Pondok Belajar

Saturday, February 18, 2017

Cara Mengetahui Ciri Penyakit Ginjal dan Penanggulannya

Cara Mengetahui ciri penyakit ginjal dan cara penanggulannyaSebagaimana yang telah kita ketahui bersama, Ginjal adalah dua buah organ dalam tubuh yang berbentuk menyerupai  kacang merah yang tepa terletak pada kedua sisi tubuh bagian pinggang belakang atas, tepatnya di bawah tulang rusuk manusia. Ukuran Ginjal orang dewasa pada umumnya sebesar kepalan tangan orang dewasa. Dan fungsi dari ogan ini adalah untuk: 
Menyaring ampas dari proses metabolisme tubuh, hasil sampingan, dan semua cairan yang berlebih dari dalam darah.
Untuk Menjaga keseimbangan kadar garam dan kadar mineral di dalam tubuh kita.
Untuk Menghasilkan renin, yaitu enzim yang berperan untuk membantu mengatur tekanan darah.
Untuk Menghasilkan senyawa aktif yang terdapat dalam vitamin D yang berfungsi untuk menjaga kesehatan tulang.
Untuk Menghasilkan senyawa eritropoetin yang berfungsi untuk menstimulasi produksi sel-sel darah merah.
Untuk Mengatur kadar senyawa kimia di dalam tubuh kita yang mana pada akhirnya untuk membantu jantung dan otot-otot agar bisa berfungsi secara baik.

Cara Mengetahui Ciri Penyakit Ginjal dan Penanggulannya
Ciri Penyakit Ginjal dan Penanggulannya


Ketika anda mengalami mengalami gangguan pada ginjal ataupun mengalami kerusakan, maka akibatnya sisa-sisa metabolisme tubuh dan cairan berlebih dapat tertimbun di dalam tubuh yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan pada bagian pergelangan kaki, muntah-muntah, lemas dan lesu, mengalami gangguan pernafasan (sesak napas), dan sulit tidur. Para pakar kesehatan umumnya menyatakan jika Penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya, dimana jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka dapat menyebabkan ginjal kita bisa berhenti berfungsi sama sekali (gagal ginjal). Dan Jika kondisi ini terjadi, akibatnya sangat fatal karena dapat menyebabkan kematian bagi penderita tersebut.  
Infeksi Ginjal
Infeksi ginjal ini disebabkan oleh bakteri yang berpindah dari kandung kemih yang mengalami komplikasi infeksi kedalam salah satu ataupun kedua ginjal kita, dimanan kondisi ini dapat menyebababkan timbulnya rasa sakit pada ginjal kita. 

Gejala gejala yang muncul akibat dari infeksi ginjal tersebut terjadi dengan begitu cepat setelah bakteri mencapai ginjal, gejala tersebut antara lain: 
Sering buang air kecil dan agak terasa sakit.
Kencing berbau tidak seperti biasanya.
Megalami rasa sakt pada Perut bagian samping atau pada bagian punggung.
Mual dan muntah.
Demam.
Kurangnya nafsu makan.
Mengalami Diare.
Diagnosis awal terhadap infeksi ginjal ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan disertai dengan hasil tes urine di lab. Disini Dokter akan menanyakan gejala gejala yang dialami, dfatar riwayat kesehatan Anda, dan pemeriksaan fisik (baik suhu tubuh ataupun tekanan darah). Tujuan dari test urine dilakukan adalah untuk memastikan apakah kita menderita infeksi saluran kemih atau tidak. Dari kesemuanya pemeriksaan tersebut, dokter akan dapat menyimpulkan hasil dari diagnosisnya.
Salat satu cara elternative secara alami yang bisa dilakukan untuk mengobati infeksui ginjal adalah Dengan mengonsumsi banyak cairan, dimana ciran ini akan dapat membantu tubuh kita untuk membuang bakteri dari dalam ginjal disamping juga berfungsi untuk menghindari terjadinya dehidrasi. Disamping itu juga di anjurkan untuk mengosongkan kandung kemih pada saat Anda buang air kecil. Kemudian jagan lupa untuk beritirahat secukupnya minimal selamam dua ataupun tiga minggu sebelum anda dapat beraktifitas seperti biasa. 

Penyakit Ginjal Akut
Penyakit ginjal akut adalah dimanan kondisi ginjal kita yang secara tiba-tiba berhenti berfungsi seperti biasa. Pada konsisi ginjal akut, pasien harus segera mendapatkan penagangan medis, karena jika kondisi ini tidak segera ditangani akan dapat mengakibatkan terjadinya penumpukan jumlah kadar garam dan unsur kimia yang abnormal di dalam tubuh. Disamping itu Keadaan ini juga dapat menyebabkan organ tubuh lain terpengaruh dan tidak bisa bekerja secara baik. di bawah ini akan disajikan gejala yang umum yang muncul akibat dari penyakit ginjal akut: 

Sedikit mengeluarkan air kemih.
Ini merupakan salah satu ciri utama sakit ginjal akut. Selain mengeluarkan urin dalam jumlah yang sedikit, sakit ginjal akut ini dapat juga membuat air urin menjadi keruh, bahkan kelihatan berwarna kemerahan seperti warna darah. Bila ciri-ciri sakit ginjal ini terjadi dan dibarengi dengan kemungkinan dehidrasi, segera bawa penderita ke dokter atau rumah sakit terdekat.

Perasaan mengantuk atau melamun.
Hal ini merupakan ciri-ciri ginjal bermasalah yang umum terjadi. Biasanya penderita akan menjadi agak kurang respon apabila dipanggil atau diajak untuk bicara, dan mereka menjadi lebih sering untuk melamun. Penyebab Kehilangan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, terutama terjadinya penumpukan racun yang berlebihan dan tidak dapat dibuang ke urin sehingga menyebabkan infeksi yang biasa menyebabkan penyakit ginjal.

Bengkak pada kaki dan tungkai
Kaki dan bagian mata kaki akan membesar karena adanya penumpukan cairan yang berlebih. Selain itu, pada penderita sakit ginjal, kandungan kadar protein dalam darah akan berkurang yang memicul kaki menjadi bengkak.

Sesak nafas
Meski umunya gejala sesak nafas lebih dihubungkan dengan penyakit paru dan jantung, namun ternyata sesak nafas pun bisa juga disebabkan oleh sakit ginjal. Sesak nafas umumnya terjadi secara mendadak dan terjadi pada orang yang biasanya tidak mempunyai riwayat penyakit sesak sebelumnya.

Diare, mual dan muntah
Gejalan Ini sebenarnya bukanlah salah satu ciri sakit ginjal akut. Namun bila Anda menemui gejala seperti berkurangnya air urin dan diikuti dengan gejala diare serta muntah-muntah, Anda harus curiga akan kemungkinan terjadinya penyakit ginjal akut. Diare dan muntah hebat seringkali menjadi penyebab utama sakit ginjal akut karena banyaknya cairan yang dikeluarkan ketika kita BAB atau muntah.

