Pada dasarnya Pembelajaran memiliki posisi yang sangat penting pada keseluruhan kegiatan pendidikan, dengan kata lain Pembelajaran berperan sebagai penentu terhadap keberhasilan dari tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Maka Dengan posisi yang paling utama tersebut, proses pembelajaran tidak bisa dilaksanakan begitu saja tanpa adanya landasan dasar yang kuat dan perencanaan yang matang. Adapun landasan dan perencanaan secara umun pada dasarnya merupakan hal hal yang wajib dimiliki oleh seorang pendidik (sebagai syarat utama) ketika melaksanakan sebuah proses pembelajaran di dalam kelas. Adapun faktor-faktor yang harus dimiliki oleh pendidik tersebut meliputi banyak aspek baik aspek filosofis, aspek pengetahuan ilmu didik (pedagogik), aspek penguasaan materi ajar (content knowledge) aspek kemampuan komunikasi, dan aspek sosial kemasyarakatan. Sebagai seorang pendidik, mereka harus memformulasikan keseluruhan aspek aspek tersebut dalam setiap tahapan perencanaan pembelajaran, tahapan pelaksanaan pembelajaran dan tahapan penilaian proses dan hasil dari pembelajaran pembelajaran yang dilakukan.
Landasan Dasar Pembelajaran Tematik |
Adapun landasan Pembelajaran Tematik yang yang harus dipahami oleh Pendidik untuk mewujudkan pembelajarn sesuai dengan konsep tematik tersebut adalah meiputi landasan filosofis, landasan psikologis, dan landasan praktis. Penjabaran dari kesemuaan landasan Pembelajarn Tematik tersebut adalh sebagi berikut:
A. Landasan filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan filsafat dalam melaksanakn proses pembelajaran tematik, landasan filosofi merupakan roh dasar yang harus dipahami karena mendasari/melandasi dari aspek-aspek lainnya, seperti aspek Perumusan tujuan, kompetensi, materi pembelajaran dan pendekatan ataupun model yang digunakan dalam pembelajaran tematik tersebut. untuk memahami kosep folosifi dari penbelajaran tematik ini sebaiknya kita pahami dulu aliran aliran filsafat yang yang melahirkan konsep pembelajaran tematik ini. Adapun aliran aliran filsafat yang menjadi pemicu kemunculun konsep ini adalah sebagai berikut:
1. Aliran fisafat progresivisme.
progresivisme merupakan aliran filsafat yang merujuk pada pengalam pendidikan yang dikembangkan dari philosophy pragmatisme dan sebagi protes terhadap pandangan perenilisme di dalam pendidikan, filsafat ini ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini belum tentu benar pada masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak didik dengan diberikan kebebasan dalam menentukan pilihannya sendiri dengan kata lain meteri pembelajaran bukalah ditentukan oleh pendidik (Pendidik ). Jenis filsafat ini memberikan tekanan pada minat siswa (student’s interest). Dalam filasafat ini Pendidik berperan sebagai problem solving dan science inquiry, kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berasal dari hasil eksperimental, yaitu dimana kurikulum tersebut tidak bersifat statis sehingga kurikulum tersebut dapat berubah setiap waktu untuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Tokoh yang terkenal pada aliran ini adalah Jhon DW, George Axtelle, William O, Ernest Bayle
seperti yang dijelaskan di atas, bahwa aliran filsafat progresivisme berpola students’ center sehingga proses pembelajaran pada perlu sekali ditekankan padaa spek berikut:
a. Pembentukan kreatifitas
b. Pemberian sejumlah kegiatan
c. Suasana yang alamiah(natural)
d. Memberikan perhatian pada pengalaman siswa
Dengan kata lain proses pembelajaran itu bersifat mekanistis(Ellis 1993). Jenia Aliran ini juga menitika beratkan bahwa dalam proses pembelajaran, peserta didik akan dihadapkan pada persoalan-persoalan tertentu yang harus dipecahkan /mencarai solusi untuk pemecahan masalh tersebut (problem solving).
