Teknik-Teknik Kreatif dalam Menulis Puisi - Pondok Belajar

Wednesday, March 15, 2017

Teknik-Teknik Kreatif dalam Menulis Puisi

Menurut Sutedjo dan Kasnadi (2008: 115) teknik-teknik kreatif menulis puisi berkaitan dengan keberanian, pemahaman puisi, igeneuitas (keluwesan), penguasaan style, dan kemampuan empati. Apapun teknik-teknik kreatif menulis puisi adalah sebagai berikut:
Teknik-teknik Kreatif dalam Menulis Puisi
Teknik-teknik Kreatif dalam Menulis Puisi 

a) Teknik Peta Pasang Kata
Teknik ini berpusat pada keberanian dalam memasang-masangkan kata secara bebas tetapi imajinatif. Di sinilah, memungkinkan munculnya kata-kata baru yang imajinatif pula. Hal ini, kemudian menjadi hal yang secara potensial dapat dikembangkan menjadi larik yang menarik, sebelum kemudian menjadi kelompok larik yang membangun bait yang menarik pula.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memanfaatkan teknik ini dapat dilakukan sebagai berikut.

(1) Memilih kata (diksi) sentral yang menggerakkan (inspiratif).
(2) Memasangkan kata inspiratif tersebut dengan kata lain secara acak dan bebas
(3) Mengembangkan pasangan kata tersebut menjadi larik yang menarik. .
(4) Mengklasifikasikan ke dalam satu pokok gagasan (subject matter)
(5) Menata utuh ke dalam keutuhan puisi.
(6) Menentukan judul yang menarik.
b) Teknik Melengkapi Puisi
Teknik ini secara sederhana menyarankan kepada penulis puisi pemula agar mampu mengisi bagian-bagian kosong (yang dikosongkan) dalam sebuah puisi. Teknik ini merupakan latihan mendasar mengawali puisi, mengisi isi puisi, dan mengakhiri puisi sehingga menjadi menarik.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai berikut.

(1) Menghilangkan sebait atau dua bait pertama, kemudian mengisinya dengan ungkapan berbeda tetapi masih memiliki makna yang sama.
(2) Menghilangkan bait-bait puisi, kemudian mengisinya dengan ungkapan berbeda tetapi maknanya sama.
(3) Menghilangkan bait terakhir, kemudian mengisinya dengan ungkapan berbeda tetapi maknanya sama.
(4) Mengedit ulang pengisian bait-bait rumpang tersebut untuk mengetahui kepaduan maknanya.

c) Teknik Reflektif (Empatif)
Teknik refl ektif ini dipengaruhi oleh kemampuan empati dan impresi seseorang. Empati adalah perasaan berlibat secara emosional terhadap sesuatu sedangkan impresi adalah proses “mengesani” (terkesan) terhadap sesuatu. Di samping membantu melepaskan problem psikologis, alternatif reflektif ini juga mencerminkan tinggi rendahnya intelektual humanisme seseorang terhadap kehidupan.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam memanfaatkan teknik reflektif ini adalah sebagai berikut.

(1) Memilih realita sosial yang paling impresif.
(2) Mengidentifikasi realita sosial yang paling impresif tersebut dengan memberikan fokus tema dan aspektualitasnya.
(3) Internalisasi.
(4) Mengekspresikan (merefleksikan) ke dalam puisi.
(5) Mengedit dan memberikan pengakhiran secara menarik dan tidak menyimpang dari impresi awal.

d) Teknik Panggil Pengalaman
Teknik panggil pengalaman ini hampir sama cara kerjanya dengan teknik reflektif. Namun, teknik reflektif lebih banyak digerakkan oleh faktor eksternal berupa fenomena sosial, sedangkan teknik panggil pengalaman ini dapat berupa pengalaman pribadi (privacy) di samping memang tidak mengabaikan fenomena sosial yang melingkupi. Dalam teknik ini difokuskan pada pengalaman pribadi, sehingga seseorang diharapkan mampu mencermati perjalanan pribadinya sebagai investasi kehidupan untuk diolah menjadi karya yang baik.
Langkah -langkah dalam teknik panggil pengalaman ini adalah sebagai berikut.

(1) Pilih pengalaman pribadi yang paling monumental.
(2) Identifikasi aspektualitas monumentalnya.
(3) Re-internalisasi.
(4) Ekspresikan ke dalam puis i
(5) Mengedit dan memberikan pengakhiran secara menarik.

e) Teknik Ubah Diary
Teknik ubah diary ini hakikatnya merupakan perpaduan dari teknik refleksi dan teknik panggil pengalaman, tetapi secara empirik memiliki perbedaan dalam langkah dan pengungkapannya. Dalam teknik ubah diary, bahan telah tersedia dalam buku harian. Teknik ubah diary dilandasi pemikiran bahwa banyak sastrawan mengawali buku harian sebagai muara ide penulisan.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai berikut.