Gagal Ginjal Kronis
Penyakit Gagal ginjal kronis atau lebih dikenal dengan chronic kidney disease (CKD) adalah jenis penyakit ginjal dimana terjadinya penurunan fungsi ginjal secara bertahap dan bersifat permanen (tetap). Adapun gejala dari gagal ginjal kronis ini sendiri cukup umum, seperti sesak napas, mual-mual, dan rasa lelah (kelelahan). Hal ini mungkin yang mengakibatkan kebanyakan orang tidak menyadari klaua mereka sedang mengalami kondisi ini hingga mencapai tahapan stadium lanjutan.

Jika anda mengalami hal di atas, ada baiknya Anda disarankan untuk melakukan pemeriksaan urine dan darah secara berkala (teratur) jika merasa termasuk kelompok orang yang berisiko mengalami gagal ginjal kronis tersebut, seperti: 
Penderita tekanan darah tinggi.
Penderita diabetes.
Orang yang memiliki riwayat pengidap gagal ginjal kronis.

Adapun hal-hal yang menyebebkan erjadinya gagal ginjal kronis lainnya adalah: 
Terjadinya Inflamasi pada ginjal.
Terjadinya Infeksi pada ginjal.
Terjadinya Gangguan ginjal polikistik.
Terjadinya Penyumbatan yang disebabkan oleh batu ginjal atau gangguan prostat.
Terjadinya Kegagalan pertumbuhan ginjal pada janin saat masih dalam kandungan.
Terjadinya Lupus eritematosus sistemik.

Adapun tujuan Pengobatan yang dilakukan pada pasien gagal ginjal kronis adalah untuk mengurangi gejala, memperlambat dan untuk menghentikan terjadinya perkembangan penyakit, serta untuk mencegah terjadinya hal lain yang lebih serius. Untuk asumsi awal sampai dengan saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan gagal ginjal kronis secara total. Namun perlu dipahami bahwa pada sebagian orang, gagal ginjal kronis bisa menyebabkan berhentinya fungsi ginjal hampir secara keseluruhan dan melah dapat menyebabkan kematian, kondisi ini pada saat sekrang jenis penyakit ginjal ini lebih dikenanl dengan istilah gagal ginjal stadium akhir (established renal failure/ERF). Satu-satunya pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan cuci darah secara teratur untuk membantu pasien bertahan hidup.

Berikut ini beberapa langkah untuk mencegah terjadinya gagal ginjal kronis: 
Makan sehat dan teratur.
Tidak Merokok dan minuman keras.
Melakukan aktifitas olahraga secara teratur.
Tidak memngkonsumsi obat-obatan secara tidak sembarangan.
Menghindari dan menangani penyakit diabetes dengan benar.

Friday, February 17, 2017

Mendikbud akan Segera Keluarkan Aturan Wajib Mengajar 8 jam bagi Guru

Mendikbud segera keluarkan aturan guru wajib mengajar hanya 8 jam
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Muhadjir Effendy akan segera mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) tentang beban guru mengajar hanya berjumlah 8 jam. Kita tahu bersama jika Sebelumnya, kewajiban seorang guru harus mengajar sebanyak 24 jam mata pelajaran (tatap muka)  selama seminggu, perubahan ini dikarenakan jumlah jam mengajar 24 jam perminggu dinilai sangat memberatkan pendidik.
Mendikbud akan Segera Keluarkan Aturan Wajib Mengajar 8 jam bagi Guru
Aturan Wajib Mengajar 8 jam bagi Guru

‘Akan saya bikin Peraturan Menteri yang begitu, jumlah jam mengajar guru hanya 8 jam,’ kata Menteri Pendidikan Muhadjir Effendi di hadapan ratusan tenaga pendidik saat membuka Acara Rakor dan penandatanganan MoU sistem penjaminan mutu pendidikan Sulsel, di aula gedung LPMP, Makassar, Rabu, (16/11).
Menurut Menteri Pnedidikan Muhadjir Effendy, ada anggapan bahwa lain pimpinan, lain kebijakannya yang di buat. Dia tak menhendaki hal yang demikian. Dia sendiri mengakui jika Dirinya tidak akan memberlakukan kebijakan baru tapi hanya ingin meluruskan kebijakan lama yang mungkin masih ada distorsi atau ketimpangan.

ya sebagai salah salah satu contohnya itu itu tadi, kata Muhadjir, mengenai jumlah total jam wajib mengajar harus 24 jam bagi sorang pendidik. Karena kewajiban 24 jam tersebut, seorang guru yang tidak mendaptkan jam yang mencukupi disekolahnya terpaksa harus banyak meninggalkan sekolah karena harus mengajar di sekolah lain demi untuk memenuhi kewajiban total jam mengajar dengan jumlah 24 jam tersebut.

"Akhirnya sekolah tempatnya mengajar menjadi kosong, hanya diisi oleh guru honorer. Lha guru honorer iri, karena gaji rendah, tapi diberikan tugas yang berat dan pad akhirnya juga akan meninggalkan sekolah itu," kata Muhadjir Effendy.

Masih pada kesempatan yang sama, menteri pendidikan juga menambahkan akan mengeluarkan aturan, dimana guru juga diliburkan seperti pegawai administrasi lainnya agar mereka bisa berakhir pekan dua hari yaitu hari Sabtu dan hari Minggu bersama keluarganya.

‘Nantinya hari Sabtu, tidak ada jam pelajaran. Siswa dan gurunya akan diliburkan. Sabtu itu adalah harinya guru untuk kumpul bersama keluarga, keluar tamasya. Kalaupun mau ke sekolah, tapi bukan untuk mengajar,’ kata Mendikbud.

Ini bukan hanya perlu bagi guru, tetapi juga bagi para anak didik atau siswa. Menurut Muhajir, banyak para orang tua yang libur dari pekerjaannya pada setiap hari Sabtu tapi mereka tetap tidak bisa keluar untuk berakhir pekan karena anak-anaknya harus masuk sekolah. Jadi jika Sabtu diliburkan, guru dan siswanya bisa keluar bertamasya bersama keluarganya. 

Pada akhir kata sambutannya pada acara pembukaan tersebut, Menteri Pendidikan Muhadjir Effendi juga sempat menyinggung mengenai tugas kepala sekolah, Menurutnya kepala sekolah tidak lagi dibebankan tugas untuk mengajar jam pelajaran disekolah.

‘tugas Kepala sekolah itu adalah manager. Tugasnya adalah untuk memperhatikan managerial sekolahnya, memikirkan bagaimana proses pendidikan dapat berlangsung dengan baik. Tidak harus lagi dibebankan untuk jadwal mengajar dikelas," jelasnya

jadi semuanya sudah jelas jika kepala sekolah kedepan tidak ada jam wajib mengajar lagi, dan guru tidak mesti harus keluar dari sekolah menuju kesekolah lain untuk mengejar jumlah jam ngajar 24 jam seminggu. sekarang pertanyaan apakah ini semua akan berlaku dalam waktu segera, mengingat banyak sekali para guru sebagai tenaga pendidik yang harus kejar jam tanyang untukmengajar disekolah lain untuk memenuhi jam wajib sebanyak 24 jam seminggu sebagai syarat untuk memperoleh dana tunjangan sertifikasi pendidik.  semoga aja ini semua bisa terealisasi dalam waktu cepat, belum lagi status Intruktur nasional yang belum ada titik jelasnya mengenai pengakuan jam tugas tmabhanan sebanyak 12 jam.

