Pondok Belajar: PENDIDIKAN
Showing posts with label PENDIDIKAN. Show all posts
Showing posts with label PENDIDIKAN. Show all posts

Monday, August 19, 2019

Kemdikbud Siapkan Program PKP untuk Tingkatkan Mutu Pendidikan

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud, Supriano, menyatakan bahwa kunci proses pembelajaran yang baik dan benar di sektor pendidikan adalah peran para guru. Itulah sebabnya pemerintah saat ini memperketat seleksi penerimaan guru.“Selain itu untuk memperbaiki model pelatihan dan pembelajaran bagi guru, ke depannya akan diberlakukan sistem zonasi,” ungkap Supriano dalam acara Pertemuan Ilmiah Matematika di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, pada Rabu 20 Februari 2019.
Kemdikbud Siapkan Program PKP untuk Guru
Kemdikbud Siapkan Program PKP untuk Guru
Selama ini program pengembangan kompetensi guru berdasarkan hasil uji kompetensi, yang lebih memfokuskan pada peningkatan kompetensi guru terutama dalam kompetensi pedagogi dan profesional. Namun seiring meningkatnya tantangan peningkatan mutu pendidikan, perlu dilakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan guru yang bermuara pada hasil peserta didik. Menurut Supriano, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan kualitas siswa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Ditjen GTK menyelenggarakan Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP). “Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa melalui pembinaan guru dalam merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher OrderThinking Skills/HOTS),” ujar Supriano.
(Baca Model Pembelajaran Humanistik)
(Baca Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Window Shopping)

Untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, serta pemerataan mutu pendidikan, pelaksanaan Program PKP mempertimbangkan pendekatan kewilayahan, atau dikenal dengan istilah zonasi. Melalui langkah ini, pengelolaan Pusat Kegiatan Guru (PKG) TK, kelompok kerja guru (KKG) SD, atau musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) SMP/SMA/SMK, dan musyawarah guru bimbingan dan konseling (MGBK), yang selama ini dilakukan melalui Gugus atau Rayon, dapat terintegrasi melalui zonasi pengembangan dan pemberdayaan guru. Zonasi memperhatikan keseimbangan dan keragaman mutu pendidikan di lingkungan terdekat, seperti status akreditasi sekolah, nilai kompetensi guru, capaian nilairata-rata UN/USBN sekolah, atau pertimbangan mutu lainnya. Komunitas guru dan tenaga kependidikan (PKG/KKG/MGMP/MGBK) memegang peranan penting dalam keberhasilan program ini. Di antara peran tersebut adalah melakukan pendataan terhadap anggota komunitasnya. Pendataan ini penting karena komunitas juga berperan dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan program PKP Berbasis Zonasi di kelompok kerja masing-masing.

“Koordinasi mungkin melibatkan dinas pendidikan setempat, PPPPTK/ LPPPTK-KPTK/ LP2KS, LPMP, balai, maupun UPT. Komunitas juga diharapkan melakukan evaluasi secara internal berkenaan dengan pelaksanaan program PKB Berbasis zonasi di kelompok kerjanya. Komunitas yang mendapat bantuan pemerintah untuk pelaksanaan program PKP berbasis zonasi wajib menyampaikan laporan hasil pelaksanaan program kepada UPT pemberi bantuan pemerintah,” urai Supriano.

Supriano melanjutkan, begitu dominannya peran komunitas guru dan tenaga kependidikan pada program PKP Berbasis Zonasi ini, menuntut seluruh guru terdaftar dan terlibat aktif di komunitas sesuai jenjang masing-masing. “Komunitas merupakan ujung tombak wadah untuk berbagi dan mencari solusi mengenai masalah-masalah pendidikan yang dihadapi guru di daerah masing-masing. Program PKP Berbasis Zonasi ini diharapkan dapat menghidupkan dan menggairahkan kegiatan-kegiatan komunitas dengan lebih bersemangat. Melalui PKG/KKG/MGMP/MGBK, pemerataan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia diharapkan dapat segera tercapai,” pungkas Supriano.
Sumber okenews.com

