Kisi Kisi Pretest PKP - Pondok Belajar

Thursday, February 20, 2020

Kisi Kisi Pretest PKP


KONSEP BERPIKIR TINGKAT TINGGI

Pembelajaran yang berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi melibatkan 3 aspek yaitu:
1. Transfer of Knowledge
2. Critical and Creative Thinking
3. Problem Solving.
Dalam proses pembelajaran keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak memandang level KD, apakah KD nya berada pada tingkatan C1, C2, C3, C4, C5, atau C6.

1. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Transfer of Knowledge
Keterampilan berpikir tingkat tinggi berkaitan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang menjadi satu kesatuan dalam proses belajar dan mengajar

Ranah Kognitif
Proses Kognitif sesuai dengan level kognitif Bloom.
LOTS
C1 : Mengingat
C2 : Memahami
C3 : Menerapkan/Mengaplikasikan
KONSEP BERPIKIR TINGKAT TINGGI
Pembelajaran yang berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi melibatkan 3 aspek yaitu:
Transfer of Knowledge
Critical and Creative Thinking
Problem Solving.
Dalam proses pembelajaran keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak memandang level KD, apakah KD nya berada pada tingkatan C1, C2, C3, C4, C5, atau C6.

Kisi Kisi Pretest Peningkatan Kompetensi Pembelajaran
Kisi Kisi Pretest PKP


1. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Transfer of Knowledge
Keterampilan berpikir tingkat tinggi berkaitan dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang menjadi satu kesatuan dalam proses belajar dan mengajar
Ranah Kognitif
Proses Kognitif sesuai dengan level kognitif Bloom.
LOTS
C1 : Mengingat
C2 : Memahami
C3 : Menerapkan/Mengaplikasikan

Ranah Psikomotor
Keterampilan proses psikomotor merupakan keterampilan dalam melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota tubuh yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan pada gerak dasar, perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, ekspresif, dan interperatif.
P1 : Imitasi
P2 : Manipulasi
P3 : Presisi
P4 : Artikulasi
P5 : Naturalisasi

2. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Critical and Creative Thinking
Berpikir kritis merupakan proses mengerahkan pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan permasalahan yang muncul, mengambil keputusan, menganalisis semua asumsi yang muncul dan melakukan investigasi atau penelitian berdasarkan data dan informasi yang telah didapatkan sehingga menghasilkan informasi atau simpulan.
Elemen dasar tahapan keterampilan berpikir kritis yaitu FRISCO
a. F (Focus) : Mengidentifikasi masalah dengan baik.
b. R (Reason) : Alasan-alasan yang diberikan bersifat logis atau tidak untuk disimpulkan.
c. I (Inference) : Jika alasan yang dikembangkan adalah tepat, maka alasan tersebut harus cukup sampai pada kesimpulan yang sebenarnya.
d. S (Situation) : Membandingkan dengan situasi yang sebenarnya.
e. C (Clarity) : Harus ada kejelasan istilah maupun penjelasan yang digunakan pada argumen sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengambil kesimpulan.
f. (Overview) : Pengecekan terhadap sesuatu yang telah ditemukan, diputuskan, diperhatikan, dipelajari, dan disimpulkan.

3. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Problem Solving
Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai problem solving diperlukan dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran yang dirancang dengan pendekatan pembelajaran berorientasi pada keterampilan tingkat tinggi tidak dapat dipisahkan dari kombinasi keterampilan berpikir dan keterampilan kreativitas untuk pemecahan masalah.
Menurut Mourtos, Okamoto, dan Rhee, ada enam aspek yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana keterampilan pemecahan masalah peserta didik, yaitu:
Menentukan masalah. Mendefinisikan masalah, menjelaskan permasalahan, menentukan kebutuhan data dan informasi yang harus diketahui sebelum digunakan untuk mendefinisikan masalah sehingga menjadi lebih detail, dan mempersiapkan kriteria untuk menentukan hasil pembahasan dari masalah yang dihadapi;

