Pengertian dan Tahap-tahap Apresiasi - Pondok Belajar

Friday, March 10, 2017

Pengertian dan Tahap-tahap Apresiasi

A. Pengertian Apresiasi
Kata apresiasi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata appreciation yang berarti penghargaan. Tepatnya penghargaan yang didasarkan pada pemahaman. Kata appreciation/penghargaann Secara gramatikal dimaknai sebagai sebuah proses atau hal untuk memberi harga atau menghargai sesuatu. Dalam rangka pemberian harga terhadap suatu objek, misalnya suatu karya seni, secara pasti tentu akan melibatkan hal-hal untuk mengobservasi, meneliti dan menimbang mutu, yaitu menilai kelebihan dan kekurangan dari objek tersebut, barulah sampai pada kesimpulan sebagai hasil pemberian harga tersebut. S. Effendi dalam Suroto (1990:158) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan apresiasi terhadap karya sastra ialah sebuah upaya atau proses memahami, menikmati, dan menghargai suatu karya sastra secara kritis, yang memunculkan tumbuh penghargaan, pengertian, dan kepekaan pikiran kritis dan kepekaan pikiran yang baik terhadap sastra yang dihasilkan.

Pengertian dan Tahap-tahap Apresiasi Karya Sastra
Pengertian dan Tahap-tahap Apresiasi Karya Sastra

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca mampu menumbuhkan keakraban dengan teks sastra yang diapresiasikannya, menumbuhkan sikap sungguh-sungguh, serta melaksanakan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu memuaskan kebutuhan rohaninya. Hal ini diperlukan karena sastra merupakan salah satu karya seni yang berusaha menampilkan nilai keindahan dalam bentuk aktual dan imajinatif (imagination) sehingga akan mampu memberikan hiburan dan kepuasan rohaniah kepada para pembaca.
Kemampuan apresiasi bagi siswa sangat penting, karena dengan adanya kemampuan apresiasi pada dirinya, ia akan memperoleh pengetahuan atau pengalaman, memperoleh kecakapan dalam menilai secara objektif nilai-nilai estetika, moral maupun mental dari karya sastra yang dinikmatinya. Pengalaman dan pengetahuan yang ditemuinya dari setiap karya sastra tersebut akan menimbulkan suatu pemikiran yang mendalam, dan hal ini menyebabkan adanya perubahan dan perkembangan dalam diri manusia itu. Dengan demikian, kemampuan apresiasi ini sangat perlu dibina dan dikembangkan pada diri siswa.

Dalam pengajaran sastra Indonesia di SMA, bentuk apresiasi sastra bisa bermacam-macam. Macam bentuk tersebut disesuaikan dengan tingkat usia siswa dan jenjang kelas. Apresiasi untuk kelas satu tentu tidak sama dengan apresiasi untuk kelas dua. Hal ini disebabkan tingkat pemahaman dan tingkat pemikiran biasanya sejalan dengan pertambahan usia. Di samping itu, semakin banyak pengalaman seseorang tentunya akan semakin baik penghayatannya seseorang terhadap karya sastra tersebut. Hal yang demikian itu kiranya cukup wajar karena sastra tak lain dan tak bukan berbicara tentang hidup dan kehidupan manusia.

Untuk dapat mencapai hasil yang maksimal dalam kegiatan apresiasi karya sastra, kita harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang sastra dengan berbagai aspeknya, terutama mengenai unsur intrinsiknya.

B. Tahap-tahap Apresiasi
Apresiasi mempunyai tahap-tahap yang harus ditempuh guna mencapai taraf yang lebih baik. Tahap-tahap tersebut merupakan pedoman yang dapat dilakukan dalam rangka mencapai kemampuan apresiasi yang diharapkan, dan pencapaian ini diharapkan untuk tercapainya tujuan pengajaran sastra yang diharapkan.
Untuk sampai pada tahap menetapkan penghargaan (kesimpulan) terhadap suatu karya seni (sastra), ada beberapa tahap-tahap tertentu yang harus dilewati lebih dahulu. Tahap- tahap yang dimaksudkan tersebut menurut Dra. Maidar G. Arsyad dalam Suroto (1990:157), sebagai berikut:

Tahap I : tahap ini adalah tahap penikmatan. Pada tahap ini penikmat melakukan tindakan untuk melihat, membaca, menonton atau mendengarkan suatu karya seni (sastra) tersebut. Misalnya membaca novel, roman atau puisi. Atau mungkin mendengarkan pembacaan sajak (puisi), atau menonton pertunjukan drama.

