagian tugas yang jelas bagi semua anggota kelompok. Kelompok belajar semacam ini tampak seperti pada saat siswa melakukan kunjungan ke kebun binatang sehinga harus disusun oleh panitia untuk menentukan siapa yang menjadi ketua, sekretaris, bendahara, seksi transportasi, seksi konsumsi, dan sebagainya. Siswa yang baru mengenal belajar kooperatif dapat ditempatkan dalam kelompok belajar yang berorientasi pada tugas, dari jenis tugas yang sederhana hingga yang kompleks.

iii). Siswa bebas memilih teman atau ditentukan oleh guru. Kebebasan memilih teman sering menyebabkan kelompok belajar menjadi homogen sehingga tujuan belajar kooperatif tidak tercapai. Anggota tiap kelompok belajar hendaknya ditentukan secara acak oleh guru. maka ada 3 jenis teknik untuk menentukan anggota kelompok secara acak yang dapat digunakan oleh guru. Ketiga teknik tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut. 

Berdasarkan metode sosiometri. Melalui metode sosiometri guru dapat menentuka  siswa yang tergolong disukai oleh banyak teman (bintang kelas) hingga yang paling tidak disukai atau tidak memiliki teman (terisolasi). Berdasarkan metode sosiometri tersebut guru menyusun kelompok-kelompok belajar yang di dalam tiap kelompok ada siswa yang tergolong banyak teman, yang tergolong biasa, dan yang terisolasi.

Berdasarkan kesamaan nomor. Jika jumlah siswa dalam kelas terdiri atas 30 siswa dan guru ingin membentuk 10 kelompok belajar yang dari 1 hingga 10. Selanjutnya, para siswa yang bernomor sama dikelompokkan sehingga terbentuklah 10 kelompok siswa dengan masing-masing beranggotakan 3 orang siswa yang memiliki karakteristik heterogen.
     
Menggunakan teknik acak berstrata. Para siswa dalam kelas lebih dahulu dikelompokkan secara homogen atas dasar jenis kelamin dan atas dasar kemampuannya (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya. Setelah itu, secara acak siswa diambil dari kelompok homogen tersebut dan dimasukkan ke dalam sejumlah kelompok-kelompok belajar yang heterogen.

4. Menetukan tempat duduk siswa. 
Tempat duduk siswa hendaknya disusun agar tiap kelompok dapat saling bertatap muka tetapi cukup terpisah antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Susunan tempat duduk dapat dalam bentuk lingkaran atau berhadap-hadapan.
     
5. Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif. 
Cara menyusun bahan ajar dan penggunaannya dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat menetukan tidak hanya efektivitas pencapaian tujuan belajar siswa. Bahan ajar hendaknya dibagikan kepada semua siswa agar mereka dapat berpartisipasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika kelompok belajar telah memiliki cukup pengalaman, guru tidak perlu membagikan bahan ajar dengan berbagai petunjuk khusus. Jika kelompok belajar belum banyak pengalaman atau masih baru, guru perlu memberi tahu para siswa bahwa mereka harus bekerja sama, bukan bekerja sendiri-sendiri. Ada 3 macam cara untuk meningkatkan saling ketergantungan positif. Ketiga macam cara tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Saling ketergantungan bahan. Tiap kelompok hanya diberi satu bahan ajar dan kelompok harus bekerja sama untuk mempelajarinya.

b. Saling ketergantungan informasi. Tiap anggota kelompok diberi bahan ajar yang berbeda untuk selanjutnya disatukan untuk disintesiskan. Bahan ajar juga dapat disajikan dalam bentuk “Jigsaw Puzzle” sehingga dengan demikian tiap siswa memiliki bagian dari bahan yang diperlukan untuk melengkapi atau menyelesaikan tugas.

c. Saling ketergantungan menghadapi lawan dari luar. Bahan ajar disusun dalam suatu bentuk pertandingan antar kelompok yang memiliki kekuatan keseimbangan sebagai dasar untuk meningkatkan saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Keseimbangan kekuatan antar kelompok pelu diperhatikan Karena pertanding antar kelompok yang memiliki kekuatan seimbang atau memiliki peluang untuk kalah atau menang yang sama dapat meningkatkan motivasi belajar.

6. Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif dapat diciptakan melalui pembagian tugas kepada tiap anggota kelompok dan mereka bekerja untuk saling melengkapi. Dalam mata pelajara IPA misalnya, seorang anggota kelompok diberi tugas sebagai peneliti, yang lainnya seagai penyimpul, yang lainnya lagi sebagai penulis, yang lainya lagi sebagai pemberi semangat, dan ada pula yang menjadi pengawas terjalinya kerja sama. Penugasan untuk memerankan suatu fungsi semacam itu merupakan metode yang efektif untuk melatih keterampilan menjalin kerja sama.
     
7. Menjelaskan tugas akademik. 
Ada beberapa aspek yang perlu disadari oleh para guru dalam menjelaskan tugas akademik kepada para siswa. Beberapa aspek tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Menyusun tugas sehingga siswa menjadi jelas mengenai tugas tersebut. Kejelasan tugas sangat penting bagi para siswa karena dapat menghindarkan mereka dari freustasi atau kebingungan. Dalam pembelajaran kooperatif siswa yang tidak dapat memahami tugasnya dapat bertanya kepada kelompoknya sebelum bertanya kepada guru.

b. Menjelaskan tujuan belajar dan mengaitkannya dengan pengalaman siswa di masa lampau.

c. Menjelaskan berbagai konsep atau pengertian atau istilah, prosedur yang harus diikutiatau pengertian contoh kepada para siswa.

d. Mengajukan berbagai pertanyaan khusus untuk mengetahui pemahaman para siswa mengenai tugas mereka.

7. Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama. Menjelaskan tujaun dan keharusan bekerja sama kepada para siswa dilakukan dengan contoh sebagai berikut.

a. Meminta kepada kelompok untuk menghasilkan suatu karya atau produk tertentu. Jika karya kelompok berupa laporan, tiap anggota kelompok harus menandatangani laporan tersebut sebagai tanda bahwa ia setuju dengan isi laporan kelompok dan dapat menjelaskan alasan isi laporan tersebut.

b. Menyediakan hadiah bagi kelompok. Pemberian hadiah merupakan salah satu cara untuk mendorong kelompok menjalin kerja sama sehingga terjalin pula rasa kebersamaan antar anggota kelompok. Semua anggota kelompok harus saling membantu agar masing-masing memperoleh skor hasil belajar yang optimal karena keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan tiap anggota.

8. Menyusun akuntabilitas individual. 
Suatu kelompok belajar tidak dapat dikatakan benar benar kooperatif jika memperbolehkan adanya anggota kelompok yang mengerjakan seluruh pekerjan. Suatu kelompok belajar juga tidak dapat dikatakan benar-benar kooperatif jika memperbolehkn adanya anggota yang tidak melakukan apa pun demi kelompok. Untuk menjamin agar seluruh anggota kelompok benar-benar menjalin kerja sama dan agar seluruh anggota kelompok benar-benar menjalin kerja sama dan agar kelompok mengetahui adanya anggota kelompok yang memerlukan bantuan atau dorongan, guru harus sering melakukan pengukuran untuk mengetahui taraf penguasaan tiap siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari.

9. Menyusun kerja sama antar kelompok. 
Hasil positif yang ditemukan dalam suatu kelompok belajar kooperatif dapat diperluas ke seluruh kelas dengan menciptakan kerja sama antar kelompok. Nilai tambahan dapat diberikan jika seluruh siswa di dalam kelas meraih standar mutu yang tinggi. Jika suatu kelompok telah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, para anggotanya dapat diminta untuk membantu kelompok-kelompok lain yang belum selesai. Upaya semacam ini memungkinkan terciptanya suasana kehidupan kelas yang sehat, yang memungkinkan semua potensi siswa bekembang optimal dan terintegrasi.