Monday, July 29, 2019

Cara Mudah Menulis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menulis merupakan aktivitas rutin yang harus dilakukan oleh seorang pendidik. Alasannya karena setiap aktivitas yang dilakukan oleh seorang pendidik mesti harus menggunakan pulpen, pensil dan spidol. Menulis yang dimaksudkan diatas tentu saja menulis dalam katagori umum baik menulis di buku catatan siswa di white board kelas, menulis perangkat pembelajaran ataupun menulis Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan proses pembelajaran ataupun sebagai salah satu persyaratan ketika mengusulkan proses kenaikan pangkat. 

Salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang pendidik disamping mengajar adalah melakukan/menulis penelitian tindakan kelas. PTK ini sebenarnya merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang pendidik dengan tujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan. Adapun fungsi dari penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai instrumen yang digunakan dalam peningkatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik.   

PTK adalah sebuah penelitian yang digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Jenis penelitian ini merupakan salah satu upaya pendidik untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses pembelajaran di dalam kelas. Disamping itu, PTK boleh dimaknakan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas yang didasarkan refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. PTK merupakan salah satu publikasi ilmiah dalam konteks pengembangan profesi guru secara berkelanjutan yang ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran atau mutu pendidikan pada umumnya. PTK ini cocok dilakukan oleh guru karena prosesnya praktis”.

Cara Mudah Menulis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Cara Mudah Menulis Penelitian Tindakan Kelas

Dari penjabaran diatas, maka dapat disederhanakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang didasarkan atas pemahaman dan pengalaman yang dialami oleh seorang pendidik dalam melakukan proses pembelajaran sehari-hari di sekolah. Sebagai seorang pendidik, jelaslah dalam melakukan proses pembelajaran mereka pasti telah menggunakan berbagai macam teknik dan metode dan model pembelajaran dimana semua pengalaman tersebut sebenarnya biasa dijadikan sebagai sebuah tulisan laporan penelitian tindakan kelas.
Maka dari itu, tidak ada alasan bagi seorang pendidik beranggapan jika Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang sangat menyulitkan para guru, dimana kesibukan guru yang terlalu padat dengan berbagai aktivitas penyiapan proses pembelajaran dimulai dari persiapan Perangkat pembelajaran sampai dengan penyiapan media pembelajaran  yang akan mereka gunakan dalam proses pembelajaran tersebut. Mengapa saya berasumsi jika Penelitian Tindakan Kelas tidak begitu memberatkan para guru karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik di kelas dapat digunakan sebagai laporan Penelitian Tindakan Kelas. Sedangkan proses pelaksanaannya dapat dilakukan secara  bersamaan dengan proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehingga tidak arus menyita waktu yang khusus untuk mengadakan penelitian tersebut. Faktor inilah yang boleh dikatakan sebagai salah satu kemudahan Penelitian Tindakan Kelas. Namun untuk lebih memberikan kemudahan bagi pendidik dalam menyusun laporan pendidikan ada baiknya untuk melihat beberapa kiat yang dapat digunakan untuk lebih mempermudah penulisan PTK, diataranya adalah sebagai berikut:

1. Konsep/Ide
Dalam penentuan ide, penulis harus dapat menentukan ide yang kreatif dan inovatif sehingga akan menarik untuk di kaji, apalagi jika ide yang dikemukakan belum pernah di tulis ataupun disinggung pada penelitian penelitian lain. Penentuan ide sebenarnya sangat penting karena ide merupakan konsep dasar yang akan memberikan arah tujuan dari sebuah penelitian yang akan diteliti. Jika kita melihat dari berbagai penulisan penelitian tindakan kelas selama ini, penelitiannya hanya berkutat pada metode model dan tipe dari model pembelajaran yang banyak diteliti, seperti Jigsaw, window shopping, talking stikck, dan lain sebagainya.  Jadi untuk supaya lebih mudah buatlah ide yang brilian karena hampir semua proses pembelajaran yang dilakukan sebagai penjelmaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Indikator yang mempunyai masalah atau tidak sempurna, sehingga ide yang brillian tadi akan memilih masalah yang cocok dengan sendirinya. Sebagai contoh ide kreatif adalah Televisi, dan Hand phone. Jadi dari contoh tersebut akan menimbulkan pertanyaan tersendiri tentang kegiatan pembelajaran apa yang cocok atau yang sesuai dengan Film dan Internet tersebut.  