Mengenali Gejala Awal Penyakit Jantung


Mengenali Gejala Awal Penyakit Jantung. Penyakit jantung pada walnya disebabkan oleh karena adanya sel-sel jantung yang mati, dimana kejadian ini dapat mengakibatkan terjadinya jumlah pasokan darah ke jantung terhenti dengan sendirinya ataupun dapat juga mengakibatkan terjadinya penyumbatan darah yang dipasok ke jantung. Sudah banyak dikehui dari berbagai media dan keterangan para pakar kesehatan jika penyakit jantung merupakan salah satu penyakit dalam urutan pertama yang menyebakan kematian paling tinggi di dunia, disamping juga di ikuti oleh penyakit lainya seperti stroke. Penyakit jantung ini masih tetap menududuki urutan pertama yang sangat mematikan sampai dengan dewasa ini. 
Mengenali Gejala Awal Penyakit Jantung
Mengenali Gejala Awal Penyakit Jantung

Penyebab Utama Penyakit Jantung

Dari bebrbagai informasi yang dikemukakan, secara umum hal yang menyebabkan penyakit jantung sangat dipengaruhi oleh pola hidup yang tidak sehat dari seperti merokok, dan mengkunsumsi makanan yang kurang mengandung serat dan banyak mengandung kalestrol. Untuk lebih jelasnya dibawah ini saya sajikan sedikit ulasan mengenai hal-hal yang memicu terjadinya serangan jantung:

a. Merokok
Seorang perokok aktif, baik secara sadar/paham ataupunpun tidak paham, telah menyebabkan masuknya karbon monoksida dan kandungan nikotin kedalam tubuh mereka melalui perantaraan asap rokok yang mereka hisab. Kesemuaan kandungan yang dikondung oleh rokok sealin nikotin dan karbon dioksida tersebut dapat mengakibatkan terjadinya pemicuan timbulnya pembekuan darah didalam tubuh. Terjadinya pembekuan darah dalam tubuh menyebabkan terjadinya pemicuan kerja jantung menjadi lebih ekstra karena beban dari darah beku tersebut. Dalam kondisi seperti inilah seseorang dapat mengalami serangan jantung. Disamping itu, semua kandungan senyawa kimia lainnya yang terkandung dalam asap rokok dapat mengakibatkan dinding arteri jantung menjadi rusak yang pada ujungnya dapat  memicu terjadinya penyempitan. 

b. Perilaku Hidup Tidak Sehat
Prilaku ataoun Gaya hidup di sini dimaksudkan dengan pola makan dan meliputi aktifitas fisik lainnya. Kebiasaan atapun gaya hidup yang tidak sehat sebaiknya harus anda hindari ini semua dimaksdukan supaya kita bisa tercegah dari berbegai penyakit yang fatal seperti jantung, gula darah dan lain sebagainya. Keuntungan yang kita peroleh dari menjaga pola jidup sehat terutama yang berkaitan dengan pola makan akan memberikan berbagai manfaat yang berguna baigi kita sendiri, sebaiknta kita juga harus mebiasakan melakukan aktifikatas-aktifitas ohisisk yang berguna untuk menjaga kebugaran tubuh dan membuat tubuh kita sekin sehat dan tetap fit setiap hari. 

c. Kelebihan Kadar Kolestrol dalam Tubuh
Sebagain oarng sudah memahami jika lemak ada dua yaiti lek jenuh dan lemak tidak jenuh. Kandunga lemak yang tidak jenuh ini dapat mengakibatkan tibulnya kalestrol Kolesterol jahat (LDL). Dimana jika kandungan kalestrol jahat ini berlenihan dalam tubuh kita akan mengakitakankan tibulnya penyakit jantung. Kalestrol jahat ini sangat mudah menempel pada dinding pembuluh darah yang menegakibatkan timbulnya plak. Jumlah kandungan LDL yang normal dalah darah kita harus paling normal berada pada posisi 100 mg/dl . jadi untuk menhindarai penyakita jantung kita sebaiknya jarus mengenali jenis-jenis makanan yang mengandung jumlah kalestrol yang tinggi, seperti lobster, ikan karang, kerupuk melinjo dan lain sebaginya. 

d. Hipertensi
Hipertensi adalah dimana kondisi seseorang mengalami kenikana temanan darah melebihi dari ambang normal. Ketika seseorang mengalami hipertensi dengan kata lain tekanan darah tinggi maka orang tersebut akan mengalami imbas pada kesehatan jantungnya. Hal ini disebakan oleg karena dengan terjadinya tekanan darah tinggi akan memicu kerja jantung mereka lebih berat dari biasanya.

e. Diabetes
Penyakit gula darah atapun secara medis disebut diabetse dpat beresiko lebih banyak terkena penyakit jantung. Ini disebabkan karena terjadinta penebalan pada dinding0dinding pembuluh darah yang mengakibatkan aliran darah sedikit terhambat ataupun melemah.

f. Obesitas
Waspadai obesitas, karena obesistas dapat mengakibatkan berbagai penyakit yang beriko kematian. Obesitas dengan kata lain kelebihan berat badan sangat mudah terkenan serangan penyakit jantung. Orang-orang yang mengalami obesitas memiliki potensi yang besar untuk mengidap tekanan darah tinggi, kelebihan kolesterol, disamping juga dapat beresiko terkena penyakit diabetes. Secara fisik, kerja jantung juga membutuhkan bobot lebih dibanding untuk tubuh ideal.

g. Faktor Usia
Faktor Usia juga penentu untuk mudah terserang berbagai penyakit, karena seiring dengan bertanbahnya umur maka menyebakab kinerja berbagai oragan tubuh semangkin kurang optimal. Masa tua adalah masa yang sangat rentan untuk terkenan penyakit jantung dan diabetes. Maka sebainya diwaktu memasuki usia tua anda harus lenih ektra menjaga pole hidup sehat baik dari pola konsumsi makanan ataupun melakukan aktifitas phisisk supaya tubuh tetap shat dan bugar.  

h. Faktor Keluarga
Banyak pakar kesehatan mengungkakpakan jika faktor keturunanan ataupun faktir seseorang juga memiliki pengaruh yang sangat bersar terjena penyakit jantuing. Dan risiko ini lebih besar dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung. 

Ciri-ciri gejala awal penyakit jantung

Diatas telah dikemukanan jika penyakit jatung diakibatkan karena sel jantung yang mati dan juga karena terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Untuk katagori terjadinya penyumbatan sendiri dikelompokkan dalam 2 katagori yakni,

Penyumbatan pembuluh koroner besar, biasanya penyubatan ini terjadi terjadi hanya dalam waktu sementara saja dimanan ini disertai dengan rasa sakit yang amat sangat pada bagian dada..

Penyumbatan pembuluh koroner kecil, penyumbatan ini diakibatkan oleh kadar kolesterol yang ada dalam tubuh, atau bisa juga diakibatkan oleh karena pengaruh penyakit diabetes dan dampaknya dari hal tersebut adalah akan membuat pembuluh darah menjadi kaku.

