Pondok Belajar

Monday, March 06, 2017

Evaluasi Kegiatan Proses Program Belajar Mengajar

Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Materi Pembelajaran. Penilaian adalah suatu kegiatan dalam menentukan, menafsirkan, atau memberi harga suatu objek atau suatu program yang didasari pada suatu ukuran atau kriteria. Ini dimaksdukan dengan adanya kriteria, maka akan mempermudah seseorang pendidik dalam menentukan nilai dari suatu objek yang disajikan, sehingga nilai yang diperoleh dapat menjadi informasi yang bermakna dalam mengambil suatu keputusan. Perlu diketahui, bahwa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, penilaian mencakup dua sasaran pokok utama yaitu penilaian hasil dari proses kegiatan belajar mengajar dan penilaian berupa proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Kita harus memahami, bahwa penilaian merupakan kegiatan yang tidak dapat kita dipisahkan dari kegiatan pembelajar (pendidikan dan pengajaran secara umum) tersebut. Semua kegiatan pendidikan yang dilakukan harus selalu diikuti dengan kegiatan penilaian. Penilaian adalah suatu kegiatan dalam menentukan, menafsirkan.
Evaluasi Kegiatan Proses Program belajar Mengajar
Evaluasi Kegiatan Proses Program belajar Mengajar 

Pada hakikatnya, kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar siswa melainkan juga berbagai faktor yang lain, di antaranya adalah kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran itu sendiri. Penilaian dapat dipergunakan sebagai umpan balik terhadap pengajaran yang telah berlangsung. Dengan demikian, guru dapat menilai apakah proses pembelajaran sudah berhasil atau belum.
Hasil penilaian yang diberikan guru kepada siswa dapat berupa angka atau simbol lainnya, angka atau simbol ini dapat dijadikan tolok ukur bagi siswa untuk mengetahui kemampuannya. Dalam hal ini guru harus bertindak dan berusaha dengan baik, jujur, dan objektif. Usaha-usaha tersebut terutama yang berkaitan dengan penyusunan dan penafsiran hasil penilaian.
Pada umumnya yang melakukan penilaian adalah guru yang bersangkutan dan alat penilaian yang akan digunakan juga dipersiapkan sendiri oleh guru tersebut. Oleh karena hasil penilaian itu sangat menentukan, alat evaluasi yang dipergunakan harus dapat dipertanggungjawabkan dengan baik dari segi kelayakan, kesahihan, maupun keterpercayaannya. Untuk itu, pihak guru haruslah menguasai teknik penyusunan dan penilaian alat evaluasi, serta penafsiran terhadap hasil penilaian yang diperoleh, baik berupa data kuantitatif ataupun data kualitatif.

Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, penilaian adalah suatu hal yang sangat penting. Kurikulum tingkat satuan pendidikan menempatkan penguasaan berbagai materi pada akhir kegiatan pembelajaran. Indikator-indikator bahwa seorang siswa telah menguasai materi yang diajarkan hanya dapat diketahui lewat penilaian yang sengaja dimaksudkan untuk tujuan itu. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan juga menempatkan penilaian dalam posisi yang penting dengan memberikan pedoman pengembangan penilaian yang bersifat umum yang berlaku untuk semua mata pelajaran dan bersifat khusus untuk tiap mata pelajaran.

Penilaian dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan menekankan pentingnya penilaian proses dalam rangka mengetahui kemajuan belajar siswa. Hal ini juga berkaitan dengan pengujian berkelanjutan, yaitu bahwa semua indikator harus diujikan. Indikator yang tidak dapat diujikan pada akhir kegiatan pembelajaran dapat diujikan di tengah proses pembelajaran. Penilaian proses yang disebut penilaian kelas, yaitu penilaian yang dilakukan di kelas ketika kegiatan pembelajaran berlangsung untuk memperoleh informasi untuk memahami siswa, merencanakan dan memantau proses pembelajaran, dan menciptakan suasana kelas yang bergairah. Melalui penilaian proses ini, guru dapat membaca dan mengetahui bagaimana situasi kelas dan membuat keputusan apa yang harus dilakukan pada kegiatan berikutnya.

Penilaian proses juga terkait dengan usaha memberikan umpan balik pembelajaran baik bagi guru maupun bagi siswa. Untuk itu, maka berdasarkan informasi yang diperoleh oleh guru haruslah segera mengambil dalam keputusan yang ada kaitannya dengan tingkah laku belajar peserta didik, peningkatan keberhasilan belajar siswa, suasana kelas yang mendukung, penciptaan, dan perencanaan-perencanaan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Penilaian yang dilakukan misalnya berupa ulangan harian, pemberian tugas tertentu di kelas, pemberian tugas di rumah, dan lain-lain yang direncanakan secara matang. Penilaian proses bahkan sering menjadi bagian, teknik pembelajaran yang dipilih guru dalam proses pembelajaran. Masukan-masukan dari proses pembelajaran terdahulu dipergunakan untuk merencanakan dan memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam pengajaran, meskipun setelah itu ada juga langkah tindak lanjut. Namun, setelah memasuki evaluasi biasanya proses pengajaran dianggap selesai padahal semestinya harus ada pengembangan dan pembinaan agar yang telah diperoleh tidak cepat hilang atau hanya sesaat saja

Sunday, March 05, 2017

Pembelajaran Menulis Cerpen Dengan Strategi 3M

Pembelajaran Menulis Cerpen Dengan Strategi 3M (Meniru, Mengolah, dan Mengembangkan). Pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen) penting bagi siswa karena cerpen dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan menuangkan pikiran. Dari hasil observasi kita dapat disimpulkan bahwa kondisi sekolah sangat mempengaruhi proses balajar mengajar di kelas. 

Pembelajaran Menulis Cerpen Dengan Strategi 3M (Meniru, Mengolah, dan Mengembangkan)
Pembelajaran Menulis Cerpen Dengan Strategi 3M
Namun, kondisi tersebut bisa diatasi apabila guru mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Sebagai salah satu cara yang bisa kita dilakukan adalah dengan merencanakan strategi pembelajaran yang menarik bagi peserta didik. Berdasarkan pertimbangantersebut, penulis berusaha untuk memberikan alternatif dalam melalukan strategi pembelajaran menulis yang novatif dan kreatif dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah.


Strategi pembelajaran tersebut dikembangkan dari strategi copy the master. Strategi copy the master merupakan sebuah strategi yang diturunkan dari pendekatan menulis terpimpin, kontekstual, model, dan proses. Sementara itu, ungkapan copy master tersebut berasal dari pemikiran orang china sebagaimana yang diutarakan Ismail Marahhimin (2004: 20) bahwa konon pada zaman dahulu di China, orang yang ingin menjadi pelukis akan diberikan lukisan yang sudah jadi dan baik. Bisaanya lukisan yang dibuat oleh sang master, yaitu orang yang ahli melukis atau pelukis terkenal. Sang calon pelukis disuruh melukis dengan meniru model lukisan yang disediakan. Dengan cara yang demikian ini, calon pelukis akhirnya bisa melukis sendiri, dan mulai menemukan bentuk khas sesuai dengan kepribadiaannya. Dan strategi pembelajaran yang demikian yang dinamakan copy the master, yang artinya meniru lukisan sang ahli.

