Model Model Pembelajaran Tematik - Pondok Belajar

Wednesday, October 11, 2017

Model Model Pembelajaran Tematik

Model pembelajaran tematik merupakan model kegiatan pembelajaran dengan memadukan materi antar mata pelajaran (mengabungkan beberapa mata pelajaran dalam satu tema tertentu). Jenis Pelaksanaan kegiatan pembelajaran  dengan cara ini dapat dilakukan dalam dua cara. Yaitu Cara pertama, dengan menyajikan beberapa mata pelajaran dalam proses pembelajaran pada tiap pertemuan. Adapun cara yang kedua, yaitu dengan manyajikan satu mata pelajaran saja pada setiap kali pertemuan (pemisahan mata pelajaran). Untuk menciptakan keterkaitan antar mata pelajaran tersebut khususnya pada cara kedua ini keterpaduannya diikat dengan menentukan satu tema yang yang dapat menyatukan semua konsep keterkaitan antar mata pelajaran tersebut (pemersatu).  dalam menciftakan keterikatan ini, harus dipahami bahwa keterpaduannya ini tidak hanya mencakupi meteri ajar saja akan tetapi juga mencakupi penggunaan media ajar seperti LCD, media computer dan berbagai media lainnya baik yang elektronik ataupun median sederhana. Dengan alasan di atas tersebut maka jenis pembelajaran tematik ini sering juga dinamakan sebagai pembelajaran terpadu (integrated learning).

Model Model Pembelajaran Tematik
Model Model Pembelajaran Tematik 

Satu hal yang harus dipahami jika cara yang digunakan oleh pendidik dalam megemaskan pengalaman belajar sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan proses belajar tersebut bagi peserta didik. Adapun Pengalaman belajar yang dirancang oleh pendidik ini yang menunjukan keterkaitan unsur-unsur konseptual antar mata pelajaran tersebut, dapat menjadikan pembelajaran lebih efektif bagi peserta didik. Hasil Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, dan kebulatan pandangan tentang kehidupan nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran tematik(terpadu) (William dalam Udin Sa’ud, 2006).

Forgaty (1991) mengemukakan bahwa cara memadukan konsep, keterampilan, topic dan unit tematisnya dalam pembelajaran tematik ini bisa diterapkan dengan mengunakan cara-cara atau model dalam merencanakan pembelajaran tematik. Adapun model tersebut adalah sebagai berikut:

1. Model Sequenced (Urutan/Rangkaian)
Adapun Model sequenced ini merupakan model pemaduan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel. Sebagai contoh adalah memadukan pada mata pelajaran IPA dan matematika tentang dalam meteri pengukuran pengukuran. Untuk meteri pembelajaran Pelajaran IPA mengunakan suhu(Kelvin, derajat, Fahrenheit, Reamur sebagai tema pelajaran tersebut. sedangkan untuk mata Pelajaran matematika mengunakan cara pengolahan data sebagai tema pembelajaran, yang meliputi cara penambahan, pengurangan,  pembagian, dan perkalian. Jadi keterikatan kedua materi tersebut saling barkaitan dalam hal perhitungan. Perkalian dan pengurangan yang meliputi pengkukuran hasil suhu yang disajikan dalam pembelajaran IPA.
Adapun yang menjadi Kelebihan dari model ini adalah dalam hal penyusunan urutan topic, dimanan pendidik memiliki kebebasan untuk menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh ketetapan yang sudah ditentukan dalam kurikulum. Sedangkan kelebihan modil ini dari sudut pandang peserta didik, pengurutan topic yang berhubungan dari disiplin yang berbeda (anatar disiplin ilmu) akan memudahkan peserta didik untuk memahami isi mata pelajaran. Mengenai Kelemahan dari model sequencedini  antara lain adalah diperlukan kerjasa yang erat antara guru-guru bidang studi yang terkait dalam hal pengurutan materi ajar, dengan tujuan untuk menciptakan kesesuaian antara konsep konsep materi ajar yang diajarkan. 

2. Model shared
Jenis Model pembelajaran model Shared ini merupakan mode pembelajaran berbentuk pemaduan pembelajaran yang diakibat adanya “overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Adapun continhya adalah seperti menggabungkan 2 mata pelajaran atau lebih dalam satu tema, seperti pemeblajaran mengenai konsep pelajaran Iman dalam pelajaran Akhidah Akhlaq akan dapat bertumpang tindih dengan konsep pembelajaran  Rukun iman dalam pendidikan Ilmu Fiqih dan lain sebagainya. Yang menjadi kelebihan dari konsep model pembelajaan ini adalah dalam hal mentransfer konsep konsep tersebut secara lebih terperinci sehingga peserta didik menjadi lebih mudah memhahami dan melakukan konsep sonsep tersebut. adapun Kelemahan dari model ini adalah diperlukan kerja ekstra dari para pendidik antar mata pelajaran yang terkait tersebut untuk mendiskusikan dan menyatukan konsep pemikiran dalam menyususun rencana model pembelajaran ini. 