Pola Gaya hidup masayarakat modern dewasa ini kebanyakan sangat dipengaruhi oleh pola makanan yang tidak sehat, kebiasaan malas berolahraga, bergadang (kurang istirahat), dan merokok turut memberi andil yang sangat besar dalam peningkatan pengidap penyakit jantung.umunya Penyakit jantung ini lebih sering diderita oleh kaum pria namun ini tidak menutup kemungkinan juga bagi kaum wanita. 

Untuk mendapatkan gambaran lebih jauh, Secara umum Ciri-Ciri penyakit jantung ini memiliki gejala-gejala awal seperti berikut ini :

1) Terjadinya Nyeri pada dada, Ini dikarenakan otot dan jantung tidak/kurang mendapatkan pasokan oksigen dan darah yang cukup dan membuat jantung tersebut menjadi nyeri. Biasanya disertai dengan rasa seperti jantung diremas-remas dan rasa sakit.

2) Tubuh berkeringat secara berlebihan, Mengeluarkan keringat padahal anda tidak sedang melakukan aktifitas tertentu, ini perlu diwaspadai, umumnya area telapak tangan yang sering keluar keringat

3) Lelah berlebihan, merasa lelah yang berlebihan juga bisa menjadi indikasi awal dari penyakit jantung padahal anda sedang tidak melakukan aktifitas fisik yang berat apapun.

4) Mengalami Sesak nafas, karena kontraksi otot jantung yang tidak normal bisa berdampak ke paru-paru sehingga akan menyebabkan anda sesak nafas.

5) Jantung berdebar-debar, jantung yang berdebar kencang tanpa sebab rasanya seperti habis melakukan lari juga bisa disebabkan karena gejala awal penyakit jantung.

6) Sering Cemas, orang yang dihinggapi rasa cemas biasanya memikirkan kondisi tubuhnya tentang penyakit tersebut ada baiknya anda menenangkan diri karena rasa cemas justru akan menganggu jantung anda.

7) Megalami Sakit kepala, sakit kepala pada gejala awal penyakit jantung bisanya sangat menyakitkan ini terjadi karena aliran darah ke otak terganggu dan tidak normal.

8) Berkurangnya Nafsu makan, Salah satu indikasi dari penyakit jantung adalah penderitanya memiliki nafsu makan yang menurun drastis dan biasanya juga disertai mual dan muntah-muntah.

9) Sebagian anggota tubuh membengkak, jika terdapat salah satu bagian tubuh membengkak tanpa sebab anda wajib berhati-hati segera lakukanlah antisipasi.

10) Terasa Sakit dibagian anggota tubuh, ini disebabkan oleh aliran darah yang tersumbat kebagian tubuh tersebut dan mengakibatkan sakit.


Thursday, February 09, 2017

Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Inovasi Pendidikan.

Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Inovasi Pendidikaninovasi kurikulum Pendidikan adalah perubahan yang terjadi dibidang pendikan baik melalui intervensi ataupun dengan kesadaran akan perubahan itu sendiri, yang mencakupi tiga aspek dari kurikulum yaitu pendekatan, materi dan nilai. Sebagaimanan kita ketahui bahwa perubahan sebuah kurikulum pendidikan yang dipengaruhi oleh aspek inovasi berhubungan tidak hanya dengan cara orang berperilaku, tetapi juga berhubungan dengan cara mereka berpikir dalam menangani/menjawab berbagai isu-isu tertentu, perubahan tersebut tidak akan selalu bersifat kuantitatif, tetapi juga bisa bersifat kualitatif (Kennedy, 1988). Manajemen pengembangan kurikulum pendidikan membutuhkan keterampilan dalam mengatur dan mengorganisasi sumber materi, keahlian dalam manajemen perubahan kurikulum.
Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Inovasi
Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Inovasi

Para peneliti inovasi kurikulum umumnya sepakat bahwa perencanaan yang efektif sangat penting jika upaya implementasi dari inoovasi kurikulum tersebut dapat berjalan dengan sukses. Semua aspek perencanaan yang dibahas dalam perencanaan inovasi kurikulum harus berorientasi ke masa depan dan kesemuanyya tersebut meski terencana dengan rapi  (Michaletz, (1985 sebagai referensi dalam Henrichsen, 1989). Membuat perubahan dari sistem pendidikan tersebut membutuhkan masa yang panjang, kompleks, dan sulit dan sering memimbulkan konflik dengan yang diakibatkan oleh rintangan dan masalah yang tak terduga ( Fullan, 1982). Hal ini karena setiap inovasi adalah bagian dari beberapa sistem dan sub-sistem dan daerah-daerah yang pada pandangan pertama tampaknya memiliki sedikit kepentingan untuk dilibatkan dari proses inovasi pendidikan itu sendiri. Hal ini dapat mulai memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat penerima/sasaran dari  dari inovasi tersebut (Kennedy, 1987).
Hal ini menjadi semakin jelas bahwa upaya perubahan ini meliputi batas-batas keberagaman budaya, daerah, agama dan dapat menjadi faktor penentu untuk diterima ataupun tidaknya inovasi pendidikan tersebut. Kompatibilitas melibatkan sejauh mana potensi innovasi tersebut mampu mengadopsi samua keberagaman yang ada secara  konsisten dengan tetap melihat dan merujuk pada nilai-nilai yang ada dari pengalaman masa lalu' Henrichsen, (1989). Selain itu, Henrichsen juga menunjukkan bahwa ada dua jenis kompatibilitas yang diperlukan dalam proses pelaksanaan innovasi kurikulum pendidikan, yaitu: (i) kompatibilitas antara inovasi dan penggunanya, dan (ii) kompatibilitas antara sistem sumber daya dan sistem pengguna. Potensi ketidaksesuaian antara komponen-komponen ini akan terlihat. 

Mengamati bahwa bagaimanapun menguntungkan suatu inovasi pendidikan mungkin muncul dari perancangnya, nilai-nilai dan sejarah budaya sekitarnya akan menjadi pertimbangan serius sebelum bergerak maju dengan reformasi. Ada hampir kesepakatan bulat bahwa sistem pendidikan pada dasarnya merupakan perkembangan organik sejarah unik masyarakat dan budaya (Beauchamp, 1986, seperti yang disebutkan dalam Henrichsen, 1989). Oleh karena itu, sebagai Henrichsen benar menunjukkan, sejarah dan budaya harus menjadi latar belakang terhadap yang reformasi harus berusaha dan dasar-dasar yang di atasnya kampanye perubahan harus membangun. Untuk satu hal, filsafat pendidikan yang berlaku dari institusi tuan rumah atau negara-apakah egaliter atau elitis, otoriter atau partisipatif, berorientasi produk atau mendukung proses, pengetahuan-atau keterampilan berorientasi, mendorong pelajar, dan itu akan sangat mempengaruhi pelaksanaan ( Maley, 1984: 92). Selain itu, di banyak negara Asia, tekanan ujian, yang membentuk instrumen yang kuat dari sistem pendidikan, dapat memfasilitasi atau menghambat perubahan. Morris: 1985, (seperti yang disebutkan dalam Karavas-Doukas, 1998: 41) memberikan penjelasan tentang guru sekolah menengah di Hong Kong yang menolak sebuah inovasi menekankan gaya heuristik proses pembelajaran meskipun mengekspresikan sikap yang menguntungkan ke arah itu karena pendekatan baru tidak mengaktifkan guru untuk menutupi examanition berdasarkan silabus. Guru menyadari bahwa pendekatan baru untuk menjadi sepenuhnya disfungsional karena diperlukan mereka untuk mengabaikan harapan murid mereka, kepala sekolah dan rekan.