Proses tersebut dapat pula berlaku pada bidang lain termasuk pembelajaran menulis. Ismail Marahimin (2004: 21) juga menyatakan bahwa copy the master dalam pembelajaran menulis merupakan model yang paling disukai banyak penulis. Pimikiran/Ide ini diperkuat oleh pendapat bahwa strategi copy the master adalah jenis strategi yang mudah karena dekat sangat dengan penulis sendiri. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan copy the master juga mengalami pengembangan. Copy the master selanjutnya oleh Ismail Marahimin dikembangkan menjadi strategi 3M (meniru, mengolah, mengembangkan). Namun demikian, copy the master memiliki perbedaan dengan stategi 3M meskipun Strategi 3M merupakan strategi hasil pengembangan strategi copy the master. Perbedaan tersebut terletak pada proses yang berkelanjutan pada strategi 3M yaitu proses mengolah dan mengembangkan, sementara pada copy the master calon penulis hanya diberi kesempatan untuk meniru hingga sang penulis mampu meniru tulisan yang dijadikan model.

Kelebihan dari Strategi 3M adalah model yang akan ditiru ini tidak hanya terbatas pada jenis peniruan lateral, akan tetapi ada tahap perbaikannya. Tahap peniruan sampai dengan perbaikan inilah yang menonjol dalam jenis penggunaan strategi tersebut. Pada prinsipnya, jenis strategi ini menuntut dilakukannya latihan-latihan sesuai dengan model yang ditawarkannya.jenis strategi 3M ini melalui tiga tahapap, yakni tahap meniru, mengolah dan mengembangkan. Pada tahapan meniru diisi dengan kegiatan membaca bacaan, mengidentifikasi bacaan, selanjutnya menyadur hasil dari bacaan tersebut. Dari  hasil saduran tersebut akan diolah pada bagian tokoh  dan alur. Hasil dari olahan tersebut kemudian dikembangkan lagi dalam bentuk monolog, dialog, dan komentar pengarang, dan hal inilah yang menjadi kelebihan pada strategi 3M (Meniru, Mengolah, Mengembangkan). Strategi ini mengedepankan proses yang sesuai dengan kemampuan siswa. Selain itu kreativitas siswa juga dikembangkan pada tahap yang ketiga yaitu tahap mengembangkan.

Jakob Sumardjo (2001: 91) menyatakan bahwa yang menjadi kriteria cerpen yang akan dijadikan model yaitu: (1) Cerpen tersebut harus dekat dengan calon penulis, dalam artian cerpen harus menarik perhatian calon penulis; (2) cerpen tersebut merupakan suatu kesatuan bentuk, utuh, manunggal, dan mengandung arti. Sama seperti hanya pada strategi copy the master, strategi 3M juga terdapat beberapa pendekatan yang menjadi latar belakang filofisnya. Ismail Marahimin (2004: 30) menyatakan bahwa pendekatan yang menjadi latar belakang filosofis metode 3M tersebut antara lain:

1) Pendekatan Menulis Terpimpin
Pendekatan menulis terpimpin merupakan pendekatan yang memulai pembelajaran dari hal-hal yang mudah dan sederhana yang sesuai dengan minat siswa. Keunggulan yang terdapat pada pendekatan menulis terpimpin adalah membuat siswa menulis dengan mudah.
Depdiknas ( dalam Arnita, 2007) menyatakan bahwa pendekatan menulis terpimpin adalah proses pembelajaran yang dimulai dari ha-hal yang sederhana, dekat dengan lingkungan serta dapat menarik minat siswa sehingga siswa dapat menyelesaikan tulisannya dengan mudah.

2) Pendekatan Kontekstual
Jenis pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu pendidik untuk mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik yang akan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota dari masyarakat tersebut. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa aktivitas menulis akan lebih bermakna bila dilakukan dengan berorientasi pada tujuan.
Tujuan menulis adalah menyampaikan apa yang ada dalam gagasannya kepada pembaca. Dengan demikian pembelajaran menulis yang dilakukan akan lebih alamiah karena siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Depdiknas, 2002: 1).

3) Pendekatan Analisis Model
Pendekatan analisis model mengasumsikan bahwa keterampilan menulis berhubungan erat dengan membaca. Menurut Stephen D. Krasen (dalam Hernowo, 2004: 11) menyatakan bahwa hasil riset denga jelas menunjukkan bahwa orang belajar menulis lewat membaca. Sehingga kemampuan menulis seseorang dipengaruhi oleh banyaknya wawasan yang diperoleh dari proses ia membaca.
Hal tersebut merupakan sebuah penguatan atas apa yang dicetuskan Ismail Marahimin (2004: 21) yang menyatakan bahwa pembelajaran menulis haruslah mencontoh tulisan-tulisan bermutu sebagai model untuk ditiru. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya membaca sebagai langkah awal untuk menulis.

4) Pendekatan Proses
Menurut Siswandi (2006: 7) dalam menulis seseorang dituntut pengalaman, waktu, latihan, kesempatan, pengajaran langsung  dan keterampilan khusus. ”Pendekatan proses dapat diartikan sebagai wawasan pengembangan keterampilan-keterampilan sosial, intelektual, dan fisik yang bersumber dari kemampuan dasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa tersebut” (Moejiono dan Dimyati, 1991: 14).
Secara garis besar terdapat tiga tahap yang harus dilalui jika seseorang hendak menulis, yaitu: (1) tahap perencanaan; (2) tahap penuangan; dan (3) tahap peninjuauan. Dalam penerapan di kelas, siswa akan dituntun oleh guru untuk berlatih melalui proses menulis tahap demi tahap, sehingga mereka merasa jika proses itu diikuti dan akan menghasilkan tulisan yang baik.

Saturday, March 04, 2017

Unsur Unsur Yang Harus Diperhatikan Dalam Menulis Cerpen

Unsur-Unsur Yang harus Diperhatikan Dalam Menulis CerpenKita tahu bahwa Cerpen terdiri dari susunan atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan erat antara satu sisi dengan sisi lainnya dalam sebuah tulisan. Keterkaitan antara unsur-unsur pembangun dalam cerita tersebut akan membentuk totalitas yang bersifat abstrak/tidak nyata. Koherensi dan keterpaduan semua unsur-unsur dalam sebuah cerita yang membentuk sebuah totalitas amat menentukan keberhasilan  dan keindahan  cerpen sebagai suatu bentuk ciptaan sastra. Unsur-unsur dalam cerpen terdiri atas: tema, alur atau plot, tokoh penokohan,latar (setting), sudut pandang (point of view), dan gaya bahasa.
Unsur-Unsur Yang harus Diperhatikan Dalam Menulis Cerpen
Unsur-Unsur Yang harus Diperhatikan Dalam Menulis Cerpen

Tompkins dan Hoskinson (dalam Akhadiah 1994: 312) berpendapat bahwa unsur-unsur sebuah cerpen antara lain sebagai berikut.

1) Tema
Tema adalah gagasan inti dalam sebuah Cerita, tema bisa disamakan dengan pondasi dasar sebuah bangunan. Kita tahu bahwa tidaklah mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa pondasi dasar. Dengan kata lain tema merupakan sebuah ide pokok, pikiran utama sebuah cerpen; pesan atau amanat yang disampaikan. Dasar tolak untuk membentuk rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita.