2. Judul
Dalam penulisan Judul, penulis juga harus membuat judul yang menarik sama seperti saat menentukan ide penulisan. Dari contoh ide diatas, jadi kita bias juga membuat judul penulisan tindakan kelas seperti:

a. Televisi “peningkatan penguasaan vocab (kosa kata bahasa Inggris) siswa dengan film berbahasa inggris”.
b. Internet “ Peningkatan Kemampuan Membuat kalimat teks naratif Melalui Pemanfaatan media you tube.

Jadi dari judul diatas, kita tidak lagi hanya terfokus pada metode dan model pembelajaran saja yang kita teliti, sehingga kita tidak akan terjebak dengan tahapan tahapan pembelajaran yang harus diikuti dalam dalam pembuktian dari penelitian tersebut. Walaupun dari judul di atas kita tidak akan terlepas dari model pembelajaran tertentu yang kita gunakan, akan tetapi setidaknya kita tidak dituntut untuk membuktikan metode dan model pembelajaran yang umum di gunakan karena kita lebih focus pada pemanfaatan media belajar. 

3. Latar Belakang Masalah
Menentukan permasalahan dalam penelitian merupakan hal yang paling utama dari sebuah penelitian yang akan dikaji, karena dengan adanya masalah maka lahirlah konsep pemikiran (solusi) terhadap apa yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Sebagian penulis terjebak karena mereka terlebih dahulu memikirkan judul dan menentukan permasalahan sesudahnya sehingga menyebabkan kesulitan dalam menjabarkan tahapan-tahapan lain yang akan dilakukan.

Sebuah penelitian yang baik memiliki kriteria jika penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran/data yang dapat digunakan sebagai solusi dari sebuah masalah. Maka dari itu, setiap penelitian, harus terlebih dahulu memiliki sebuah masalah, secara umum Masalah dapat diartikan sebagai sebuah penyimpangan dari hal seharusnya terjadi baik secara teori maupun secara praktek. Dengan adanya permasalahan akan maka penulis akan memiliki acuan tentang masalah yang akan diteliti dan ini akan lebih mempermudah pada tahapan perumusan masalah. Perumusan masalah merupakan suatu pertanyaan atau rasa rasa ingin tahu peneliti yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan pengumpulan data. Sebagai contoh dari perumusan masalah adalah:

“Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada pengembangan dua aspek kemampuan yaitu kemampuan menguasai Vocab (kosa kata) dan pemecahan masalah pembelajaran Bahasa inggris siswa SMP Negeri melalui penggunaan Film Berbahasa Inggris. Lebih jelasnya masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
"Apakah pembelajaran dengan Penggunaan Media Youtube dapat meningkatkan kemampuan penguasaan vocab siswa dalam  pemecahan masalah Bahasa Inggris siswa?".
.
4. Kajian Pustaka
Pada bagian ini, meski lebih panjang dalam uraiannya, namun sangat mudah menyusun nya. Semua variabel pada judul usahakan mendapat rujukan yang sesuai. Pada judul rujukan yang harus ada adalah Vocab, K.13, media pembelajaran, youtube/TV, Film. Saat ini mencari literatur tidak lagi sulit, selain buku di perpustakaan sekolah sudah banyak, internet juga menyediakan literatur-literatur yang kapabel, bahkan e-book dapat ditemukan dengan mudah untuk memperkuat kajian pustaka penelitian kita.