(1) Pentingnya mendokumentasikan pengalaman (pribadi dan sosial) ke dalam buku harian.
(2) Seleksi ulang atas persoalan dalam buku harian.
(3) Menganalisis tema-tema buku diary.
(4) Mengubah catatan harian ke dalam puisi.
(5) Mengedit ulang bahasa puisi yang ditulis agar tidak terpengaruh bahasa narasi catatan harian.

f) Teknik Kekaguman
Teknik kekaguman pada dasarnya dilandasi oleh logika bahwa setiap orang memiliki kekaguman atas ketokohan seseorang, paling tidak setiap orang pastinya memiliki tokoh idola atau pernah mengidolakan orang lain. Pengidolaan (kekaguman) ini, tentunya juga melahirkan pembayangan ideal atas sosok tertentu yang dipandang “sempurna” untuk dijadikan panutan. Teknik ini mengedepankan kemampuan eksplorasi sisi-sisi (karakteristik) tertentu yang membangun kekaguman itu. Puisi yang terlahir dari kekaguman ini, biasanya puisi jenis ode dan hymneOde adalah puisi pemujaan atas kepahlawanan yang bersifat heroistik sedangkan hymne adalah puisi yang bersifat pemujaan biasa.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai berikut.

(1) Membangun imajinasi atas pengalaman hidup yang memfokuskan pada sosok tertentu yang melahirkan kekaguman.
(2) Menganalisis alasan filosofis kekaguman itu.
(3) Mengekspresikan poin-poin kekaguman itu ke dalam larik-larik.
(4) Mengorganisasikan larik-larik sehingga melahirkan puisi.

Langkah pertama, berkaitan dengan upaya untuk memanggil pengalaman hidup yang terdapat unsur kekaguman terhadap seorang tokoh di dalam perjalanan hidup seseorang, sehingga puisi jenis ini tercipta karena digerakkan oleh idola (kekaguman). Orang-orang yang biasanya menjadi tokoh yang diidolakan adalah orang tua, guru, dan tokoh-tokoh masyarakat. Lalu kekaguman itu berkembang, dalam kehidupan remaja kekaguman itu seringkali muncul karena faktor fisik dan kemampuan tertentu, misalnya: kagum pada artis tertentu yang memiliki kemampuan akting baik, atau karena ketampanan/kecantikannya.
Langkah kedua, berkaitan dengan hal-hal yang mampu menarik perhatian dari tokoh yang diidolakan, misalnya: sikap heroik, keteladanan, kesempurnaan fisik, kepribadian, kejeniusan, prestasi, peran sosial, kemampuan komunikasi, dan sebagainya. Sedangkan langkah ketiga, penulis tinggal menuangkan kekaguman tersebut ke dalam larik-larik puisi yang dibuat semenarik mungkin.
Langkah terakhir, yaitu menata larik-larik yang sudah dibuat ke dalam pokok pikiran tertentu. Dengan demikian, kemampuan akhir dalam teknik kekaguman ini yang harus dilakukan adalah kecerdasan penulis untuk mengategorikan larik-larik tersebut. Mempertimbangkan permainan bunyi dan kekuatan kata dalam menata larik merupakan hal penting yang tidak boleh diabaikan.

g) Teknik Foto Berita/Media
Teknik foto berita merupakan teknik yang didasarkan pada realita bahwa media massa begitu banyak menyuguhkan foto berita yang memiliki nilai human interest tinggi, misalnya menyedihkan, memilukan, menegangkan, dan sebagainya. Foto-foto berita tentang tragedi tsunami Aceh atau gempa Yogyakarta, tenggelamnya kapal Senopati, dan terbakarnya kapal Levina, merupakan foto-foto berita yang mampu memantik empati siapa saja.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai berikut.