Tema merupakan sesuatu yang hendak disampaikan pengarang kepada para pembacanya. Sesuatu itu bisaanya adalah masalah kehidupan, komentar pengarang mengenai kehidupan atau pandangan hidup seorang pengarang dalam menempuh kehidupan ini. Pengarang tidak dituntut untuk dapat menjelaskan temanya secara gamblang dan final (lengkap), akan tetapi bisa saja hanya dengan menyampaikan sebuah masalah kehidupan dan akhirnya terserah kepad pembaca untuk menyikapi dan menyelesaikannya sendiri. Cerpen yang baik dan besar bisaanya menyajikan berbagai persoalan yang kompleks. Namun, selalu memiliki pusat tema, yaitu pokok masalah yang mendominasi masalah lainnya dalam cerita itu.

2) Alur/Plot
Alur yaitu urutan/rangkaian peristiwa yang menggerakkan cerita untuk mencapai efek tertentu. Banyak orang beranggapan keliru tentang pemaknaan plot. Sementara orang menganggap plot dalam cerita adalah jalan cerita. Padahal, dalam pengertian umum, plot adalah suatu atau rancangan atau permufakatan rahasia untuk memperoleh  tujuan tertentu. perancangan tentang tujuan tersebut bukanlah plot, akan tetapi semua aktivitas untuk mencapai tujuan yang dikehendaki itulah plot.

Secara lebih terperinci, plot d dapat doartikan sebagai sesuatu yang membuat cerita berjalan dengan gaya dan  irama dalam menghadirkan ide pokok/dasar. Untuk itu, Semua peristiwa yang terjadi di dalam cerita pendek harus berdasarkan hukum sebab-akibat, sehingga plot jelas tidak mengacu pada jalan cerita, tetapi menghubungkan semua peristiwa.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa alur adalah hubungan sebab akibat. Alur atau plot adalah struktur urutan kejadian dalam sebuah cerita yang disusun secara logis, dalam pengertian tersebut, alur ini merupakan suatu jalur tempat lewatnya rentetan peritiwa-peristiwa yang tidak terputus-putus oleh sebab itu, suatu kejadian dalam suatu cerita menjadi pemicu timbulnya akibat kejadian yang lainnya. Kejadian atau peristiwa-peristiwa itu tidak hanya berupa perilaku yang tampak seperti pembicaraan atau gerak gerik, tetapi juga menyangkut dari perubahan tingkah laku tokoh yang bersifat non fisik, seperti sikap kepribadian ,perubahan cara berpikir, dan lain sebagainya. Alur cerita rekaan terdiri dari alur buka, alur tengah, alur puncak dan alur tutup.
Dilihat dari cara menyajikan urutannya, bagian-bagian alur tersebut, alur atau plot cerita dapat dibedakan menjadi alur lurus, alur campuran, dan alur sorot balik (flash back). Mengapa disebut alur lurus karena apabila cerita disusun mulai dari awal diteruskan dengan kejadian-kejadian/altifitas-aktifitas berikutnya dan berakhir pada inti pemecahan permasalahan. Jika sebuah cerita disusun sebaliknya, yakni dari bagian akhir dan bergerak ke ttitik awal cerita disebut alur sorot balik. Sedangkan alur campuran adalah gabungan dari sebagian alur lurus dan sebagian alur sorot balik dalam cerita.
Kesluruhan Penjelasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa alur atau plot dalam sebuah cerita adalah jalinan peristiwa secara beruntutan/sequence dalam cerita dengan memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu membentuk kesatuan yang padu, bulat dan utuh dan rapih.

3) Latar/ Setting
Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam sebuah cerpen. Pada intinya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan tema dan plot untuk menghasilkan cerita pendek yang baik, berkualitas, dan padat. Jika latar sebuah cerita dapat dipindahkan ke mana saja, berarti latar tidak integral dengan tema dan plot. Latar atau landasan tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Latar dibedakan menjadi dua yaitu latar sosial dan latar fisik (latar material) latar sosial mencakupi penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat istiadat, cara hidup, bahasa dan lain-lain. Adapun yang dimaksud latar fisik adalah latar di dalam wujud fisik.
Kita tahu, jika latar tidak hanya sebagai background saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mendukung unsur cerita lainnya dalam sebuah cerita. Penggambaran tempat, waktu dan situasi akan membuat cerita tampak lebih hidup/semarak logis. Disamping itu, Latar juga dimaksudkan sebagai alat untuk membangun atau menciptakan suasana tertentu yang dapat menggerakan emosi  dan perasaan pembaca serta menciptakan mood atau suasana yang menyentuh batin pembaca

4) Penokohan dan Perwatakan
Yaitu penciptaan citra tokoh dalam cerita. Tokoh harus tampak hidup dan nyata hingga pembaca merasakan kehadirannya. Dalam cerpen modern saat ini, ukuran berhasil tidaknya sebuah penulisan cerpen ditentukan oleh berhasil tidaknya penulis dalam menciptakan citra, watak dan karakter tokoh tersebut. Harus dipahami bahwa Penokohan, yang didalamnya ada perwatakkan sangat penting bagi sebuah cerita, dan dapat ddikatakan ia sebagai kekuatan dasar dari sebuah cerita pendek (cerpen).
Pada dasarnya sifat tokoh ada dua macam; sifat batin (watak, karakter) dan sifat lahir (rupa, bentuk). Dan sifat tokoh ini bisa diungkapkan dengan berbagai cara, diantaranya melalui: (1) benda-benda di sekitar tokoh; (2) tempat tokoh tersebut berada;  (3) tindakan, ucapan dan pikirannya;  (4) kesan tokoh lain terhadap dirinya; (5) Perwatakan dalam suatu fiksi bisaanya dapat dipandang dari dua segi. Pertama mengacu pada orang atau tokoh yang berperan dalam sebuah cerita/cerpen, yang kedua adalah mengacu kepada pembauran dari emosi, minat, keinginan, dan moral yang membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita. Tokoh adalah yang melahirkan peristiwa. Ada dua cara memperkenalkan tokoh dan perwatakan tokoh dalam fiksi yaitu secara analitik dan secara dramatik. Secara analitik yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak tokoh atau karakter tokoh, pengarang langsung menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang dan sebagainya. Secara dramatik yaitu penggambaran perwatakan yang tidak digambarkan/diceritakan secara langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui penggambaran fisik / postur tubuh,, melalui pemilihan nama, tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain cara berpakaian, , lingkungannya dan sebagainya dan melalui dialog.

Pengertian Menulis (Pengertian Konsep dan Penjelasannya)

Pengertian Menulis (Pengertian dan Penjelasannya)Menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, didengar, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Menurut Tarigan (1994: 4) menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis sang penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata. 

Pengertian Menulis (Pengertian dan Penjelasannya)
Pengertian Menulis (Pengertian dan Penjelasannya)
Dalam kehidupan modern saat ini jelas sekali jika memiliki keterampilan menulis menjadi hal yang sangat diperlukan.hail ini kKiranya tidaklah terlalu berlebihan bila disebutkan bahwa memiliki keteramplan menulis merupakan salah sutu ciri dari orang yang terpelajar, golongan ataupun bangsa yang terpelajar. 