5. Siklus
Pada setiap penulisan Penelitian Tindakan Kelas umumnya kita mendapati jika kebanyakan peneliti menggunakan 2 atau 3 siklus. Jadi ketika kita melakukan sebuah laporan Penelitian Tindakan Kelas  sebaiknya kita menggunakan 2 siklus saja. Mengapa saya menganjurkan dua siklus saja, karena jika penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan satu siklus saja itu artinya penelitian tersebut dilakukan dengan seadanya saja dan terkesan asal asalan. Namun jika anda melakukan dengan tiga siklus, maka penelitian tersebut dianggap terlalu bertele-tele bahkan bias mengganggu kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pentingnya melakukan dua siklus, karena penelitian kelas ini memerlukan hasil refleksi. Jadi pada siklus 1 penulis harus menggambarkan bahwa penelitian yang dilakukan belum mencapai hasil yang sempurna atau belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yang disebabkan oleh berbagai kendala yang ada. Seterusnya kendala kendala yang dihadapi pada siklus 1 akan diatasi pada kegiatan di siklus 2 dan inilah yang menjadi alasan mengapa siklus 2 diperluakan. Adapuan jabaran yang digambarkan pada tahapan siklus dua adalah bahwa semua kendala yang dihadapi pada suklus 1 dapat diatasi pada tahapan suklus 2 sehingga penelitian yang dilakukan sudah mencapai kriteria yang ditetapkan atau sudah dapat mendapatkan jawaban dari penelitian yang dilakukan.

6. Hasil dan Pembahasan
Pada hasil pembahasan Penelitian Tindakan Kelas, sebaiknya disajikan tabel dan grafik pencapaian terhadap kriteria-kriteria penilaian yang ditentukan. Sebagai contoh sangat tepat, tepat, kurang tepat, dan tidak tepat. 

Contoh

Tabel Data Hasil Belajar Kondisi Awal
No
Kriteria
Rentang  Nilai
Jumlah
persentase
Rata-Rata
1
Belum Mencapai KKM
40 – 69
19
73,08 %
57,69
2
Sudah Mencapai KKM
70 – 100
7
26,92 %

Table Nilai Tertinggi dan Terendah Kondisi Awal
No
Keterangan
Nilai
1
Nilai Tertinggi             
75
2
Nilai Terendah
40
3
Jumlah Nilai
1500
4
Nilai Rata-rata
57,69

Tabel Data Hasil Belajar Siklus I
No
Kriteria
Rentang
Nilai
Jumlah
persentase
Rata-Rata
1
Belum Mencapai
KKM
40 – 69
11
42,31 %
68,46
2
Sudah Mencapai
KKM
70 – 100
15
57,69 %

Table Nilai Tertinggi dan terendah Pada Siklus I
No        
Keterangan
Nilai
1
Nilai Tertinggi              
85
2
Nilai Terendah
50
3
Jumlah Nilai
1780
4
Nilai Rata-rata
68,46

Table Hasil Belajar Siklus II
No
Kriteria
Rentang
Nilai
Jumlah
persentase
Rata-Rata
1
Belum Mencapai
KKM
40 – 69
1
3,85 %
80,19
2
Sudah Mencapai
KKM
70 – 100
25
96,15 %

 Nilai Terendah Siklus II
No
Keterangan
                                Nilai
1
Nilai Tertinggi              
100
2
Nilai Terendah
65
3
Jumlah Nilai
2085
4
Nilai Rata-rata
80,19

7. Lampiran
Untuk bagian ini anda hanya perlu melampirkan semua dokumen yang berhubungan dengan penelitian kelas yang dilakukan. Seperti photo kegiatan penelitian, nama siswa yang menjadi sampel penelitian, dokumentasi kegiatan pada setiap siklus yang dilakukan, keterangan dari kepala sekolah ataupun dari pihak yang lain nya, beserta dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian atau hasil penelitian. 

