Inovasi Kurikulum Pendidikan Model Pemecahan Masalah - Pondok Belajar

Tuesday, April 24, 2018

Inovasi Kurikulum Pendidikan Model Pemecahan Masalah

Model Pemecahan Masalah (Model P-S)
Menurut Havelock seperti dikutip pada Ratnavadivel, (1995) "An innovation is presented or brought to attention of a potential receiver population. The receiver and the receiver needs are determined exclusively by the sender. The receiver is supposed to react to the new information, and the nature of his reaction determines whether or not subsequent stages will occur. If awareness is followed by an expression of interest, he is launched on a series of stage which terminate with the acceptance or rejection of the innovation. The diffusion of innovation depends greatly upon the channels of communication within the receiver group, since information is transmitted primarily through the social interaction of the group members.

Inovasi Kurikulum Pendidikan Model Pemecahan Masalah
Inovasi Kurikulum Pendidikan Model Pemecahan Masalah
Model interaksi sosial berfokus pada hubungan manusia dan mempengaruhi strategi pada setiap tahap proses diseminasi dan adopsi. Model Interaksi sosial menempatkan tekanan besar pada interaksi sosial antara anggota kelompok yang mengadopsi, dan itu berfokus pada difusi ide dan aliran pesan dari orang ke orang daripada pemasaran produk. Model ini juga membatasi kebutuhan konsumen, karena ditentukan oleh perencana pusat / lembaga. Model SI telah dikritik sebagai model top-down karena kebutuhan penerima diidentifikasi oleh perencana pusat dan bukan guru sebagai penerima inovasi di tingkat sekolah atau dalam kasus pelatihan guru, pelatih / instruktur akan menjadi posisi yang lebih baik untuk mengidentifikasi kebutuhan penerima dalam hal efektivitas implementasi kurikulum di tingkat sekolah.
Kebalikan dari model R-D-D, model P-S (problem solving) didasarkan pada sistem konsumen (atau pengguna). Ini berarti bahwa konsumen (pembeli produk) memasuki proses pengembangan inovasi (produk) pada tahap sedini mungkin.
Dengan demikian, konsumen menjadi peserta dalam proses pengembangan ini. Di dalam buku ini kita menggunakan istilah “membeli”, baik ketika mempertimbangkan produk konkrit atau komersial maupun dalam pengertian kiasan ketika mempertimbangkan ide-ide, pengetahuan, proyek PLB dan teknik pengajaran, dll.

Sebagaimana halnya strategi inovasi sebelumnya, strategi ini juga didasarkan atas sejumlah asumsi. Model P-S didasarkan atas pandangan bahwa semua inovasi bermula dari kebutuhan yang dirasakan. Penggunalah yang menentukan kebutuhannya, bukan para ahli, politisi atau peneliti (fase 1 dalam model). Kebutuhan yang dirasakan itu biasanya tidak tepat dan tidak spesifik, tetapi lebih berupa perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak benar. Agar dapat melakukan sesuatu terhadap hal yang belum jelas itu, maka hal itu harus diperjelas. Oleh karena itu, fase berikutnya (fase 2) adalah diagnosis masalah. Berdasarkan atas persepsi kebutuhan akan perubahan yang belum jelas itu, kita mencoba mendefinisikan dan mendeskripsikan masalahnya. Langkah berikutnya dalam proses perubahan itu adalah mencari pengalaman, ide-ide, informasi dan pengetahuan yang relevan dengan permasalahan (fase 3). Berdasarkan diagnosis dan pencarian itu, kita harus memperoleh solusi yang dapat diimplementasikan.

1 comment:

terimakasih telah berkomentar