Salah satu keterampilan berbahasa yang dip ergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak secara tatap muka dengan orang lain ialah menulis. Dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata selain itu menulis adalah menurunkan atau melukiskan lamb ang¬lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang- lamb ang grafik tersebut.

Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1999: 8), menyebutkan pengertian menulis: (1) menulis merupakan suatu bentuk alat komunikasi, (2) menulis merupakan proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan/ide yang akan disampaikan kepada pembaca, (3) menulis adalah bentuk alat komunikasi yang berbeda dengan bercakap-cakap (berbicara), karena dalam tulisan tidak terdapat ekspresi wajah, intonasi,  situasi, serta gerakan fisik, yang menyertai percakapan tertentu, (4) menulis merupakan suatu ragam alat komunikasi yang perlu dilengkapi dengan alat-alat penjelasan tertentu serta ketentuan ejaan dan aphostrop (tanda baca), (5) merupakan bentuk alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan/ide penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak tempat serta waktu yang ada.

Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan (1999: 2) mengungkapkan bahwa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Secara lebih lanjut mereka menyatakan bahwa menulis merupakan suatu proses. Sehingga dalam menulis seseorang harus melewati beberapa tahap antara lain, tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.

Dengan kata lain, kemampuan menulis lebih sulit untuk dikuasai karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri,dimana kesemuaan unsur tersebut akan akan menjadi isi karangan. Kta bahwa Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis (sendirinya), melainkan kita harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur/terstruktur (Henry Guntur Tarigan, 1993: 4).

Menulis seperti juga ketiga keterampilan berb ahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati zuhdi (2001: 53) menyatakan bahwa dalam menulis seorang penulis tidak akan secara langsung dan tiba-tiba bisa menulis, melainkan harus mengituti tahap-tahap dalam menulis. Adapun tahap-tahap tersebut adalah tahap pramenulis dan tahap penulisan. Sedangkan Henry Guntur Tarigan, (1993: 8) mengemukakan, bahwa dengan menulis kita dituntut memiliki pengalaman, latihan, kesempatan, waktu, keterampilan-keterampilan khusus dan pembelajaran secara langsung menjadi seorang penulis yang hebat. Menulis menuntut kita untuk membuat gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, kemudian diekspresikan dengan jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut penelitian yang terinci, observasi yang seksama, pembedaan yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya. Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulis menulis juga dapat diartikan sebagai cara untuk berkomunikasi dengan cara mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak penulis kepada orang lain secara tertulis. Salah satu jenis kegiatan menulis adalah menulis kreatif, menulis cerpen termasuk salah satu kegiatan menulis kreatif. Tulisan kreatif merupakan tulisan yang bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya melalui kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritisberbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan memanfaatkan berbagai hal tersebut ke dalam kehidupan yang nyata sehari-hari. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berb agai hal yang menggejala dalam diri penulis, untuk kemudian dikomunikasikan kepada orang lain melalu tulisan (melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang bermakna). Salah satu teks yang bersifat kreatif adalah teks cerpen seperti penulisan cerpen.

Dari definisi-definisi menulis di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kemampuan menulis adalah kemampuan untuk mengemukakan gagasan melalui media bahasa berupa tulisan. Dapat pula dikatakan bahwa menulis adalah suatu aktivitas aktif produktif yang dilakukan dengan mengorganisasikan gagasan secara sistematik dan mengungkapkannya secara tersurat. Kemampuan menulis diperoleh melalui latihan yang terus menerus. Sedangkan menulis cerpen memiliki arti bahwa kemampuan seseorang mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan kreatif yang bersifat apresiatif dan ekspresif.

Friday, March 03, 2017

Peranan Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Paragraf

Peranan Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Paragraf. Proses pembelajaran yaitu suatu kegiatan yang terjadi dalam belajar mengajar dengan ditandai adanya interaksi yang dinamis antara guru dan peserta didik dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dalam buku Belajar dan Pembelajaran (Imron, 1996:43) menjelaskan bahwa tujuan dan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran ada dua hal yang sangat penting dalam pembelajaran. Pertama, Tujuan pembelajaran mengarahkan guru supaya berhasil dalam melakukan proses pembelajaran dalam kelas, sementara yang kedua, semua unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran harus mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik di dalam kelas.  Belajar dan mengajar merupakan aktivitas guru dan siswa untuk berinteraksi. Interaksi demikian tidak saja membutuhkan keterlibatan maksimal dari pihak siswa melainkan juga keterlibatan maksimal dari pihak guru.
 
Peranan Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Paragraf
Peranan Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Paragraf
Secara umum, Belajar dapat diartikan sebagai salah satu proses perubahan tingkah laku pada diri individu peserta didik berkat adanya interaksi antar individu, dan individu dengan lingkungan belajar, sehingga dengan adanya proses pe,mbelajaram tersebut, peserta didik lebih mampu berinteraksi dengan lingkungan mereka. Dalam interaksi harus ada perubahan tingkah laku dari siswa sebagai hasil belajar, di mana siswa sebagai subjek belajar maka siswalah yang terutama menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar dalam interaksi tersebut.
Untuk terjadinya interaksi yang dinamis dalam proses pembelajaran, pendidik harus mampu menciptakan suasana belajar yang baik. Ada beberapa poin yang harus dipenuhi oleh pndidik bila ingin menciptakan suasana belajar yang baik. Syarat-syarat itu adalah (a) peserta didik harus mengalami kemajuan, (b) peserta didik harus menghargai pelajaran yang disajikan, dan (c) pendidik harus memperoleh kepuasan dari aktifitas pembelajarannya..
Keberhasilan usaha pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah sebagian besar bergantung kepada faktor guru, karena guru memainkan peranan yang menentukan dalam usaha pembelajaran keterampilan menulis yang baik dan benar dikalangan siswa. Usaha dimaksud dapat berhasil apabila guru menunjukkan adanya kesanggupan menggunakan bahasa Indonesia yang baik ,bermutu, dan disiplin dalam penulisan. Oleh karena itu, guru berkewajiban untuk meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia dalam penulisan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Penggunaan bahasa guru sangat berpengaruh terhadap siswa, sebab guru merupakan teladan bagi siswa.

Agar guru dapat berperan sebagaimana tersebut di atas, maka guru-guru bahasa Indonesia perlu ditingkatkan pengetahuannya. Untuk dapat mengusahakan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan teratur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hal ini erat kaitannya dengan pendapat Jazir Burhan (1971:11) yaitu:
Guru bahasa Indonesia dapat melakukan tugas sebaik-baiknya mereka mestilah dilengkapi dengan pengetahuan yang cukup tentang bahasa Indonesia, keterampilan yang memadai dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk keperluan-keperluan praktis dan ilmiyah, pengetahuan yang cukup tentang metodologi pengajaran bahasa pada umumnya dan metodologi pengajaran bahasa Indonesia pada khususnya, keterampilan menggunakan pengetahuan tentang metodologi itu dalam praktek, serta sikap yang baik terhadap keahlian dan jabatan itu.

Berdasarkan kutipan di atas jelas bahwa guru bahasa Indonesia di sekolah memegang peranan yang sangat menentukan dalam pembinaan keterampilan menulis. Peranan guru dalam menunjang pengembangan keterampilan menulis  tidak hanya  terbatas kepada guru-guru bidang studi bahasa Indonesia saja, tetapi merupakan  tanggung jawab semua guru. Pengajaran bahasa Indonesia tidak akan mencapai sasaran bila tidak ditunjang oleh guru-guru lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar.             