3. Model Jaring Laba-laba (Web)
Sebenarnya model pembelajarn ini agak bertolak belakang dengan konsep pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan palaksanaan kegiatan pembelajaran. Jenis model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang mengintegrasikan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema ajar, dan fungsi dari tema tersebut adalah sebagai pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Permulaan dari model pendekatna ini dimulai dengan menentukan tema pembelajaran tertentu. Adapaun penentuan tema pembelajaran ini dapat ditetapkan dengan cara melakukan negoisasi dengan peserta didik, dan juga dapat dilakukan dengan cara diskusi anatar sesama pendidik. Jika penentuan tema tersebut sudah disepakati, kemudian dilanjutkan dengan mengembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya tersebut dengan bidang studi lainnya. Kemudian dari Dari sub-sub tema inilah aktifitas belajar dikembangkan dengan melibatkan peserta didik sebagai objek.  Sebagai contoh, tema yang sudah ditentukan bersama adalah “Keluarga”. Dari tema keluarga ini dikembangkan dan dipadukan menjadi sub-sub tema yang ada pada beberapa mata pelajaran tertentu, seperti pelajaran IPS dengan Standar Kompetensi adalah “mendeskripsikan lingkugan rumah”,  Peserta didik diajarkan untuk mendeskripsikan lingkungan rumahnya masing-masing.

(Baca Definisi dan Karekteristik Pembelajaran Tematik )
(Baca Landasan Pembelajaran Tematik )

Adapun Kelebihan dari pendekatan tematik ini dapat memotivasi peserta didik untuk melakukan penyeleksian tema sesuai dengan minat mereka. adapun Kekurangan dari model ini adalah kesulitan bagio pendidik dalam menentukan tema pembelajaran, para pendidik lebih suka menetukan tema pembelajaran yang lebih mudah mereka ajarkan (tema yang tidak begitu dalam) sebagi konsekwensinya tema tersebut menjadi kurang berkesan ataupun bermanfaat bagi peserta didik.

4. Model Threaded 
Model Threaded merupakan model pembelajaran yang mengembangkan pokok gagasan dengan berfokus pada meta curriculum (metakurikulum). Contohnya untuk melatih keterampilan berfikir peserta didk (problem solving) dari beberapa mata pelajaran maka ditentukanlah beberapa bagian materi yang merupakan bagian dari pokok matari yang menyajikan problem solving. Sebagai contoh Seperti materi komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah bacaan, hipotesis laboratorium dan lain sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini merupakan dasar yang saling berkaitan. Adapun jenis Keterampilan yang digunakan dalam model threaded disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia peserta didik.

5. Model Keterpaduan (Integrated)
Model integrated dapat di jabarkan senagai model Pembelajaran yang memadukan sejumlah tema/topik dari mata pelajaran yang berbeda tetap memepertahankan esensinya. Secara khusus model integrated ini adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi tertentu. Jensi Model ini merupakan model yang menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler, keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran tertentu. Dalam menentukan tema pembelajaran, pendidik diharuskan untuk melekukan penyeleksian terlebih dahulu terhadap konsep dari beberapa mata pelajaran yang ditentukan, untuk selanjutnya maka ditentukanlah satu tema tertentu yang dapat memayungi dari beberapa mata pelajaran tersebut dalam satu paket pembelajaran dari tema yang sudah ditentukan tersebut. Adapun yang menjadi kelebihan dari model integrated ini adalah peserta didik akan termotivasi dalam belajar dikarenakan adanya keterkaitan dan hubungan timbal balik antar berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran), disamping juga dapat memperluas wawasan mereka terhadap materi yang disam;paikan tersebut. adapun yang menjadi Kelemahan dari model ini adalah pendidik akan membutuhkan waktu yang lama untuk menentukan kesesuaian antar mata pelejaran tersebut, kerana kesulitan dalam mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang mata pelajaran lainnya baik dari segi keterikatan keterampilan, konsep dan sikap. 

6. Model Networked 
model pembelajaran yang mengendalikan kemungkinan pengubahan konsep, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dan situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda. Model Networked merupakan model pembelajaran yang melibatkan kerjasama antara peserta didik siswa dengan seorang ahli (expert) yang berposisi sebagai nara sumber dalam mencari data, keterangan, atau lainnya yang terkait dengan meteri pelajaran. Moel pembelajarn netwoworked ini memungkinkan peserta didik untuk mengendalikan kemungkinan adanya pengubahan konsep, bentuk pemecahan masalah, ataupun tututan kentrampilan baru sebagai hasil dari mengadakan studi lapangan. Adapun nara Sumber/sumber yang digunakan dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau ahli lainya yang sesui dengan tuntutan materi pembelajaran. Peserta didik dapat memperluas pola pikir belajarnya sendiri, dalam artian artinya peserta didik akan termotivasi belajar karena adanya rasa ingin tahunya yang besar pada diri mereka sendiri.Yang menjadi kelebihan dari model pembelajaran networked ini adalah peserta didik dapat memperluas cakrawala berpikirnya yang meliputi aspek pengetahuan tertentu disamping jiga dapat meningkatkan rasa ingin tahunya terhadap objek yang disajikan dalam materi pembelajaran. Salah satu Kelemahan dari model ini adalah adanya kesulitan pendidik dalam menyediakan nara sumber sebagai objek peserta didik dalam menggali konsep pengetahuan yang disebabkan oleh karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki oleh sekolah ataupun para ahli pada bidang tertentu yang ada di sekitar lingkungan sekolah. 

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah berkomentar