Tujuan dasar dari semua inovasi pendidikan adalah untuk membawa perbaikan dalam praktek kelas dan meningkatkan pembelajaran siswa. Namun, dalam upaya lintas-budaya di inovasi, hal itu tidak dapat diasumsikan bahwa siswa akan menerima inovasi asing tanpa bertanya atau merasa nyaman menggunakannya jika tidak cocok dengan gaya belajar 'mereka (Henrichsen, 1989: 90-91). Berdasarkan pengalamannya ruang kelas Asia, Maley menyajikan bahwa, profil yang paling umum dari harapan pembelajar 'sebagai berikut: "peserta didik yang mengharapkan guru untuk mengambil peran lebih besar di dalam kelas, yang berharap untuk memiliki buku dan belajar itu, yang percaya bahwa harus ada satu metode terbaik untuk digunakan yang akan ajaib (dan realistis cepat) membawa mereka ke tingkat tertinggi kompetensi, yang akan berharap untuk bekerja berjam-jam di luar kelas tetapi dalam mode menghafal agak tradisional, dan yang mungkin mengharapkan konten program yang sangat berbeda dari yang mereka ditawarkan "(Maley, 1984: 95).

Demikian pula, sedangkan guru merupakan faktor kunci dari keberhasilan pelaksanaan perubahan pendidikan, mereka diketahui telah didirikan, keyakinan tentang pengajaran dan pembelajaran performing dan peran guru dan peserta didik di kelas yang bercokol. Keyakinan ini atau 'teori' memandu perilaku penilaian, interpretasi dan kelas mereka. Jika ada ketidaksesuaian ada antara filsafat proyek inovasi dan teori-teori guru, guru akan cenderung menafsirkan informasi baru dalam terang teori yang ada dan akan cenderung untuk menerjemahkan ide-ide innovatory untuk menyesuaikan diri dengan praktek yang ada. resistensi guru sehingga dapat membentuk penghalang utama untuk inovasi pendidikan.

Bahkan lebih penting adalah mengembangkan perspektif berubah, jika perubahan yang nyata adalah untuk terjadi. Karavas-Doukas (1998: 38) katakan, "Terlepas dari mengakrabkan guru dengan implikasi teoritis dan praktis dari inovasi tertentu, pelatihan guru pada akhirnya harus berusaha untuk membuat guru inovator di kanan mereka sendiri." Difusi sastra inovasi memegang pengembangan 'kepemilikan' terhadap inovasi, yaitu, sejauh mana peserta merasa bahwa inovasi 'milik' mereka, sebagai faktor penting untuk keberhasilannya. Hal ini hanya dapat datang dari rasa pengalaman kepuasan dan pemberdayaan berasal dari langsung berpartisipasi dalam kegiatan proyek. Dari sudut pandang ini, maka, pelatihan guru karena secara definisi lain-diatur hanya dapat memberdayakan untuk trainee jika mengandung dalam dirinya sendiri benih self-regulation. Dia juga menunjukkan bahwa guru diberikan kesempatan yang luas untuk bereksperimen dengan ide-ide baru dan menjadi terampil dan percaya diri dalam menggunakan mereka. Dia mengutip Fullan dan Steigelbauer seperti yang disebutkan dalam Karavas-Doukas, secara ringkas mengatakan:

'Reformasi pendidikan tidak akan berarti apa-apa sampai guru menjadi simultan dan mulus penyelidikan berorientasi, terampil, reflektif, dan profesional kolaboratif. Ini adalah agenda inti untuk pendidikan guru, dan kunci untuk mewujudkan reformasi yang efektif bermakna'

Tampaknya satu set yang sangat menuntut harapan untuk lulus palung masalah inovasi samping untuk mendidik para guru, seperti kelas besar, berlebihan, kurangnya waktu dan sumber daya materi, kurangnya dukungan kelembagaan dan infrastruktur, dan sebagainya. Hal ini berlaku terutama guru yang bekerja di banyak konteks Asia Asia dan Tenggara.

Monday, January 30, 2017

KTSP dalam Konsep School Based Curriculum Development

KTSP dalam Konsep School Based Curriculum Development. Dalam posting sebelumnya saya sudah memberi deskripsi School Based Currculum Development, sekarang saya ingin mengambarkan konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Indonesia dalam konsep SBCD. Kita tahu jika Kurikulum adalah sebagai landasan dasar untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan pendidikan dalam satu Negara. Setiap bangsa memiliki 'kurikulum mereka sendiri dengan mengacu pada sistem pendidikan nasional mereka, disamping tujuan pendidikan dan philosphy bangsa. Seperti di Indonesia di mana Kurikulum Tingkat Satuan (KTSP) mengacu pada bentuk desentralisasi kurikulum yang memberikan kebebasan kepada setiap pemerintah provinsi dan kabupaten untuk mengembangkan kurikulum sekolah mereka berdasarkan kondisi distrik mereka untuk mendapatkan kapasitas dalam memberikan kontribusi kesejahteraan dan produktivitas ekonomi nasional. Brady & Kennedy Menyebutkan:
KTSP dalam Konsep School Bacsed Curriculum Development
KTSP dalam Konsep School Bacsed Curriculum Development

Pemerintah memiliki kepentingan yang sebagian besar meskipun tidak secara eksklusif dalam mengatur prekonomian. Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan telah menjadi perhatian utama pemerintah karena disebabkan oleh keprihatinan mereka. Sifat kurikulum sekolah akan menentukan pengetahuan dan keterampilan warga negara di masa depan karena kapasitas mereka sangat diperlukan untuk berkontribusi terhadap perekonomian negara-negara 'dengan cara yang lebih produktif. Tentu saja, pemerintah lebih menekankan konsep pendidikan daripada ekonomi. Secara umum, negara demokratis, pemerintah ingin melihat sebuah komunitas yang yang manpu mengusai sosial kohesif, politik kohesif, maju dari segi tehnologi, toleran dan adil. Kurikulum dapat memberikan kontribusi yang banyak untuk mencapai semua tujuan ini”. (L Brady & K Kennedy,: 1999: 7)


Dalam konteks saat ini inisiatif pendidikan di Indonesia, KTSP tidak berarti memberi wewenang kepada setiap daerah dalam mengembangkan kurikulum secara beasa dan tanpa rujukan utama. Sebaliknya, pemerintah pusat memberikan acuan dasar yaitu stadar pendidikan nasioanl berupa satndar isi dan standar lulusan, yang dikeluarkan oleh Badan Nasional StandarPendidikan (BNSP) dalam merancang kurikulum sekolah. Selain itu guru memberikan lebih banyak kebebasan dalam merancang, merencanakan silabus dan rencana pelajaran, dan menciptakan pengalaman pendidikan, memilih dan mengadaptasi materi kurikulum dalam keadaan situasi tertentu dan kebutuhan dengan mengacu pada standar yang disebutkan di atas