10. Menjelaskan kriteria keberhasilan. 
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bertolak dari penilaian acuan patokan (criterion referenced). Pada awal kegiatan belajar guruhendaknya menerangkan secara jelas kepada siswa mengenai bagaimana pekerjaan mereka akan dinilai.

11. Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan. 
Perkataan kerja sama atau gotong royong sereing memiliki konotasi dan penggunaan yang bermacam-macam. Oleh karena itu, guru perlu mendifinisikan perkatann kerja sama tersebut secara operasional dalam bentuk berbagai perilaku tersebut antara lain dapat dikemukakan dengan kata-kata seperti “Tetaplah berada dalam kelompokmu”, “Berbicaralah pelan-pelan”, Berbicaralah menurut giliran,” dan sebagainya. Jika kelompok mulai berfungsi secara efektif, perilaku yang diharapkan dapat mencakup hal-hal sebagai berikut.

a. Tiap anggota kelompok menjelaskan bagaimana memperoleh jawaban.

b. Meminta kepada tiap anggota kelompok untuk mengaitkan pelajaran baru dengan     yang    telah dipelajari sebelumnya.

c. Memeriksa untuk meyakinkan bahwa semua anggota kelompok memahami bahan yang  dipelajari dan menyetujui jawaban-jawabannya.

d. Mendorong semua anggota kelompok agar berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas.

e. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang dikatakan oleh anggota lain.

f. Jangan mengubah pikiran karena berbeda dari pikiran anggota lain tanpa penjelasan yang logis.

g. Memberikan kritik kepada ide, bukan kepada pribadi.

12.Memantau perilaku siswa. 
Setelah semua kelompok mulai bekerja, guru harus menggunakan sebagian besar waktunya untuk memantau kegiatan siswa. Tujuan      pemantauan, guru harus menjelaskan pelajaran, mengulang prosedur atau strategi untuk menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan, dan mengajarkan keterampilan menyelesaikan tugas kalau perlu.

13. Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaian tugas. 
Pada saat melakukan  pemantauan, guru harus menjelaskan pelajaran, mengulang prosedur atau strategi untuk menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan, dan mengajarkan keterampilan menyelesaikan tugas kalau perlu.
     
14. Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama. 
Pada saat  memantau kelompok-kelompok yang sedang belajar, guru kadang-kadang menemukan siswa yang tidak memiliki keterampilan untuk menjalin kerja sama yang cukup dan  adanya kelompok yang memiliki masalah dalam menjalin kerja sama. Dalam kondisi  semacam itu, guru perlu memberikan nasihat agar siswa dapat bekerja efektif.

15. Menutup pelajaran. 
Pada saat pelajaran berakhir, guru perlu meringkas pokok-pokok pelajaran, meminta kepada siswa untuk mengemukakan ide atau contoh, dan menjawab pertanyaan dan hasil belajar mereka.
     
16. Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa. 
Guru menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar para siswa berdasarkan penilaian acuan patokan. Para anggota kelompok hendaknya juga diminta untuk memberikan umpan balik mengenai kualitas pekerjaan dan hasil belajar mereka. Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok. Meskipun waktu belajar di kelas terbatas, diperlukan waktu untuk berdiskusi dengan para siswa untuk membahas kualitas kerja sama antar anggota kelompok pada hari itu. Pembicaraan dengan para siswa dilakukan untuk mengetahui apa yang telah dilakukan dengan baik dan apa yang masih perlu ditingkatkan pada hari berikutnya.