Friday, July 26, 2019

Manfaat Berita Bagi Peserta Didik Di Sekolah

Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin istilah Berita tidak begitu asing kita dengar dan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi kebanyakan orang. Berita merupakan salah satu media informasi yang dapat digunakan untuk mengakses segala peristiwa yang sedang terjadi di seluruh belahan bumi ini, yang meliputi peristiwa kemanusiaan, informasi dan teknologi, politik, sosial budaya, peradaban dan lain sebagainya.. Dewasa ini, sajian berita sudah sangat mudah untuk di akses dengan tersedianya jaringan internet diseluruh daerah baik yang disediakan oleh Telkomsel, Satelido, Xl dan lain lain. Layanan internet ini memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mengakses peristiwa yang terjadi baik melalui handphone Android (mobile) ataupun Komputer (PC). Dengan timbulnya budaya membaca berita setiap hari baik melalui Sosmed ataupun hanya sekedar meng update informasi dapat membantu untuk menambah wawasan kita.


Manfaat Berita Bagi Pelajar
Manfaat Berita Bagi Pelajar di Sekolah

Dengan berkembangnya berbagai ragam dan kemudahan dalam mengakses berita, ternyata juga memberikan dampak positif bagi pelajar ataupun siswa di sekolah. Dimana penggunaan berita dalam sajian materi pembelajaran di dalam kelas dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peningkatan kemampuan pola pikir siswa, baik dalam meng analis tujuan dan pandangan penyaji berita ataupun dalam memahami konsep konsep kejadian tertentu. 
Disini secara singkat akan digambarkan manfaat berita bagi peserta didik, untuk lebih kelasnya. Adapun manfaat berita bagi peserta didik dapat dijabarkan sebagai berikut:

Manfaat berita untuk pelajar

1. Menambah wawasan bagi peserta didik dalam berbagai bidang
Manfaat berita yang paling untuk bagi peserta didik adalah sebagai saran untuk menambah wawasan pengetahuan pelajar dalam berbagai bidang, dan ini tergantung dari berita mana yang diikuti dan dipelajari. Jadi jelas sajian berbagai macam peristiwa yang dirangkum dalam suatu berita dapat menambah wawasan pola pikir peserta didik kearah yang lebih positif terutama dalam mencermati isi berita tersebut, 

2. Berita Dapat digunakan sebagai referensi dalam belajar
Berita dapat dijadikan salah satu referensi dalam mempelajari ataoun menganalisa suatu peristiwa, dengan syarat media penyedia berita yang diikuti harus terpercaya dan akuntable bukan media penyedia/penyaji berita yang tidak jelas statusnya. Jadi disini peserta didik dengan sendirinya akan mampu meng analisis mana media yang boleh dipercaya dan mana media yang tidak dapat dipercaya sama sekali.

3. berita Dapat digunakan sebagai saran untuk menambah pemahaman baru
Fungsi berita adalah menyajikan informasi kepada para pembaca. Jadi Salah satu manfaat berita yang sudah pasti dirasakan oleh peserta didik adalah untuk menambah kepahaman/informasii baru bagi mereka. Informasi ini sangat diperlukan bagi peserta didik, karena dengan bertambahnya pemahaman peserta didik, mereka dapat menggunakannya dalam mengeksplor diri mereka dalam memahami berbagai konsep ataupun permasalahan yang disajikan dalam proses pembelajaran. 

4. Memperbaharui pengetahuan pelajar
Manfaat lainnya dari berita adalah untuk memperbarui pengetahuan peserta didik. Karena dengan rajinnya mereka membaca sajian informasi dalam berita terutama berita berita tentang dunia pendidikan akan membantu pelajar untuk mengetahui hal-hal yang baru bagi pemahaman mereka.

5. Berita Digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembelajaran
Berita juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peserta didik untuk menganalisis suatu kejadian ataupun permasalahan tertentu. Membaca berita dapat memberikan gambaran gambaran tertentu bagi peserta didik, dimana gambaran tersebut ikut mempengaruhi pola pikir peserta didik dalam menyelesaikan ataupuan menganalisis materi pembelajaran yang disajikan. Boleh dikatakan jika berita biasa menjadi pertimbangan bagi peserta didik dalam menuntaskan permasalahan ataupun tugas di sekolah. 