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pengembangan Kurikulum berbasis Kompetensi. KTSP diluncurkan pada tahun 2006 oleh Badan Nasional StandarPendidikan  (BNSP) sebagai lembaga kurikulum nasional di Indonesia. Kurikulum 2006 'bernama KTSP', yang dikembangkan oleh sekolah sebagai satuan pendidikan, dan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, yang menekankan pada standar isi dan standar kelulusan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 dan 23, 2006. kurikulum Sekolah harus sejalan dengan standar isi dan standar kelulusan, dan pedoman standar pengembangan diatur oleh Badan Nasional Standar Pendidikan  (BNSP) dengan prinsip-prinsip berikut; Hal ini terpusat pada potensi, perkembangan dan kebutuhan peserta didik dan lingkungannya, keragaman dan integritas, tanggap dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, yang relevan dengan kebutuhan kehidupan, holistik dan kontinuitas, belajar seumur hidup, menjadi keseimbangan Nasional dan kepentingan Daerah. 

Pada prinsipnya, KTSP merupakan kurikulum operasional yang dirancang dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP didasarkan pada tujuan pendidikan disetiap tingkat satuan pendidikan, struktur dan isi kurikulum, kalender pendidikan, dan silabus (BNSP, 2006: 5). Ini berarti bahwa sekolah dan otoritas guru menentukan keberhasilan tujuan pendidikan di tingkat sekolah.

Pada kata lain, guru memiliki tugas pada: (1) membangun dan merumuskan tujuan yang tepat, (2) memilih dan membangun sumber daya yang tepat pelajaran sesuai dengan fase kebutuhan, kepentingan dan perkembangan anak, (3) memilih metode dan media pembelajaran yang bervariasi, (4) dan membangun program pembelajarn dan evaluasi yang tepat. Sebuah kurikulum dibuat secara sistematis dan detail, yang akan memudahkan guru pada tahap pelaksanaannya. Dalam hal ini, sekolah memiliki kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. KTSP adalah kebijakan umum yang ditetapkan  oleh Badan Nasional Standar Pendidikan yang digunakan sebagai dasar pertimbangan sekolah dalam merancang kurikulum yang berkualitas kondusif untuk belajar murid yang efektif. Sekolah didorong untuk mengadaptasi Standar Nasional Kurikulum sesuai konteks yang unik mereka. Ketika merancang KTSP, sekolah disarankan untuk mengamati dari dekat arah dan persyaratan yang ditetapkan oleh Badan Pengembangan Kurikulum dengan merujuk pada  dokumen kurikulum resmi. Berdasarkan analisis yang cermat dan kebutuhan peserta didik, kemampuan dan minat sekolah 'ekologi kontek, gaya kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen sekolah, serta kesiapan guru, sekolah perlu menggunakan pengajaran yang paling tepat, strategi pembelajaran dan penilaian disamping penggunaan berbagai bahan pembelajaran untuk mengintegrasikan siklus penilaian proses belajar-mengajar dalam KTSP. Hal ini penting untuk memastikan bahwa semua murid memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan memporoleh pengalaman belajar yang kaya yang bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya dan belajar sepanjang hayat. Bolstad (2004), menyatakan penting untuk mengenali bahwa "ruang operasional" untuk SBCD pada waktu tertentu/tempat sangat dipengaruhi oleh bentuk yang lebih luas dari sistem pendidikan, termasuk struktur dan struktur kurikulum Nasional, tingkat sentralisasi/desentralisasi, pengambilan keputusan sekolah, penilaian sekolah dan persyaratan pelaporan, peran yang diharapkan dari guru dalam pengembangan kurikulum sekolah, dan peran yang diharapkan atau potensi manusia dalam pengembangan kurikulum tersebut.

Sunday, January 29, 2017

The Context of School Based Curriculum Development in Singapore

The School Based Curriculum in Singapore.
In current context of educational initiatives in Singapore, SBCD does not mean changing schools from being places that primarily implement the externally designed curriculum to becoming places responsible for creating their own curriculum materials. Rather, it means primarily that schools have more autonomy in designing, planning, and creating educational experiences trough selecting and adapting curriculum materials in the light of their particular situations and needs. This, of course, does not exclude the possibility that schools create their own curriculum materials when there is a need (Gopinanthan & Deng, 2006:106)

The Context of School Based Curriculum Development in Singapore
School Based Curriculum Development in Singapore

At the outset, it is important to point out that there are many variations of SBCD. SBCD may typically involve creating new curricular products, but it can also involve selecting from existing curriculum materials and making various adaptations (Walton, 1978). It can be accomplished by individual teachers, groups of teachers, or a whole school staff. In addition, it can be long-termed, medium-termed, or short-termed (Marsh, 1992). Within a range of SBCD models, the one adopted in Singapore is far less radical. Instead of being skeptical of centrally based curriculum development, the Ministry holds that the existing national curriculum is relatively well-developed and effective-at least in terms of producing students who are competent in various academic subject areas. Therefore, SBCD is by no means construed as an alternative or replacement for the MoE-directed curriculum development. Rather, it is considered a necessary complement to the Ministry’s curriculum planning and development efforts so as to provide more flexibility and choices, and encourage local initiatives and ownership. It can be seen as a tangible expression of the ability-driven school system that the Ministry o Education wishes to create. In general, Singapore’s SBCD model takes the form of adapting, modifying, and translating the externally developed curriculum materials according to the school context:

( Read Historical Roots Of School Based Curriculum Development)
( Read KTSP as a Form of School Based Curriculum Development)

"Principals and teachers should be encouraged to make full use of autonomy given to schools with respect to modifying CDIS texts to suit the needs of their students. Teachers should be encouraged to actively engage in tailoring the curriculum to the needs and interests of their students. Issues relating to the translation of the curriculum into effective classroom practice can be discussed at regular meetings between Heads of Departments (HoDs) and teachers. Ministry officials (e.g., subject specialists) can act as resource persons and help teachers brainstorm for ideas on improving teaching and learning. Both the Ministry and the schools should provide a supportive environment to engage teachers to introduce and experiment with innovative ideas. (MoE, 1998)"

The centrally developed curriculum materials can include syllabi, textbooks, and resources which provide information on what to teach as well as how to teach it to students of various school ages. Teachers are expected to interpret and transform these materials to achieve curriculum objectives according to their classroom or school situations. They can reorganize or restructure the content within a particular subject area. For example, as reported in the speech by the Minister of Education, Tharman Shanmugaratham (2004), a secondary mathematics teacher, based upon a careful analysis of the current secondary mathematics syllabus and textbook, identified a “knowledge block” that links advanced and elementary topics together. Such a restructuring of content resulted in more effective learning. Teachers can also organize the content around a certain theme, engaging in curriculum integration that might require the cooperation of teachers from various departments. In short, teachers are encouraged to be flexible and creative in using the curriculum materials. SBCD also takes the form of teachers’ involvement in the “creation” of a new curriculum product. Project Work and the above-mentioned Knowledge and Inquiry syllabus are cases in point. Both are relatively new subjects, and there are no curriculum materials available. Although the syllabi of these two subjects are provided by the Ministry, schools and teachers are responsible for planning, creating, implementing, and evaluating their own materials. Overall, school-based curriculum enactment represents the primary approach to SBCD in Singapore. This is, indeed, consistent with the observation of Reid (1987) and Brady (1995) on the form SBCD would take when there is a centrally mandated national curriculum in place. As Brady (cited in Bolstad, 2004:9) suggests, SBCD would take the form of curriculum “adaptation” by individual teachers or group of teachers operating within specified parameters rather than of the “creation” of curriculum which might require whole staff involvement. 