2. Aliran rekontruktivisme
Aliran filsafat ini adalah pengembangan (elaborasi) dari pada filsafat progresivisme, dengan penekanan pada pentingnya peradaban manusia dimasa depan. Fungsi pendidik dalam aliran filsafat ini adalah sebagai fasilitator untuk membantu siswa lebih peduli terhadap masalah kedepan dengan penekanan pada ilmu social, ekonomi, politik, dan methode peneliatian, dan berfokus pada trend dimasa mendatang bersamaan dengan isu-isu nasional. Disamping itu filsafat rekonstuktivisme juga lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan aktif membentuk pengetahuan berazaskan pengalaman yang sudah ada.
melihat pengalaman langsung siswa (directexperiences) merupakan kunci dalam prose pembelajaran. Dalam filsafat rekontruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang Pendidik kepada siswa, tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing peserta didik. Peserta didik harus mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan sebuah proses yang berkembang secara terus menerus (sustanable). Pengetahuan tidak lepas dari subyek yang sedang belajar, penegtahuan lebih dianggap sebagai proses pembentukan (kontruksi) yang terus menerus, berkembang dan berubah sesuai dengan kondisi masa (tidak statis). Aliran filsafat ini mengelompokkan peserta didik dari:
a. Keunikan / kekhasanya
b. Potensinya
c. dan Motivasi yang dimilikinya
B. Landasan Psikologis
seperti yang sudah kita pahami bahwa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, oleh sebab itu dalam melaksanakan pembelajaran tematik harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku itu harus dikembangkan. Peserta didik adalah para individu yang sedang berada dalam tahapan proses perkembangan, perkembangan tersebut meliputi perkembangan fisik/jasmani, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan emosional, dan perkembangan moral. Jadi disilah peranpendidik untuk dapat mengoptimalkan proses/kematangan dari perkembangan tersebut kerah yang dikehendaki sehingga proses perkembangan tersebut dapat berkembangan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Adapun jenis Pandangan-pandangan psikologis yang menjadi landasan pembelajaran tematik dapat adalah:
1. Pada dasarnya masing-masing siswa membangun realitas sendiri. Makna dari perrnyataan tersebut adalah pembelajaran yang dilakukan merupakan proses dari pengalaman peserta didik sendiri, bukan merupakan pengalaman yang dilakukan oleh orang lain, dan juga bukan merupakan pengalaman pendidik yang di transfer melalui berbagai bentuk media dalam melaksankan proses pembelajaran.
2. Pikiran seseorang pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mencari pola dan hubungan antara gagasan-gagasan yang ada. Pembelajaran tematik memungkinkan siswa untuk menemukan pola dan hubungan tersebut dari berbagai disiplain ilmu.
3. Peserta didik merupakan individu yang memiliki berbagai kemampuan dan potensi dan memiliki kesempatan untuk berkembang. Peran Pendidik bukanlah satu-satunyapihak yang paling menentukan, tetapi lebih bertindak sebagaii “tut wuri handayani”.
4. Keseluruhan perkembangan anak adalah tematik dan anak melihat sekitar dirinya dan sekitarnya secara utuh (holistic).
C. Landasan praktis
Landasan praktis diperlukan karena pada dasarnya Pendidik harus melaksanakan pembelajaran tematik secara aplikatif dalam kelas. Maka untuk itu, pelaksanaa pembelajaran tematik juga dilandasi landasan praktis berikut ini :
1. Proses Perkembangan ilmu pengetahuan terus berlangsung dengan cepat seiring dengan kebutuhan peradaban manusia, akibatnya terlalu banyak informasi yang dimuat dalam kurikulum pembeljaran untuk memenuhi tuntunan zaman tersebut.
2. pendidikan sekarang menjadikan hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu sama lain, padahal seharusnya saling terkait (intergrated)
3. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sekarang ini cenderung lebih bersifat lintas mata pelajaran (interdisipliner) sehingga diperlukan usaha kolaboratif antara berbagai mata pelajaran untuk memecahkannya.
4. Adapun kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktik dapat dipersempit dengan pembelajaran yang dirancang secara tematik sehingga siswa akan mampu berpikir teoritis dan pada saat yang sama mampu berpikir secara praktis.
No comments:
Post a Comment
terimakasih telah berkomentar