Guru merupakan salah satu faktor penting yang memungkinkan terlaksananya proses belajar mengajar. Tanpa adanya seorang guru proses belajar mengajar tidak akan terlaksana dengan semestinya. Antara guru dan peserta didik terdapat hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Berkat kemajuan teknologi telah tercipta berbagai alat audio visual. Namun, kedudukan guru tidak dapat digantikan oleh alat tersebut karena benda tersebut merupakan benda mati. Pada saat tertentu alat tersebut boleh tidak ada. Akan tetapi, kalau guru tidak ada, proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung sebagaimana mestinya.
Guru dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan cenderung pasif karena kurikulum ini lebih menitik beratkan pada kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Walaupun demikian, peran seorang guru juga tidak dapat dipungkiri memegang peranan penting dalam membimbing dan meningkatkan kemampuan siswa. Guru dapat bertindak sebagai informator, fasilitator, ataupun moderator yang memiliki kelebihan daripada siswa dan menjadi panutan bagi siswa.
Guru adalah figur yang ikut menentukan pengajaran. Guru yang akan memegang kendali pengajaran dan menjadikan pembelajaran semakin efektif dan efisien. Dalam pembelajaran keterampilan menulis, tugas seorang guru bahasa Indonesia antara lain,
  1. Mampu menjalin komunikasi optimal dengan siswa
  2. Menciptakan suasana kreatif yang menyenangkan, hangat, dan mendorong agar siswa berproses baik secara individu maupun kelompok
  3. Pengajar dituntut mampu mengatasi berbagai perbedaan pendapat yang      ada  saat terjadi diskusi
  4. Mampu menjaga agar aktivitas kreatif tidak menyimpang


Selain hal-hal yang terdapat di atas, guru yang mengajarkan bahasa Indonesia harus cinta terhadap keterampilan menulis. Keterampilan menulis harus menjadi salah satu kesukaan baginya. Guru harus gemar membaca hasil-hasil tulisan terbaru dari penulis ternama atau tidak dan selalu mengikuti perkembangan di bidang tulis-menulis. Mengajar keterampilan menulis bukan hanya menginginkan agar siswa memiliki pengetahuan sebanyak-banyaknya tentang keterampilan menulis, melainkan menanamkan juga sikap positif terhadap sesuatu yang ditulis oleh siswa sehingga pada diri siswa tertanam sikap menghargai hasil karya orang lain.

Guru yang baik harus berinisiatif dalam memilih bahan yang sesuai untuk diberikan kepada siswa. Guru bahasa Indonesia harus mampu memilih bahan yang sesuai dengan siswa secara individu maupun kelompok. Apabila guru telah memilih bahan yang sesuai dengan kemampuan siswa, kesulitan dan masalah dalam pembelajaran akan dengan mudah diatasi karena guru sudah menguasai dan mengetahui keperluan siswa dalam proses pembelajaran. 

Dengan  adanya pemilihan bahan yang tepat, pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan juga akan lebih baik. Dalam hal ini guru harus memberikan bimbingan secara individual dalam menghadapi siswa yang mengalami kesulitan belajar dan melakukan remedial bagi siswa yang belum tuntas dalam materi tersebut. Seorang guru dituntut memiliki sikap demokratis dan tidak bersikap otoriter sehingga siswa lebih bebas berapresiasi sesuai dengan keinginan mereka. Guru hanya membimbing dan menjaga agar siswa tidak melakukan penyimpangan. Guru juga harus memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada siswa untuk menimba sendiri ilmu yang terdapat dalam keterampilan menulis paragraf.

Dari uraian di atas jelaslah untuk berhasilnya suatu proses pembelajaran guru harus mampu menciptakan interaksi yang dinamis sehingga pelajaran yang disajikan dapat diserap dengan baik oleh peserta didik untuk mendapatkan kemajuan. Seorang guru harus mampu mengelola interaksi belajar mengajar. Ia harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar, bagaimana proses belajar berlangsung dan ciri-ciri belajar dalam berbagai bidang yakni pengetahuan, perasaan, minat, pemahaman, sikap, keterampilan dan nilai,. Dengan demikian guru akan mampu menentukan jenis gaya memimpin kelas yang akan digunakan.

Syarat-Syarat Menulis Sebuah Paragraf

Syarat-syarat Menulis Sebuah Paragraf
Untuk menhasilkan Sebuah paragraf yang baik. kita harus menyajikakanya dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun Syarat-syarat paragraf yang baik tersebut adalah sebagai berikut:
Syarat-Syarat Menulis Sebuah Paragraf
Syarat-Syarat Menulis Sebuah Paragraf

1. Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan dalam paragraf adalah bahwa semua kalimat yang membina paragraf tersebut secara bersama-sama menyatakan satu hal atau satu topik. Karena tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran utama atau satu topik. Fungsi paragraf adalah mengembangkan pikiran utama atau topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam mengembangkannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau pikiran utama tersebut. Dengan kata lain, semua kalimat yang ada dalam sebuah paragraf harus mendukung topik.
2. Koherensi
Yang dimaksud dengan koherensi adalah kekompakan hubungan atau kepaduan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Paragraf bukanlah kumpulan atau kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh sebuah kalimat yang memiliki hubungan timbal balik antar mereka. hal ini membuat para Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan sama sekali karena adanya loncatan pikiran yang lain. Kepaduan atau koherensi dalam sebuah paragraf dapat dibangun dengan memperhatikan (1) masalah kebahasaan yang digambarkan dengan repetisi (perulangan), kata ganti, kata transisi; (2) pemerincian dan urutan isi paragraf; (3) Pemerincian dan urutan pikiran.
Kepaduan sebuah paragraf dapat ditandai dengan mengulang kata kunci yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci yang mula-mula muncul/timbul pada awal paragraf, kemudian terus diulang-ulang pada kalimat berikutnya. Pengulangan ini dimaksudkan untuk memelihara kepaduan semua kalimat yang ada.

Kepaduan paragraf dapat juga dibuat dengan menggunakan kata ganti. Yaitu kata yang mengacu kepada ganti manusia, benda, ini dimaksdukan untuk menghindari terjadinya kebosanan, maka diganti dengan kata ganti tersebut. Pemakaian kata ganti dalam paragraf berfungsi menjaga kepaduan antara kalimat-kalimat yang membina paragraf.

Gorys Keraf (dalam Ibrahim, 1988:74) mengatakan untuk menyatakan kepaduan dari sebuah paragraf, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frase transisi dalam bermacam hubungan. Kata atau frase transisi itu biasanya digunakan dalam tulisan ilmiah dalam bermacam hubungan, misalnya: (1) hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu hal yang telah dijabarkan/disebut pada bagian sebelumnya. Bentuk jenis transisi yang digunakan biasanya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi pula, berikutnya, ke-dua, ke-tiga, dan akhirnya, tambahan pula, dan demikian juga; (2) hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah disebut sebelumnya, digunakan: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun dengan demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, dan meskipun; (3) hubungan yang menyatakan menggunakan, perbandingan,: lain seperti, halnya, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, dan sebagaimana; (4) hubungan yang menyatakan akibat atau hasil, dengan kata transisi: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya; (5) hubungan yang menyatakan tujuan, dengan kata penghubung: untuk maksud itu, untuk maksud tersebut, dan supaya; (6) hubungan yang menyatakan singkatan, menggunakan: ringkasnya, pendeknya, pada umumnya, secara singkat, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, yaitu, sesungguhnya; (7) hubungan yang menyatakan waktu, misalnya: segera, sementara itu, beberapa saat kemudian, kemudian, sesudah itu,; (8) hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sana, di sini, di seberang, dekat, berdampingan, berdekatan,.