6. Menambah perbendaharaan kata
Untuk poin yang satu ini jelas dan tidak biasa dibantah, jika berita sangat berpengaruh untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap perbendaharaan kata. Seperti penggunaan kata kata serapan, dimana kata kata tersebut begitu banyak digunakan dalam sajian berita, sehingga dengan tidak disadari berita juga ikut menjadi andil yang besar dalam meningkatkan pemahaman peserta didik dalam menguasai perbendaharaan kata terutama kali berkaitan dengan pemahaman dari makan kata serapan.

7. Mengklarifikasi berita palsu
Berita jua dapat dimanfaatkan untuk mengklarifikasi tingkat ke authentikan sebuah berita. Dengan kata lain apakah berita yang disajikan tersebut termasuk berita palsu ataupun berita berita benar. Tentunya ini dengan cara membaca berbagai referensi berita. 

8. Dapat digunakan sebagai bahan pembanding sebuah rumor
Dengan membaca berita maka bagi anda para pelajar dapat memanfaatkan berita tersebut sebagai pembanding sebuah rumor yang sedang terjadi baik di sekitar Anda ataupun di kalangan luas.

9. Digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan
Berita juga memiliki peranan yang penting bagi peserta didik dalam meningkatkan kewaspadaan mereka. Misalnya berita tentang mewabahnya penyakit, sehingga dengan adanya informasi tentang mewabahnya penyakit peserta didik akan ikut ambil sikap waspada terhadap hal hal yang dapat menyebabkan penyebaran/penularan penyakit tersebut. Contoh lain adalah dampak negatif dari narkoba bagi peserta didik, berita ini dapat merangsang peserta didik untuk waspada dan tidak akan terlibat dalam Narkoba karena mereka sudah memahami akibat yang fatal yang akan mereka derita jika menjadi penikmat narkoba. 

10. Update terhadap berita berita terkini
Berita dapat membuat pelajar menjadi pelajar yang update terhadap informasi dan kejadian terkini, sehingga peserta didik akan  mengetahui berbagai permasalahan serta informasi yang trending ataupun booming.

11. Mendapatkan informasi tentang tips dan trik terbaru
Berita juga dapat memberikan informasi mengenai triks atapun kiat kita tertentu bagi peserta didik terutama bagi mereka yang rajin membaca. Adapun jenis triks ataupun kiat ini berbeda. Salah satu tips dan trik yang dapat diperoleh adalah mengenai kesehatan seperti manfaat madu, manfaat daun sirsak,  Manfaat Air Putih, Manfaat lidah buaya, daun jambu biji dan manfaat-manfaat lain yang dapat diperoleh dari informasi yang di cari. Selain informasi kesehatan juga dapat memperoleh tips dan trik informasi mengenai kecantikan.

Thursday, July 25, 2019

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Window Shopping

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Window Shopping
Ketika menyebut kata Window Shopping kita akan langsung membayangkan sebagai aktivitas  jalan jalan di pasar atau di mall hanya sekedar melihat-lihat saja tanpa membeli apapun barang di mall tersebut. Sama hanya juga dengan Model kooperatif windows shopping ini, dimana peserta didik melakukan kegiatan berjalan jalan untuk mengamati hasil hasil pekerjaan kelompok lain di dalam kelas. Namun pada posisi jalan jalan ini bukan berarti peserta didik tidak mendapatkan apa apa akan tetapi mereka akan mendapatkan banyak sekali pengetahuan dari hasil kunjungan mereka ke tiap tiap kelompok yang ada. Jadi secara umum dapat di definisikan jika model pembelajaran kooperatif tipe windows shopping ini merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk berjalan jalan mengamati hasil pekerjaan dari kelompok lain yang disajikan di dinding kelas, kemudian peserta didik tersebut mencacat hasil pekerjaan kelompok tersebut sebagai hasil dari kunjungan mereka.   Kemudian saling saling mendiskusikan/berbagi dengan anggota kelompok mereka masing-masing. Dengan demikian setiap anggota yang berperan sebagai pengunjung juga akan berbelanja ilmu sebagai oleh-oleh bagi anggotanya yang sedang bertugas sebagai penjaga toko mereka dari kunjungan kelompok lain. 