Mengeksplorasi masalah. Menentukan objek yang berhubungan dengan masalah, memeriksa masalah yang terkait dengan asumsi, dan menyatakan hipotesis yang terkait dengan masalah;
Merencanakan solusi. Peserta didik mengembangkan rencana untuk memecahkan masalah, memetakan sub-materi yang terkait dengan masalah, memilih teori prinsip dan pendekatan yang sesuai dengan masalah, dan menentukan informasi untuk menemukan solusi;
Melaksanakan rencana. Pada tahap ini peserta didik menerapkan rencana yang telah ditetapkan;
Memeriksa solusi. Mengevaluasi solusi yang digunakan untuk memecahkan masalah; dan
Mengevaluasi. Pada langkah ini, solusi diperiksa, asumsi yang terkait dengan solusi dibuat, memperkirakan hasil yang diperoleh ketika mengimplementasikan solusi dan mengomunikasikan solusi yang telah dibuat.
KOMPETENSI KETERAMPILAN 4CS (CREATIVITY, CRITICAL THINKING, COLLABORATION, COMMUNICATION)
Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah yang dikenal sebagai 4Cs (critical thinking, communication, collaboration, and creativity).
Peta Kompetensi Keterampilan 4Cs:
1. Creativity Thinking and innovation. Peserta didik dapat menghasilkan, mengembangkan, dan mengimplementasikan ide-ide mereka secara kreatif baik secara mandiri maupun berkelompok.
2. Critical Thinking and Problem Solving. Peserta didik dapat mengidentifikasi, menganalisis, menginterpretasikan, dan mengevaluasi bukti-bukti, argumentasi, klaim, dan data-data yang tersaji secara luas melalui pengkajian secara mendalam, serta merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Communication. Peserta didik dapat mengomunikasikan ide-ide dan gagasan secara efektif menggunakan media lisan, tertulis, maupun teknologi.
4. Collaboration. Peserta didik dapat bekerja sama dalam sebuah kelompok dalam memecahkan permasalahan yang ditemukan.

PENGEMBANGAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK)
Pengembangan IPK memperhatikan hal-hal seperti:
Tentukanlah proses berpikir yang akan dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi minimal yang ada pada KD;
Rumusan IPK menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang bisa diukur;
Dirumuskan dalam kalimat yang simpel, jelas, dan mudah dipahami;
Tidak menggunakan kata yang bermakna ganda;
Hanya mengandung satu tindakan;
Memperhatikan karakteristik mata pelajaran, potensi, dan kebutuhan peserta didik, sekolah, masyarakat, dan lingkungan/daerah.
IPK dikategorikan menjadi tiga, yaitu IPK kunci, IPK pendukung, dan IPK pengayaan.

a. Indikator Kunci
Indikator yang sangat memenuhi kriteria UKRK (Urgensi, Keterkaitan, Relevansi, Keterpakaian).
Kompetensi yang dituntut adalah kompetensi minimal yang terdapat pada KD.
Memiliki sasaran untuk mengukur ketercapaian standar minimal dari KD.
Dinyatakan secara tertulis dalam pengembangan RPP dan harus teraktualisasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga kompetensi minimal yang harus dikuasai peserta didik tercapai berdasarkan tuntutan KD mata pelajaran.

b. Indikator Pendukung
Membantu peserta didik memahami indikator kunci.
Dinamakan juga indikator prasyarat yang berarti kompetensi yang sebelumnya telah dipelajari peserta didik, berkaitan dengan indikator kunci yang dipelajari.

c. Indikator Pengayaan
Mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi dari tuntutan kompetensi dari standar minimal KD.
Tidak selalu harus ada.
Dirumuskan apabila potensi peserta didik memiliki kompetensi yang lebih tinggi dan perlu peningkatan yang baik dari standar minimal KD.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Model Discovery Learning
Model pembelajaran penyingkapan/penemuan (Discovery/Inquiry Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.

Sintak model Discovery Learning:
Pemberian rangsangan (stimulation). 
Guru mengajukan pertanyaan, menganjurkan membaca buku dan kegiatan lainnya, supaya peserta didik menimbulkan kebingungan dan keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement). Peserta didik melakukan identifikasi dan membuat hipotesis.