3. Perincian dan Urutan Pikiran
Bagaimana cara mengembangkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf, dan bagaimana menentukan hubungan antara pikiran utama dengan pikiran-pikiran penjelas, dilihat dari tahapan dan urutan perinciannya. Perincian ini dapat diurut secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (akibat-sebab, sebab-akibat, umum-khusus, khusus-umum), menurut proses, menurut urutan ruang, dan dapat juga dari sudut pandangan yang satu ke sudut pandangan yang lain.

Pengembangan Paragraf
Mengembangkan paragraf bukanlah proses permainan kata-kata. Tujuan utamanya adalah membuat sebuah topik menjadi sebuah diskusi yang menarik. Untuk itu memang diperlukan kata-kata yang tepat. Tapi prosesnya jangan sampai berubah menjadi permainan kata-kata, sehingga tujuan utama terkesampingkan. Di samping itu, mengembangkan paragraf juga bukanlah mengulang-ulang kalimat topik dengan cara menukar-nukar cara menyatakannya. Cara yang demikian hanya membosankan pembaca saja. Cara ini hanya menunjukkan kepada pembaca, bahwa penulis sendiri tidak menyadari apa yang dimaksudkan.

Mengembangkan paragraf adalah menerangi sisi-sisi gelap yang ada pada kalimat topik. Oleh sebab itu, hal-hal yang kurang jelas perlu dipaparkan sehingga apa yang kita maksud sepenuhnya dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mencapai hal tersebut, hindarilah motif memainkan kata-kata, jangan mengulang-ulang kalimat topik dan jangan biarkan pikiran melantur ke soal-soal lain, tetapi pusatkanlah perhatian pada kalimat topik yang sedang dihadapi.
Pada hakikatnya mengarang adalah mengembangkan paragraf demi paragraf. Tiap pengembangan paragraf memerlukan sebuah topik. Kebutuhan itu mutlak. Oleh sebab itu, dalam sebuah paragraf jangan sampai terdapat dua atau lebih kalimat topik. Bila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari satu kalimat topik, maka paragraf yang disusun tidak hemat. Sebaiknya kalimat topik yang kelebihan itu ditarik saja dan dikembangkan menjadi paragraf yang lain. 

Wednesday, March 01, 2017

Memahami Jenis-jenis Paragraf Dalam Sebuah Penulisan Teks

Jenis-jenis Paragraf
Sebagaimana yang telah dipahami bersama bawah berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis, yaitu:

1. Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi adalah  paragraf yang menggambarkan sebuah objek dengan tujuan supaya para pembaca merasa seolah-olah melihat dengan mata sendiri setiap objek yang digambarkan dalam teks tersebut. Jenis dari Paragraf ini menggambarkan sesuatu dengan menggunakan kata-kata secara jelas dan terperinci dalam teks. Yang digambarkan bisa tentang keindahan alam, keadaan jasmani, watak, atau perasaan seseorang. Melalui paragraf deskripsi, seorang pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan penulis atau membayangkan apa yang dilihat penulis. Oleh karena itu, paragraf deskripsi bisa disebut sebagai hasil observasi (pengamatan) melalui pancaindra yang disampaikan dengan kata-kata.
Memahami Jenis-jenis Paragraf Dalam Sebuah Penulisan Teks
Jenis-jenis Paragraf 

Dalam prakteknya, cara menulis paragraf deskripsi berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh fokus setiap manusia terhadap suatu peristiwa berbeda-beda. Misalnya pandangan seorang ahli sepak bola ketika melihat pertandingan sepak bola berbeda dengan pandangan orang awam. Setiap orang akan melakukan seleksi terhadap informasi yang diterimanya atau hasil observasi yang mereka peroleh dalam menyampaikan informasi melalui paragraf deskripsi tersebut.
Secara umum sebuah tulisan tersusun dalam komposisi sederhana, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Untuk memudahkan penentuan awal dan akhir tulisan, siswa dapat menggunakan struktur tulisan. Menurut Sadikin (2002:68) dalam paragraf deskripsi, siswa bisa mengembangkan struktur tulisan sebagai berikut.
a. Urutan waktu (kronologis)
Struktur tulisan ini melukiskan sebuah kejadian berdasarkan waktu. Misalnya, penulis menyajikan profil seorang penyanyi yang sukses. Ia memulai tulisannya dengan mengungkapkan masa remaja si penyanyi, lalu pertama mengenal dunia tarik suara sampai si penyanyi menjadi sukses.

b. Urutan ruang
Struktur tulisan ini melukiskan suatu tempat yang dimulai dengan kesan pertama yang ditangkap mata atau indra lainnya. Setelah itu, pengamatan berkembang pada hal-hal menarik yang tertangkap oleh pandangan selanjutnya.

c. Urutan keakraban
Struktur tulisan ini dimulai dengan melukiskan hal-hal yang akrab, sebelum mengemukakan hal-hal yang masih asing bagi pembaca.

2. Paragraf narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang bertujuan untuk menceritakan peristiwa atau kejadian tertentu sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian itu. Sadikin (2002:89) mengatakan bahwa dalam paragraf teks narasi terdapat kejadian ataupun peristiwa dalam urutan waktu tertentu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur tersebut berupa kejadian, tokoh, dan konflik dimana ketiga unsur itu juga merupakan unsur pokok sebuah paragraf teks narasi. Jika ketiga unsur bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, paragraf narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot.

Pola paragraf narasi secara sederhana adalah awal, tengah, dan akhir. Awal paragraf narasi biasanya berisi pengantar, yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Namun, bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca. Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik tidak hanya berupa benturan fisik (perkelahian, permusuhan, peperangan), tetapi juga bersifat nonfisik, seperti memilih antara pacar dan orang tua, memilih antara mengakui kesalahan atau memendamnya.

Setelah konflik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda kembali. Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, dan ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri. Terkadang pada akhir cerita muncul peristiwa yang dramatis hingga menimbulkan perasaan yang kuat sekali bagi pembacanya.