Thursday, September 08, 2016

KTSP as a form of School Based Curriculum Development

In the previous post I already gave the the description of School based Currculum Development, now i would like to see the concept of Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) in Indonesia  in the concept of SBCD. Curriculum is as basic foundation to determine success or failure of an education in one State.
KTSP as A Form of SBCD
School Based Curriculum Development

(Read School Based Curriculum Development and Action Research)
(Read Factors Influencing The Implementation of Educational Innovation)

Every nation has its’ own curriculum refer to their national educations, goal and philosophy. Such as in Indonesia where Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP) refer to decentralization curriculum that give the freedom to every provincial and district government to develop their school curriculum based on their district conditions in order to get the capacity in contributing prosperity and national economic productivity. Brady & Kennedy state:

Government has interests that are largely although not exclusively economic in nature. Charting economic growth and development has become a major preoccupation with government and hence their concern. The nature of school curriculum will determine the knowledge and skills that future citizens will possess and hence their capacity to contribute to the nations’ economy in a productivity way. Off course, governments are interested in more than economic. In general, democratic, government wish to see a community that is socially cohesive, political cohesive, politically literate, culturally sophisticated, tolerant and just. The curriculum can do much to contribute to these objectives as well.  (L Brady & K Kennedy,:1999:7)


In current context of educational initiatives in Indonesia, KTSP does not mean to give authority to becoming places responsible for creating their own curriculum and teaching materials freely. Rather, it means that the schools should refer to contend standard and graduation standard that issued by National Education Standard Board (NESB) in designing school curriculum. In addition the teachers give more autonomy in designing, planning syllabus and lesson plan, and creating educational experiences trough creating, selecting and adapting curriculum materials in the light of their particular situations and needs by referring to the standard mentioned above.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) is the development of Competence-Based Curriculum. KTSP was launched in 2006 by National Education Standard Board (NESB) as a National curriculum institution in Indonesia. The 2006 Curriculum ‘named as KTSP’, developed by schools as unit of education, and it refers to National Education Standards, which is concerned with content standard and graduation  standard as mentioned  in Regulation of the Ministry of National Education number 22 and 23, 2006. School’s curriculum should be in line with the content standard and graduation standard, and guidelines of development standard arranged by National Education Standard Board (NESB) with the following principles; It is centralized to the potency, progress and the needs of the learners and their environment, diversity and integrity, anticipating the development of science, technology and arts, relevant with the need of life, holistic and continuity, lifelong learning, being balance of National and Regional interests. Principally, KTSP is an operational curriculum that is designed and implemented at each educational unit. KTSP is based on the educational purpose at every level of educational units, structure and content of the curriculum, educational calendar, and syllabus (NESB, 2006:5). It means that school and teachers’ authority decide the success of educational aim at school level. On other words, teacher have duties on: (1) constructing and formulating the proper aims, (2) choosing and constructing the right lesson resources according to the needs, interests and children development phase, (3) choosing the method and teaching media that is varied, (4) and constructing the program and the right evaluation. A curriculum is made systematically and detail, which will ease the teacher on its implementation. In that case, the school has the authority to develop the curriculum according to the capability and needs.

KTSP is the general policy ordained by the Curriculum Development Council for schools' consideration in designing of a quality curriculum conducive to effective pupil learning. Schools are encouraged to adapt the National Standard Curriculum to suit their unique contexts. When designing KTSP, schools are advised to observe closely the directions and requirements stipulated by the Curriculum Development Council in the official curriculum documents. Based on careful analysis of pupils’ needs, abilities and interests, schools' ecological contexts, leadership style of the principals and middle management, as well as the readiness of teachers, schools need to employ the most appropriate teaching, learning and assessment strategies and use various learning materials to integrate the teaching-learning-assessment cycle in KTSP.  It is important to ensure that all pupils have equal opportunities participating in rich learning experiences that aim at promoting whole person development and lifelong learning. Bolstad (2004), states it is important to recognize that the “operational space” for SBCD at any given time/place is strongly influenced by wider features of education system, including the structure and structure of the National curriculum, the degree of centralization/decentralization of school decision making, schools’ assessment and reporting requirements, the expected role of teachers in school curriculum development, and the expected or potential role of people curriculum development.