Pengumpulan data (data collection). 
Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan. mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

Pengolahan data (data processing). 
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, atau ditabulasi.
Pembuktian (verification). 
Peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
Menarik simpulan/generalisasi (generalization). Proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Stimulasi pertanyaan dalam pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS untuk mendorong memunculkan pikiran-pikiran orisinal peserta didik, pertanyaan-pertanyaan tersebut mencakup:
Pertanyaan untuk memfokuskan perhatian atau kajian untuk diperdalam;
Pertanyaan untuk mendorong peserta didik berpikir menemukan alasan atau mengambil posisi pendapat;

Pertanyaan untuk mengklarifikasi suatu konsep dengan arah bisa merumuskan definisi yang jelas lewat memperbandingkan, menghubungkan, dan mencari perbedaan atas konsep-konsep yang ada;
Pertanyaan untuk mendorong munculnya gagasan-gagasan yang kreatif dan alternatif lewat imajinasi;
Pertanyaan untuk mendorong peserta didik mencari data dan fakta pendukung serta bukti-bukti untuk mengambil keputusan atau posisi;
Pertanyaan untuk mendorong peserta didik mengembangkan pikiran lebih jauh dan lebih mendalam, dengan mencoba mengaplikasikan sesuatu informasi pada berbagai kasus dan kondisi yang berbeda-beda, sehingga memiliki lebih banyak argumentasi;
Pertanyaan untuk mengembangkan kemampuan mengaplikasikan aturan atau teori yang lebih umum pada kasus yang tengah dikaji.

PENULISAN DAN PENGEMBANGAN SOAL HOTS
Dalam taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson & Krathwohl (2001), dirumuskan 6 level proses berpikir, yaitu:
C 1 = mengingat (remembering )
C 2 = memahami (understanding)
C 3 = menerapkan (applying)
C 4 = menganalisis (analyzing)
C 5 = mengevaluasi (evaluating)
C 6 = mengkreasi (creating)

Anderson dan Krathwohl mengategorikan kemampuan proses menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating) termasuk berpikir tingkat tinggi.
Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja “menentukan‟ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja “menentukan‟ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja “menentukan‟ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Brookhart menggunakan tiga istilah dalam mendefinisikan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS), yaitu: HOTS adalah proses transfer, HOTS adalah berpikir kritis, dan HOTS adalah penyelesaian masalah.
HOTS sebagai proses transfer dalam konteks pembelajaran adalah melahirkan belajar bermakna (meaningfull learning), yakni kemampuan peserta didik dalam menerapkan apa yang telah dipelajari ke dalam situasi baru tanpa arahan atau petunjuk pendidik atau orang lain.
HOTS sebagai proses berpikir kritis dalam konteks pembelajaran adalah membentuk peserta didik yang mampu untuk berpikir logis (masuk akal), reflektif, dan mengambil keputusan secara mandiri.
HOTS sebagai proses penyelesaian masalah adalah menjadikan peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan riil dalam kehidupan nyata, yang umumnya bersifat unik sehingga prosedur penyelesaiannya juga bersifat khas dan tidak rutin.
Soal yang termasuk Higher Order Thinking memiliki ciri-ciri:
Transfer satu konsep ke konsep lainnya;
Memproses dan menerapkan informasi;
Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda;
Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah;
Menelaah ide dan informasi secara kritis.
Karakteristik instrumen penilaian berpikir tingkat tinggi (HOTS):
Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
Bersifat Divergen
Menggunakan Multirepresentasi
Berbasis permasalahan kontekstual
Menggunakan bentuk soal beragam

Puspendik (2015) mengklasifikasikan 3 level kognitif yaitu: Level 1 (Pengetahuan dan Pemahaman), Level 2 (Aplikasi), dan Level 3 (Penalaran)
Pengetahuan dan Pemahaman. Mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural.
Aplikasi. Menggunakan pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel yang sama atau mapel lainnya; Menggunakan pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual (situasi lain).
Penalaran. Menggunakan penalaran dan logika untuk; Mengambil keputusan (evaluasi); Memprediksi dan refleksi; Menyusun strategi baru untuk memecahkan masalah.

Langkah-langkah penyusunan soal HOTS yaitu:
1. Menganalisis KD
2. Menyusun kisi-kisi soal
3. Memilih stimulus yang tepat dan kontekstual
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
KD yang berada pada tingkat kognitif C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mengkreasi) dapat disusun soal HOTS. KD yang berada pada tingkat kognitif C1 (mengingat), C2 (memahami), dan C3 (menerapkan) tidak dapat langsung disusun soal HOTS. KD tersebut dapat disusun soal HOTS, bila sebelumnya dirumuskan terlebih dahulu IPK pengayaan dengan tingkat kognitif C4, C5, dan C6.

2 comments:

  1. Bagus2 tulisan bapak ni..sangat menginspirasi dan membantu dlm pemahaman konsep berpikir tingkat tinggi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih, semoga ada manfaatnya bagi yang telah membacanya.

      Delete

terimakasih telah berkomentar