3. Paragraf persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang bersifat membujuk, mendorong, dan meyakinkan pembaca sehingga mereka mau mengikuti dan berbuat seperti kemauan penulis. Agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik, penulis harus mampu meyakinkan pembaca dengan menyajikan bukti-bukti yang kuat dan dapat dipertahankan kebenarannya. Oleh karena itu, bukti-bukti harus dilengkapi dengan fakta, data, denah, contoh, dan lain-lain yang sesuai dengan topik dan tujuan penulisan.
Rahardjo (2004:47) mengatakan langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis paragraf persuasi sebagai berikut:

a. Menentukan topik
Sebuah topik harus menarik perhatian penulis sendiri. Topik yang menarik perhatian penulis akan mendorongnya untuk terus berusaha mencari data-data demi kepentingan penulisan.

b. Menentukan tujuan
Setelah menentukan topik, masih ada hal penting lainnya yang perlu ditetapkan, yaitu apa maksud penulis menguraikan topik. Tahap ini disebut tahap menentukan tujuan.

c. Mengumpulkan bahan
Bahan atau data dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan, wawancara, menyebarkan angket, dan membaca sumber acuan yang erat hubungannya dengan topik.

d. Memilih bahan
Pemilihan bahan ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengembangan kerangka paragraf. Paragraf persuasi akan lebih tepat bila menggunakan susunan logis dengan urutan sebab akibat.

e. Membuat kerangka paragraf
Sebuah kerangka paragraf mengandung rincian seprti rencana kerja, memuat ketentuan-ketentuan pokok tentang bagaimana suatu topik harus diperinci dan dikembangkan. Secara singkat dapat dikatakan kerangka paragraf adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu paragraf yang akan digarap.

4. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bersifat memaparkan atau menjelaskan suatu masalah. Paragraf eksposisi menyajikan fakta atau gagasan yang disusun sebaik-baiknya sehingga mudah dipahami pembaca. Oleh karena itu, paragraf eksposisi harus disusun secara teratur, logis, dan lengkap.

Paragraf eksposisi sangat tepat digunakan untuk menyampaikan uraian ilmiah populer atau uraian ilmiah lainnya yang tidak bertujuan mempengaruhi pembacanya. Sebelum menyusun paragraf eksposisi, perlu mempersiapkan dan mengumpulkan data atau fakta yang diperlukan untuk menjelaskan masalah yang akan dibahas.
Menurut Sadikin (2002:65) paragraf eksposisi harus memenuhi hal-hal berikut (a) menjelaskan pendapat, gagasan, dan keyakinan; (b) memerlukan fakta yang diperkuat atau diperjelas dengan angka, peta, statistik, grafik, organigram, dan gambar; (c) memerlukan analisis dan sintesis pada waktu pengupasan;          (d) menggali sumber ide dari pengalaman, pengamatan, penelitian, sikap, dan keyakinan.

5. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Tujuannya, untuk mempengaruhi orang lain (para pembaca) sehingga mereka membenarkan pendapat, sikap, dan keyakinan penulis. Dengan menggunakan paragraf argumentasi, seseorang bisa mempengaruhi serta mengubah pendapat orang lain agar menerima pendapatnya. Pendapat itu tentu saja harus logis dan dapat diterima semua orang.                                                                                                           
Berdasarkan letak gagasan utamanya, paragraf terbagi ke dalam beberapa jenis, yakni sebagai berikut:

1. Paragraf deduktif adalah paragraf yang letak gagasan utamanya terletak di awal paragraf.

2. Paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di akhir paragraf.

3. Paragraf campuran adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak pada kalimat pertama dan kalimat terakhir.

Setelah kita menentukan jenis paragraf yang kita buat, kita harus mampu membuat susunan kalimat yang efektif. Adapun susunan kalimatnya sebagai berikut:

a) paragraf pendahuluan/pembuka, yaitu berisi kalimat utama atau pokok gagasan yang akan disampaikan dalam  paragraf tersebut. Kalimat utama terletak di beberapa tempat dalam paragraf diantaranya, di awal paragraf, di tengah paragraf, di akhir paragraf, dan di awal dan di akhir paragraf
Adapun teknik-teknik dalam menyusun suatu paragraf pembuka adalah:
  1. Memulai paragraf dengan anekdot(cerita yang menarik) yang terkait dengan topik/gagasan utama
  2. Memberi ulasan preview atas beberapa temuan dari orang-orang terdahulu
  3. Memulai dengan pernyataan umum adan akrab dengan pembaca
  4. Menyatakan subtopik atau rencana penulisan

b) Paragraf berisi beberapa kalimat-kalimat penjelas untuk menjelaskan pokok/gagasan utama  paragraf serta untuk memudahkan pembaca memahami inti/gagasan utama dalam  paragraf tersebut. Di sini pengembangan paragraf sangatlah diperlukan. Ada beberapa teknik untuk menyusun paragraf isi yaitu: (1) memberikan kutipan data, fakta, statistik dan bukti; (2) meringkas/mengutip mengatakan sendiri kesaksian orang lain sehubungan dengan apa yang dibicarakan; (3) memberikan perumpamaan; (4) mendefisikan istilah; (5) membandingkan dan mempertentangkan yang sedang di bicarakan dengan hal lain; (6) melukiskan fisik, watak, orang, tempat, barang atau tindakan yang sedang dibicarakan.

c) paragraf penutup merupakan sebuah kalimat untuk menutup suatu paragraf dimana di sini terdapat beberapa kata-kata transisi yang lazim digunakan seperti akhirnya, jadi, dapat disimpulkan, demikianlah, oleh karena itu, dan lain-lain. Dalam membuat paragraf penutup terdapat teknik-teknik yaitu:
  1. Meringkas hal-hal penting yang telah dibicarakan dalam paragraf isi
  2. Menyatakan kembali dengan kata-kata lain gagasan pokok seluruh wacana
  3. Menambah komentar terhadap topik
  4. Memberikan kesimpulan dengan tegas dan efektif mengenai isi wacana agar pembaca mudah mengingatnya
  5. Menyatakan solusi


Keterampilan Menulis Paragraf Dalam Sebuah Tulisan

Keterampilan Menulis Paragraf Dalam Sebuah TulisanDalam menyajikan materi pembelajaran guru harus berpedoman pada kurikulum. Guru seharusnya terlebih dahulu mempersiapkan bahan yang akan diajarkan kepada siswa dengan membuat rincian minggu efektif, program tahunan (prota), program semester (prosem), silabus, penetapan kriteria ketuntasan minimal, dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk SMP.
Keterampilan Menulis Paragraf Dalam Sebuah Tulisan
Ketrampilan Menulis Paragraf
Pembelajaran menulis paragraf berorientasi pada struktur kalimat topik dalam sebuah paragraf, cara menyusun sebuah paragraf, teknik pengembangan paragraf, cara merancang pengembangan paragraf, dan cara menghubungkan kalimat dalam paragraf. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP terdapat kompetensi dasar (butir) pembelajaran menulis paragraf  dari kelas VII, kelas VIII, dan kelas XI sebagai berikut.
Materi-materi pembelajaran keterampilan menulis paragraf di SMP meliputi pembelajaran jenis-jenis paragraf dan pola pengembangan paragraf. Keseluruhan materi pembelajaran keterampilan menulis paragraf di SMP dari kelas VII sampai kelas VIII cenderung berkesinambungan, bahkan ada materi yang diulang pada kelas berikutnya.
Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan satuan bahasa tulis yang terdiri atas beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, lengkap, utuh dan terpadu. Lalu bagaimanakah membuat paragraf yang baik? Membuat suatu paragraf yang baik tidaklah semudah yang kita bayangkan karena paragraf yang baik memiliki aturan-aturan tertentu. Seperti yang kita ketahui paragraf terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan satu pikiran utama atau gagasan pokok sebagai intinya. Oleh karena itu, sebelum kita menulis suatu paragraf, hendaknya kita memikirkan sebuah gagasan utama terlebih dahulu. Sebuah gagasan utama menentukan jenis paragraf yang kita buat. 