Tahap II : tahap ini adalah tahap penghargaan. Pada tahap ini penikmat melakukan tindakan manfaat, melihat kebaikan, atau nilai karya seni (sastra) itu. Mungkin setelah sekali membaca atau mendengar karya sastra lalu penikmat merasakan adanya manfaat, apakah itu memberi hiburan, menyenangkan, memberi kepuasan, atau pun memperluas pandangan dan wawasan hidupnya. Kalau penikmat merasakan manfaatnya sangat mungkin ia akan melangkah kepada tahap berikutnya.

Tahap III : adalah tahap pemahaman. Di sini penikmat melakukan tindakan menganalisis, meneliti, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya serta berusaha menyimpulkan kembali. Tahap ini berarti penikmat tidak lagi sekedar pasif untuk menikmati suatu karya sastra, tetapi mereka juga melakukan pemeraian pada setiap komponen yang telah membentuk karya sastra tersebut. Akhirnya ia akan sampai pada sebuah kesimpulan apakah karya sastra tersebut baik atau tidak, bermanfaat bagi pembaca atau tidak, sekedar sebagai hiburan atau lebih dari itu dan lain-lain.

Tahap IV : adalah tahap penghayatan. Pada tahap ini penikmat/pembaca akan menganalisi lebih lanjut karya sastra tersebut, mencari makna atau hakikat dari suatu karya sastra beserta argumentasinya; membuat penafsiran dan menyusun argumen berdasarkan analisis yang telah dibuat. Pada tahap ini penikmat berusaha menjelaskan mengapa alur novel begitu atau begini, atau mengapa sebuah puisi menggunakan bentuk seperti tanda tanya, atau mengapa sebuah puisi menggunakan kata-kata seperti itu dan lain-lain. Alasan-alasan yang dikemukakannya tentu disertai bukti agar argumen yang dikemukakannya dapat diterima secara akal.

Tahap V : tahap terakhir ini adalah tahap implikasi atau penerapan. Dimana pembaca yang telah membacakan atau menikmati suatu karya sastra sangat mungkin untuk menimbul ide baru pada pembaca karya tersebut.

Tahap-tahap tersebut merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam mencapai suatu tingkat apresiasi yang sebenarnya. Tingkat pemahaman, tingkat penghayatan, dan tingkat implikasi merupakan tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses apresiasi terhadap karya sastra.
Tingkat penikmatan merupakan tingkat pertama bagi seseorang yang hanya baru mengenal suatu karya sastra. Tingkat pemahaman ini berada pada tahap menonton, atau merasa senang saat mengenal suatu karya sastra. Pada tahap ini tidak dituntut seseorang untuk dapat terus memberikan penilaian, karena sudah barang tentu ia tidak dapat menilainya. Hal ini yang menyebabkan timbulnya salah penafsiran terhadap suatu karya sastra apabila diminta penilaiannya.

Pada tingkat penghargaan seseorang atau katakanlah siswa, mulai memberikan reaksi, misalnya reaksi ini timbul dalam bentuk rasa kagum serta terpengaruh akan hasil cipta sastra yang dinikmatinya. Rasa kagum ini menjelma menjadi suatu rasa ingin memiliki terhadap produk sastra tersebut, sehingga timbul rangsangan untuk ingin menikmatinya lagi. Hal ini akan membawa dirinya pada tingkat pemahaman, yaitu tingkat mencari pengertian.

Apabila siswa telah memiliki dorongan untuk mempelajari dengan cara mencari sebab akibat dan bersifat studi, pada tahap inilah siswa mulai memahami suatu karya sastra, sehingga dalam dirinya timbul suatu dorongan lain dalam bentuk mencari sebab akibat, serta mencari pengertiannya. Dengan tindakan ini siswa barulah menuju ke tahap selanjutnya, yaitu tahap penghayatan. Pada tingkat penghayatan ini siswa mulai membuat analisis lanjut mengungkapkan nilai pandangan terhadap suatu hasil karya sastra. Siswa akan mencari sejumlah pemikiran atau berupa perbandingan sejauh dapat terjangkau oleh daya pemikirannya sendiri.

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah berkomentar