(1) Menemukan foto media yang memiliki nilai humanisme tinggi.
(2) Mengidentifikasi ketersentuhan dan fokusnya.
(3) Mengekspresikan ke dalam larik-larik.
(4) Mengorganisasikan larik dengan berpijak pada totalitas foto media yang telah menggerakkan.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka yang terpenting yaitu kekuatan dalam membangun imaji (citraan). Meskipun foto media tidak memiliki daya gerak, daya bau, daya raba, dan daya dengar, tetapi dengan imaji penuh seakan mampu melakukannya dengan baik. Langkah pertama, mengamanatkan akan pentingnya menemukan foto media yang bernilai human interest tinggi. Foto-foto yang bersifat tragedi, prestasi, dan ironi akan sangat potensial untuk diekplorasi menjadi puisi. Langkah kedua, berkaitan dengan pentingnya membuat fokus dari foto media itu tentang sisi-sisi humanisme yang kuat.
Selanjutnya langkah ketiga, mengubah tragedi, prestasi, dan ironi ke dalam larik-larik puisi. Sisi-sisi yang menonjol dari foto media dapat dieksplorasi lewat kata. Foto media pada awalnya bersifat bisu, tetapi ketika disentuh dengan cara
yang lain, foto media dapat membicarakan berbagai macam makna. Kemampuan memberikan roh pada foto media, terbalut dengan empati kualitas tinggi, sehingga mampu melahirkan larik-larik puisi yang empatif. Setelah lahir larik-larik puisi yang potensial, langkah keempat yaitu menata larik-larik tersebut ke dalam puisi yang visualitatif atas foto media yang telah menginspirasi itu.

h) Teknik Epigonal
Teknik epigonal ini pada dasarnya adalah teknik pengekoran terhadap puisi-puisi yang telah ada sebelumnya. Oleh karena itu, teknik ini membutuhkan kemampuan membaca puisi secara intensif sehingga mampu memanggil inspirasi atas kemenarikan puisi tersebut.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai berikut.

(1) Membaca sebanyak mungkin puisi-puisi yang memiliki nilai karya sastra tinggi.
(2) Mengidentifikasi kemenarikan puisi.
(3) Mengategorikan kemenarikan puisi.
(4) Menyisihkan puisi-puisi yang inspirasional dan menarik berdasarkan temanya.
(5) Menirukankan pola ( frame) yang telah ditemukan.
(6) Mengedit secara cermat sehingga puisi yang ditulis menjadi relatif mempesona.

i) Teknik Aforisme
Teknik ini dilandasi pemikiran bahwa aforisme (kata-kata bijak) hakikatnya adalah sebuah puisi dan merupakan ungkapan fisilogis yang menggerakkan. Semakin banyak koleksi aforisme seseorang maka akan semakin inspirasional pula puisi yang dibuatnya.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai berikut.

(1) Identifikasi sebanyak mungkin aforisme para filsuf, pemimpin, nabi, dan ayat-ayat kehidupan.
(2) Mengategorikan ke dalam tema tertentu.
(3) Merangkai ke dalam kumpulan larik dengan berbagai perubahan seperlunya.
(4) Mengorganisasi menjadi keutuhan puisi yang kuat.

j) Teknik Out bond
Teknik ini dilakukan dengan cara langsung berhadapan dengan objek secara langsung. Pada prinsipnya teknik outbond mengajak seseorang yang ingin menulis puisi untuk terlibat langsung dengan objek. Oleh karena itu, pemaksimalan penulisan puisi menggunakan teknik ini menarik jika dilakukan di alam terbuka.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik outbond adalah sebagai berikut.

(1) Memilih tempat yang cocok dengan tema yang sudah dipilih.
(2) Memaksimalkan objek langsung sebagai sumber inspirasi dan ekspresi.
(3) Mengekspresikannya sesuai objek amatan.
(4) Menata larik-larik puisi dengan berbasis pada objek langsung.

k) Teknik Hipnosis (Relaksasi)
Teknik ini bermuara pada konsep (paradigma) sebagai berikut: (1) bahwa menulis beroperasi pada bawah sadar sementara proses hipnosis juga demikian, (2) dalam kategori menulis dikenal adanya teori ekspresionisme (wujud hati dan pikiran) dan katarsis (pelepasan beban jiwa), (3) hipnosis berkaitan dengan kondisi rileks dan menyenangkan yang potensial untuk membangkitkan (menciptakan) jangkar emosi, dan (4) bahwa relaksasi (sarana) hipnosis mampu mengoptimalkan imaji (citraan) seseorang.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam teknik hipnosis (relaksasi) ini adalah sebagai berikut.
(1) Memilih tempat yang cocok untuk menemukan ‘tempat kedamaian’.
(2) Melatih pikiran bawah sadar dengan pikiran terfokus.
(3) Menciptakan kondisi menerima (trans-reseptif).
(4) Optimalisasi potensi indera yang akan menguatkan citra dan imaji.
(5) Mengoptimalkan gerak mata.

2 comments:

  1. Maaf, apakah anda memiliki buku ini?

    ReplyDelete
    Replies
    1. gak ada gan, ini cuman ringkasan dari sebuah PTK yang saya tulis beberapa lalu. sumber aslinya saya kutip dari beberapa referensi.

      Delete

terimakasih telah berkomentar