Pada hakikatnya sebuah paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan sebuah topik. Paragraf bukanlah suatu pembagian dari suatu bab yang terdiri dari kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat saja. 
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat yang tedapat dalam paragraf tersebut; yang diawali dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, hingga diakhiri oleh kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. 

Disamping itu, Paragraf dapat juga disebutkan sebagai sebuah karangan yang sangat pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan dimulai dan berakhir. Kita akan kesulitan membaca tulisan atau buku, jika buku tersebut tidak memiliki paragraf, karena kita seolah-olah dipaksakan untuk terus membaca secara terus menerus hingga selesai. Kita juga mengalami kesulitan untuk memusatkan pikiran dari satu gagasan ke gagasan lainnya. Dengan adanya paragraf, kita sebagai pembaca  dapat berhenti sebentar untuk dapat memusatkan pikiran terhadap gagasan yang terkandung dalam paragraf tersebut.

Paragraf tidak lain dari suatu kesatuan pikiran yang dihimpun melalui kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Sebuah pikiran atau gagasan dalam sebuah paragraf dinyatakan dalam sebuah topik. Apa yang diperbincangkan dalam sebuah paragraf disebut topik paragraf. Topik paragraf adalah pikiran utama dalam sebuah paragraf. Semua pembicaraan dalam paragraf terpusat pada pikiran utama.

Struktur Paragraf
Kita tahu bahwa, Paragraf berfungsi untuk memudahkan para pembaca untuk mengikuti alu/jalan pikiran penulis. Prinsipnya dasar sebagai cara membuat paragraf adalah dengan menyusun kerangka penulisan sedetil-detilnya supaya lebih  memudahkan penulis memberikan penjelasan dan untuk menghindarkan terjadinya penjelasan yang berulang-ulang. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan pemahaman tentang struktur penulisan paragraf yang baik, yaitu sebagai berikut:

1. Kalimat Topik
Disebut kalimat topik, sebab di dalam kalimat topik itulah pengarang meletakkan topik yang dibicarakannya. Seorang pengarang biasanya meletakkan inti maksudnya pada sebuah kalimat topik. Oleh karena topik paragraf  juga merupakan pikiran utama dalam penulisan sebuah paragraf, maka kalimat topik harus menjadi kalimat utama dalam paragraf karena tiap paragraf hanya mempunyai sebuah topik, maka jelaslah setiap paragraf tentu hanya mempunyai sebuah kalimat topik saja.

Fungsi kalimat topik dalam sebuah paragraf penting sekali. Pertama, sebuah kalimat topik memberitahukan kepada pembaca apa yang diprbincangkan di dalam paragraf itu. Sebab, inti pikiran yang dibicarakan dalam sebuah paragraf terdapat dalam kalimat topiknya. Kedua, bagi penulis sendiri kalimat topik berperan sebagai pengontrol terhadap apa yang mau diuraikan dalam paragraf itu. 
Sebuah kalimat topik berfungsi sebagai pemberi arah terhadap semua pembicaraan yang dituliskan dalam paragraf itu. Selain itu,sebuah kalimat topik penting pula artinya bagi paragraf itu sendiri.ia berfungsi sebagai sandaran kalimat-kalimat lainnya dalam paragraf itu. Dapat dibayangkan kalau sebuah paragraf tanpa kalimat topik maka apa yang dibicarakan dalam paragraf itu adalah pembicaraan yang tidak berpangkal.

Jelas bahwa tiap paragraf  punya sebuah kalimat topik. Tanpa kalimat topik, sebuah paragraf tak ada artinya sama sekali.dan menyatakan sesuatu pikiran.ide atau gagasan tanpa kalimat topik akan merupakan suatu uraian yang berkepanjangan,yang tak tentu ujung pangkalnya.atau sebuah paragraf yang tidak mempunyai akan merupakan pernyataanyang kering dan karenanya sukar meyakinkan pembaca karena maksud yang disampaikan kurang efektif.

Kebanyakan penulis meletakkan kalimat topiknya pada atau dekat bagian permulaan sebuah paragraf. Ini erat hubungannya dengan fungsi kalimat topik itu sendiri. Dengan meletakkan kalimat topik pada atau dekat bagian permulaan, dengan sendirinya para pembaca cepat bersua dengan pikiran utama yang ada disana.sebab, pembaca pembaca telah disiapkan terlebih dahulu mengenai apa yang akan mereka baca dalam keseluruhan sebuah paragraf itu. Dengan kata lain, kalimat topik yang diletakkan pada atau dekat bagian permulaan paragraf  akan membimbing  pembaca dalam menelusuri uraian-uraian yang ada dalam paragraf tersebut
Dilihat dari kepentingan penulis meletakkan kalimat topik pada atau dekat bagian permulaan juga penting artinya.ia akan sangat menolong penulisnya .kalimat tersebut dapat memberikan tuntunan sehingga lebih mudahi menyelesaikan keseluruhan paragraf itu. Kalimat topiknya itu dapat dijadikan basis atau seperti tempat bertumpu yang dapat membantu penulisan selanjutnya. Kalimat topik selain diletakkan pada bagian atau dekat permulaan sebuah paragraf juga dapat diletakkan pada bagian tengah atau akhir sebuah paragraf.

Penulis yang berpengalaman tahu betapa pentingnya fungsi serta peranan kalimat topik. Mereka tahu menghasilkan kalimat-kalimat topik yang dapat memenuhi fungsinya. Kalimat topik yang demikian disebut kalimat topik yang ideal.
Kalimat topik yang ideal adalah kalimat topik yang jelas maksudnya. Kalimat tersebut mudah dipahami. Biasanya yang mudah dipahami itu adalah sebuah kalimat sederhana, ringkas, tidak berbelit-belit. Sebaliknya kalimat topik yang terdiri atas kalimat luas bukan saja menyukarkan pembaca, tetapi juga sukar diselesaikan menjadi sebuah paragraf penuh.

2. Kalimat Penjelas
Sebuah paragraf dibangun berdasarkan sebuah kalimat topik dan beberapa buah kalimat penjelas. Kalimat penjelas adalah adalah semua kalimat yang berfungsi untuk menjelaskan kalimat topik. Kalimat-kalimat itulah yang membuat paragraf itu benar-benar “bicara” kepada pembaca tentang ide atau gagasan yang disampaikan penulis atau pembicara dalam paragraf tersebut. Sesuai dengan namanya sebagai kalimat penjelas, maka apa yang dimaksud oleh kalimat topik dijelaskan dengan kalimat-kalimat penjelas itu. Pembaca dituntunnya untuk dapat sepenuhnya memahami maksud kalimat topik. Dengan tampilnya kalimat-kalimat penjelas dalam sebuah paragraf, diharapkan paragraf itu menjadi suatu pembicaraan yang meyakinkan.
Semua kalimat penjelas hendaknya bertalian rapat dengan topik paragraf itu. Kalimat penjelas yang tidak terkait dengan kalimat topik akan merusak struktur paragraf itu. Kalimat itu akan mengganggu konsentrasi pembaca waktu membacanya. Oleh sebab itu, semua kalimat yang tidak berkaitan rapat dengan topik itu sebaiknya disingkirkan saja