Model Pembelajaran Kooperatif tipe Window Shopping
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Window Shopping

Model pembelajaran kooperatif tipe window shopping ini sangat baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran karena model pembelajaran Kooperatif tipe Windows Shopping dapat meningkatkan peran peserta didik lebih aktif dalam proses belajar. Model pembelajaran kooperatif model windows shopping ini memberikan pola pembelajaran secara berkelompok sehingga membentuk sikap kerja sama yang aktif antar sesama peserta didik, disamping juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi tutor sebaya yang berperan dalam menjelaskan hasil kerja kelompoknya kepada seluruh pengunjung yang mengamati hasil kerja mereka.  Lebih lanjut, Model pembelajaran kooperatif tipe windows shopping dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik ketika dihadapkan dalam menjawab setiap pertanyanaa dari peserta didik yang melakukan pengamatan hasil kerja mereka disamping juga membekali peserta didik dengan kemampuan dalam pemecahan masalah yang ada.

Sekilas jika kita amati, Model pembelajaran kooperatif tipe windows shopping mirip dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw namun window shooping ini lebih menekankan pada kerja kelompok dan pembagian tugas pada setiap kelompoknya. Dan hala ini akan berbeda dengan model kooperatif tipe jigsaw dimana peserta didik dituntut untuk menguasai materi yang telah di bagi-bagi dan diharapkan juga menjelaskan hasil pemahamannya. Mungkin jenis Kesamaan dengan Jigsaw adalah pada proses pemahaman baru dari kelompok lain dengan cara berjalan-jalan dan mengamati kelompok lain yang mengerjakan materi dan tugas yang sama. 
Untuk lebih jelasnya disini akan disajikan tahapan-tahapan pembelajaran model kooperatif tipe Windows shopping ini adalah sebagai berikut:
  1. Siswa dibuat menjadi beberapa kelompok
  2. Pendidik menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari.
  3. Guru membagikan tugas yang berbeda kepada tiap-tiap kelompok, jenis tugasnya adalah bersifat pemecahan masalah, dan sebaiknya tugas tersebut diberikan secara diundi oleh guru. 
  4. Memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran. 
  5. Secara berkelompok siswa mengerjakan soal yang telah diberikan guru. Hasil penyelesaian tugas ditulis pada selembar kertas manila atau sejenisnya. Dalam kegiatan ini guru memberikan bimbingan seperlunya.
  6. Hasil pekerjaan tugas tiap kelompok di pajang di dinding-dinding kelas, Dimana kegiatan inilah ciri khas dari windows shopping ini, kegiatan ini diumpamakan sebagai pembukaan toko di Mall 
  7. Setelah proses pajangan hasil tugas kelompok, setiap anggota kelompok akan diberikan tugas dan peran masing masing. Ada anggota kelompok yang bertugas menjaga toko dan ada juga anggota kelompok yang bertugas berjalan-jalan (visitor) untuk mengunjungi toko kelompok lain.
  8. Peserta didik yang bertugas sebagai penjaga toko diharapkan mampu memberi penjelasan kepada anggota kelompok lain yang membutuhkan penjelasan terkait hasil tugas kelompoknya. Untuk itu dianjurkan memilih penjaga yang mampu berkomunikasi dengan baik dan memahami hasil pekerjaan kelompok. Pada kegiatan inilah munculnya aktivitas tutor sebaya.
  9. Bagi anggota kelompok yang bertugas berkunjung pada kelompok lain di samping berhak mendapat penjelasan juga berhak memberi masukkan dan koreksi terhadap pekerjaan kelompok yang dikunjunginya dengan menuliskannya di lembar pekerjaan kelompok yang dikunjungi. Disamping  mereka(pengunjung)  juga mencatat pekerjaan kelompok yang dikunjunginya.
  10. Setelah waktu yang telah ditentukan selesai, masing-masing anggota yang berkeliling kembali ke kelompok mereka masing masing.
  11. Setelah kembali anggota kelompok bertukar informasi berdasarkan hasil kunjungan yang telah dilakukan.
  12. Selanjutnya guru berkeliling untuk mengecek hasil pekerjaan dan melihat hal-hal yang  perlu diperbaiki dan memberikan komentar terhadap hasil pekerjaan tiap-tiap kelompok.
  13. Guru melakukan konfirmasi berupa umpan balik dan koreksi terhadap pekerjaan tiap-tiap kelompok secara klasikal.
  14. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu dengan tipe kerumitan soal yang sama. 
  15. Pendidik menutup pembelajaran