Gopinathan and Deng (2006:93-110) coined the term ‘school –based curriculum enactment’ with reference to Singapore. They argue that teachers in Singapore can be curriculum developers within a context of centralized curriculum development. A recent Singaporean study noted that middle level leaders such as heads of departments can be important players in bringing about curriculum development.

Reading Source https://www.academia.edu/13051432/Fostering_school-based_curriculum_development_in_the_context_of_new_educational_initiatives_in_Singapore

Saturday, January 07, 2017

Langkah-langkah Penerapan Discovery Learning dalam Pembelajaran

Discovery Learning, Langkah-langkah Penerapannya dalam Pembelajaran.
sebelumnya saya telah menggambarkan deskripsi singkat mengenai Discovery Learning, sekarang akan saya akan mendeskripsikan kembali lanjutan dari Model Discovery Learning dalam bagian Langkah-langkah Penggunaan/Penerapan Model Discovery Learning dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Adapun langkah-langkah penerapan  Discovery Learning dalam proses pembelajaran di dalam kelas adalah dengan melakukan beberapa tahapan-tahapan berikut ini:



Model Penerapan Discovery Learning dalam Pembelajaran
Model Penerapan Discovery Learning dalam Pembelajaran

1) Stimulation (Stimulasi/Memberikan Rangsangan)
Adapun proses kegiatan yang dilakukan pada tahap pertama ini adalah pendidik memberikan rangsangan kepada peserta didik dimana nantinya peserta didik akan melakukan tanya jawab terhadap topik yang di sampaikan kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi. Ini semua dimaksudkan supaya peserta didik memiliki keinginan sendiri untuk melakukan penyelidikan sendiri. Pada tahapan proses ini guru juga dapat melakukan kegiatan tanya jawab ataupun juga bisa menganjurkan siswa membaca buku untuk memperdalam pemahaman awal mereka dalam memecahkan permasalahan, disamping juga dapat melakukan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. 

(Baca Model Pembelajaran Discovery Learning, Pengertian Pemahaman, Kelebihan Dan Kekuranganya)
(Baca Model Pembelajaran Humanistik)

2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
Setelah melakukan tahapan awal (stimulasi) langkah selanjutnya adalah pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang disajikan sebanyak mungkin, kemudian dilanjutkan dengan menentukan salah satu solusi pemecahan masalah yang dianggap sangat relevan untuk digunakan dalam proses penyelesaian masalah tersebut. Adapun salah satu jenis penyelesaian masalah yang dipilih tersebut digolongkan kedalam kategori hipotesis (pemecahan masalah sementara atas permasalahan yang disajikan). Penyelesaian masalah yang telah dipilih tersebut harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yakni berupa pernyataan yang berbentuk jawaban sementara dari pertanyaan masalah yang diajukan. 

3) Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika proses eksplorasi berlangsung, pendidik juga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan proses mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan, ini dimaksudkan untuk memerikan kesempatan kepada siswa dalam membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah di tentukan tersebut. Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan oleh peserta didik. Ini berarti bahwa pada tahapan ini, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan data (data collection) dari berbagai jenis informasi yang relevan, literatur, melakukan proses mengamati objek, melakukan wawancara dengan narasumber tertentu, melakukan eksperimen (uji coba sendiri) dan lain sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik diharapkan untuk dapat belajar secara aktif dalam menemukan informasi tertentu yang berkenaan dengan permasalahan yang di sajikan, secara impilcit, dengan melalui proses tahapan ini, peserta didik dengan secara tidak disengaja telah melakukan proses menghubungkan masalah yang ada dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh mereka.

4) Data Processing (Pengolahan Data)
Pada tahapan ini, semua informasi yang telah didapatkan/dikumpulkan oleh peserta didik baik informasi dari hasil bacaan, melakukan wawancara, melakukan observasi, dan lain sebagainya, lalu semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan jika perlu dihitung dengan mengunakan cara tertentu lalu kemudian ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai dasar untuk membuat konsep generalisasi. Maka dari hasil generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan atau pemahaman baru tentang alternatif dari jawaban untuk penyelesaian sebagai dasar pembuktian secara logis.

5) Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pengkajian ulang secara cermat sebagai dasar untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar mengajar  dapat berjalan dengan baik dan kreatif seandainya pendidik memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang di jumpai dalam kehidupan peserta didik.
Berdasarkan hasil dari pengolahan dan tafsiran, peserta didik di arahkan untuk memeriksa kembali informasi yang ada, baik pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah sebuah tahapan yang dilakukan oleh peserta didik untuk menarik sebuah kesimpulan yang dijadikan sebagai prinsip umum dan berlaku untuk semua masalah kejadian  yang sama, dengan tetap memperhatikan hasil verifikasi. Setelah menarik kesimpulan, peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi dimana proses ini sangat menekankan pada pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang menjadi dasar pengalaman seseorang, disamping menekankan pentingnya  proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

Penilaian pada Model Pembelajaran Discovery Learning.
Jenis penilaian Model Pembelajaran Discovery Learning dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun nontes. sedangkan penilaian dalam Discovery Learning ini berupa mencakupi aspek domain kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja peserta didik. Adapun penggunaan penilaian aspek masing-masing seperti aspek kognitif, afektif dan psikomotor disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing baik berupa test ataupun non-test. 

Tuesday, January 03, 2017

Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Pembelajaran

Model Pembelajaran Discovery Learning, Pengertian pemahaman, kelebihan dan kekurangannya 
Model Discovery Learning dapat didefinisikan sebagai sebuah proses pembelajaran yang terjadi dimana peserta didik tidak disajikan materi pembelajaran secara finalnya, namun peserta didik diharapkan mampu untuk mengorganisasikan sendiri dari materi pembelajaran tersebut. Ini didasarakan pada pendapat Bruner, “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Pendapat Bruner ini di dasarkan pada pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas.
Disamping itu, Model Discovery Learning dapat juga di artikan sebagai pendekatan pembelajaran untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery Learning akan terjadi setara bila peserta didik terlibat, terutama yang berkaitan dengan proses mentalnya dalam menemukan beberapa konsep dan prinsip tertentu. Discovery biasanya dapat berlangsung melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Adapun Proses dalam pendekatan tersebut dapat digolongkan dalam katagori cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

Pada dasarnya, Discovery Learning memiliki prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) learning. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua pendekatan pembelajaran tersebut, namun pada pendekatan Discovery Learning ini lebih menekankan pada penemuan konsep ataupun prinsip dimana sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya yang mendasar pada model Inquiry dengan Discovery Learning adalah pada proses penemuan (discovery) masalah yang disajikan kepada peserta didik berupa permasalahan yang di sajikan/direkayasa oleh guru, sedangkan pada pendekatan model inkuiri learning, permasalahannya bukan merupakan hasil rekayasa guru, akan tetapi siswa harus mampu menemukan semua permasalahan dalam semua temuannya dengan mengerahkan seluruh kemampuan siswa dalam menyelidiki temuan tersebut baik melalui proses pengamatan ataupun penelitian.

Di dalam kegiatan proses belajar mengajar, Bruner lebih menekankan pada partisipasi aktif dari setiap peserta didik, dan peserta didik mampu mengenal dengan baik tentang adanya perbedaan kemampuan antara mereka. Dalam melakukan proses pembelajaran melalui model Discovery Learning, dibutuhkan lingkungan pembelajaran yang mampu memfasilitasi peserta didik untuk dapat meransang rasa ingin tahu siswa terutama dalam melakukan tahapan eksplorasi. Lingkungan ini dalam disebut dengan Discovery Learning Environment. Dicovery Environment ini adalah suatu lingkungan dimana peserta didik melakukan proses eksplorasi untuk mendapatkan penemuan-penemuan baru yang belum dipahami atupun dikenali oleh peserta didik sebelumnya. Di sinilah dituntut seorang pendidik untuk mampu menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dan inovatif. Untuk dapat menciptakan proses lingkungan yang akti kreatif dan inovatif tersebut, pendidik harus mampu memfasilitasi proses belajar dengan memanipulasi bahan ajar tertentu sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Ini bertujuan untuk dapat  memfasilitasi kemampuan siswa dalam merangsang pola pikir siswa untuk dapat berpikir dengan tingkat perkembangannya.

Menurut Bruner proses perkembangan kognitif peserta didik berlangsung melalui tiga tahapan, dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, ketiga tahapan tersebut adalah: enactive, iconic, dan symbolic

Tahap enactive, adalah dimana seorang peserta didik dapat melakukan aktivitas-aktivitas tertentu sebagai upaya untuk memahami keadaan lingkungan sekitar, artinya, dalam proses pemahaman dunia sekitar seorang peserta didik menggunakan dasar pengetahuan motorik nya, sebagai contoh melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan lain sebagainya. 

Tahap iconic adalah dimana serang peserta didik dapat memahami objek-objek atau dunianya melalui penggunaan media gambar-gambar dan visualisasi verbal. Ini berarti, dalam proses pemahaman dunia sekitarnya, peserta didik dapat belajar melalui penggunaan bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). 

Tahap symbolic, adalah proses dimana seseorang peserta didik telah mampu memiliki/mengemukakan ide-ide tertentu atau gagasan-gagasan abstrak, dimana proses pengembangan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dalam penggunaan bahasa dan penggunaan logika. Di sinilah peran simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya sangat berpengaruh terhadap pengembangan pemahaman peserta didik dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar. 

Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran.
Berdasarkan dari berbagai fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan Discovery Learning mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri,  adapun kelebihan dan kelemahan dari penerapan nya adalah sebagai berikut: 

1) Kelebihan dari Penerapan Discovery Learning.
  • Dapat Membantu siswa dalam memperbaiki dan meningkatkan keterampilan (skill) dan proses kognitif. Usaha penemuan merupakan salah satu kunci dalam tahapan proses ini, seseorang itu sangat tergantung dengan bagaimana cara mereka belajar.
  • Adapun pemahaman tentang Pengetahuan yang diperoleh melalui penerapan model ini bersifat Personal, dan ampuh karena dapat menguatkan pengertian, daya ingat dan transfer.
  • Dapat Menimbulkan rasa senang pada diri peserta didik, karena pendekatan ini dapat merangsang timbulnya rasa menyelidiki pada diri peserta didik.
  • Model ini memungkinkan peserta didik untuk berkembang dengan cepat dan itu sangat tergantung dengan kecepatan diri siswa.
  • Dapat Menyebabkan siswa mengendalikan/mengarahkan proses kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan nalar/akal dan motivasinya sendiri.
  • Dapat Membantu siswa untuk memperkuat konsep pada dirinya, karena pendekatan ini peserta didik dapat memperoleh kepercayaan untuk melakukan kerja sama dengan peserta didik lainnya.
  • Pendekatan pembelajaran ini Berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator dalam memfasilitasi siswa untuk menemukan gagasan-gagasan tertentu. Bahkan di lain sisi, guru sendiripun dapat berperan sebagai peserta didik, dan juga sebagai peneliti pada situasi diskusi tertentu.
  • Dapat Membantu siswa untuk menghilangkan rasa skeptisme (keragu-raguan) karena mengarahkan pada kebenaran yang final atau pasti.
  • Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
  • Dapat Membantu dan dalam mengembangkan proses ingatan dan transfer kepada situasi dari sebuah proses belajar tertentu.
  • Dapat Mendorong peserta didik untuk berpikir dan bekerja atas dasar inisiatif mereka sendiri.
  • Dapat Mendorong peserta didik untuk dapat berpikir secara intuisi dan dapat merumuskan hipotesis mereka sendiri.
  • Dapat Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik dari kegiatan pembelajaran tertentu.
  • Pendekatan pembelajaran ini mampu menciptakan situasi belajar menjadi lebih terangsang.
  • Dapat Meningkatkan penghargaan pada siswa dalam menjalankan proses pembelajaran.
  • Memudahkan siswa untuk memanfaatkan berbagai jenis sumber bahan belajar baik internet atau pun lingkungan tertentu.
  • Dapat mengembangkan pola bakat dan kecakapan pada individu peserta didik.

2) Kelemahan Penerapan Discovery Learning.
  • Dapat Menimbulkan asumsi bahwa peserta didik harus memiliki kesiapan pikiran tersendiri sebelum mengikuti proses belajar mengajar. Bagi peserta didik yang memiliki daya lemah, mereka akan mengalami kesulitan abstrak berpikir, dan mengungkapkan hubungan antar konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi bagi mereka.
  • Pendekatan ini kurang efisien untuk diterapkan pada kelas yang memiliki jumlah peserta didik dalam jumlah banyak, karena akan mengalami kendala dengan waktu dalam membantu mereka untuk menemukan teori atau dalam pemecahan masalah lainnya yang timbul.
  • Pendekatan ini akan terbentuk dengan pemahaman guru yang telah terbiasa dengan cara-cara/gaya belajar yang lama.
  • Pengajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang sesuai.
  • Pada beberapa mata pelajaran tertentu, misalnya IPA sepertinya akan mengalami kendala karena kurangnya fasilitas sekolah yang dapat mengukur gagasan atau pun konsep tertentu yang dikemukakan oleh para siswa.
  • Pembelajaran ini akan membatasi pola pikir siswa terhadap materi tertentu karena topik dan batasan pembelajaran sudah dipilih dan ditentukan  terlebih dahulu oleh pendidik.