Wednesday, July 24, 2019

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick

Apa itu Model Pembelajaran Talking Stick? 
Talking stick merupakan salah satu model belajar yang dilakukan secara bermain. Dan model pembelajaran ini pertama kali diperkenalkan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu pertemuan antar suku ataupun forum lainnya.


Model Pembelajaran Kooperatif Talking Stick
Model Pembelajaran Kooperatif Talking Stick

Proses Kegiatan belajar sambil bermain adalah satu cara yang sangat bagus untuk diterapkan dalam proses belajar, karena dengan adanya model belajar sambil bermain ini peserta didik akan senang dan proses belajar mengajar jadi menyenangkan alias tidak mendatangkan  ras jenuh bagi mereka saat mengikuti sajian materi pembelajaran tertentu. Keuntungan lainnya adalah, proses belajar sambil bermain ini dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif karea peserta didik menjadi terobsesi dengan jenis permainan yang disajikan sehingga menghilangkan rasa takut dan rasa kurang percaya diri.
Talking stick merupakan sebuah model pembelajaran yang dapat memberi manfaat untuk melatih dan merangsang keberanian peserta didik dalam menyampaikan pendapat atapun menjawab pertanyaan dari orang lain. Sedangkan penggunaan tongkat secara bergiliran sebagai media pembelajaran dapat merangsang keberanian dan kecepatan peserta didik dalam bertindak cepat dengan tepat, disamping juga pendidikan dapat mengukur tingkat kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yang disajikan.

Adapun Model pembelajaran talking stick yang di aplikasikan dalam proses pembelajaran merupakan model pembelajaran dimana pendidik/guru  akan memberikan tongkat tersebut kepada peserta didik baik secara berkelompok ataupun perorangan untuk menjawab setiap pertanyaan yang diberikan secara bergiliran sampai proses pembelajaran tersebut dianggap tuntas. 

Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick 
Adapun tahap pembelajaran Talking stik ini adalah sebagai berikut:
  1. Pendidik membentuk kelompok yang terdiri atas 4 orang. 
  2. Pendidik menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm. 
  3. Pendidik menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari.
  4. Memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran. 
  5. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana. 
  6. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, Pendidik mempersilakan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
  7. Pendidik mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu Pendidik memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari Pendidik.
  8. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan. 
  9. Pendidik memberikan kesimpulan.
  10. Pendidik melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu. 
  11. Pendidik menutup pembelajaran.
Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick 
Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap model pembelajaran pastinya memiliki kelebihan dan kelemahan nya masing-masing.

Adapun Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick adalah sebagai berikut:
  1. Menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran.
  2. Melatih peserta didik memahami materi dengan cepat.
  3. Memacu agar peserta didik untuk lebih giat belajar, karena peserta didik tidak pernah tahu tongkat akan sampai pada gilirannya.
  4. Peserta didik berani mengemukakan pendapat.

Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick, adalah sebagai berikut:  

  1. Membuat peserta didik senam jantung. 
  2. Peserta didik yang tidak siap tidak bisa menjawab.
  3.  Membuat peserta didik tegang. 
  4. Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru