Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Pembelajaran - Pondok Belajar

Tuesday, January 03, 2017

Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Pembelajaran

Model Pembelajaran Discovery Learning, Pengertian pemahaman, kelebihan dan kekurangannya 
Model Discovery Learning dapat didefinisikan sebagai sebuah proses pembelajaran yang terjadi dimana peserta didik tidak disajikan materi pembelajaran secara finalnya, namun peserta didik diharapkan mampu untuk mengorganisasikan sendiri dari materi pembelajaran tersebut. Ini didasarakan pada pendapat Bruner, “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Pendapat Bruner ini di dasarkan pada pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas.
Disamping itu, Model Discovery Learning dapat juga di artikan sebagai pendekatan pembelajaran untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery Learning akan terjadi setara bila peserta didik terlibat, terutama yang berkaitan dengan proses mentalnya dalam menemukan beberapa konsep dan prinsip tertentu. Discovery biasanya dapat berlangsung melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Adapun Proses dalam pendekatan tersebut dapat digolongkan dalam katagori cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

Pada dasarnya, Discovery Learning memiliki prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) learning. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua pendekatan pembelajaran tersebut, namun pada pendekatan Discovery Learning ini lebih menekankan pada penemuan konsep ataupun prinsip dimana sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya yang mendasar pada model Inquiry dengan Discovery Learning adalah pada proses penemuan (discovery) masalah yang disajikan kepada peserta didik berupa permasalahan yang di sajikan/direkayasa oleh guru, sedangkan pada pendekatan model inkuiri learning, permasalahannya bukan merupakan hasil rekayasa guru, akan tetapi siswa harus mampu menemukan semua permasalahan dalam semua temuannya dengan mengerahkan seluruh kemampuan siswa dalam menyelidiki temuan tersebut baik melalui proses pengamatan ataupun penelitian.

Di dalam kegiatan proses belajar mengajar, Bruner lebih menekankan pada partisipasi aktif dari setiap peserta didik, dan peserta didik mampu mengenal dengan baik tentang adanya perbedaan kemampuan antara mereka. Dalam melakukan proses pembelajaran melalui model Discovery Learning, dibutuhkan lingkungan pembelajaran yang mampu memfasilitasi peserta didik untuk dapat meransang rasa ingin tahu siswa terutama dalam melakukan tahapan eksplorasi. Lingkungan ini dalam disebut dengan Discovery Learning Environment. Dicovery Environment ini adalah suatu lingkungan dimana peserta didik melakukan proses eksplorasi untuk mendapatkan penemuan-penemuan baru yang belum dipahami atupun dikenali oleh peserta didik sebelumnya. Di sinilah dituntut seorang pendidik untuk mampu menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dan inovatif. Untuk dapat menciptakan proses lingkungan yang akti kreatif dan inovatif tersebut, pendidik harus mampu memfasilitasi proses belajar dengan memanipulasi bahan ajar tertentu sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Ini bertujuan untuk dapat  memfasilitasi kemampuan siswa dalam merangsang pola pikir siswa untuk dapat berpikir dengan tingkat perkembangannya.

Menurut Bruner proses perkembangan kognitif peserta didik berlangsung melalui tiga tahapan, dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, ketiga tahapan tersebut adalah: enactive, iconic, dan symbolic

Tahap enactive, adalah dimana seorang peserta didik dapat melakukan aktivitas-aktivitas tertentu sebagai upaya untuk memahami keadaan lingkungan sekitar, artinya, dalam proses pemahaman dunia sekitar seorang peserta didik menggunakan dasar pengetahuan motorik nya, sebagai contoh melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan lain sebagainya. 

Tahap iconic adalah dimana serang peserta didik dapat memahami objek-objek atau dunianya melalui penggunaan media gambar-gambar dan visualisasi verbal. Ini berarti, dalam proses pemahaman dunia sekitarnya, peserta didik dapat belajar melalui penggunaan bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). 

Tahap symbolic, adalah proses dimana seseorang peserta didik telah mampu memiliki/mengemukakan ide-ide tertentu atau gagasan-gagasan abstrak, dimana proses pengembangan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dalam penggunaan bahasa dan penggunaan logika. Di sinilah peran simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya sangat berpengaruh terhadap pengembangan pemahaman peserta didik dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar. 

Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran.
Berdasarkan dari berbagai fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan Discovery Learning mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri,  adapun kelebihan dan kelemahan dari penerapan nya adalah sebagai berikut: 

1) Kelebihan dari Penerapan Discovery Learning.
  • Dapat Membantu siswa dalam memperbaiki dan meningkatkan keterampilan (skill) dan proses kognitif. Usaha penemuan merupakan salah satu kunci dalam tahapan proses ini, seseorang itu sangat tergantung dengan bagaimana cara mereka belajar.
  • Adapun pemahaman tentang Pengetahuan yang diperoleh melalui penerapan model ini bersifat Personal, dan ampuh karena dapat menguatkan pengertian, daya ingat dan transfer.
  • Dapat Menimbulkan rasa senang pada diri peserta didik, karena pendekatan ini dapat merangsang timbulnya rasa menyelidiki pada diri peserta didik.
  • Model ini memungkinkan peserta didik untuk berkembang dengan cepat dan itu sangat tergantung dengan kecepatan diri siswa.
  • Dapat Menyebabkan siswa mengendalikan/mengarahkan proses kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan nalar/akal dan motivasinya sendiri.
  • Dapat Membantu siswa untuk memperkuat konsep pada dirinya, karena pendekatan ini peserta didik dapat memperoleh kepercayaan untuk melakukan kerja sama dengan peserta didik lainnya.
  • Pendekatan pembelajaran ini Berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator dalam memfasilitasi siswa untuk menemukan gagasan-gagasan tertentu. Bahkan di lain sisi, guru sendiripun dapat berperan sebagai peserta didik, dan juga sebagai peneliti pada situasi diskusi tertentu.
  • Dapat Membantu siswa untuk menghilangkan rasa skeptisme (keragu-raguan) karena mengarahkan pada kebenaran yang final atau pasti.
  • Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
  • Dapat Membantu dan dalam mengembangkan proses ingatan dan transfer kepada situasi dari sebuah proses belajar tertentu.
  • Dapat Mendorong peserta didik untuk berpikir dan bekerja atas dasar inisiatif mereka sendiri.
  • Dapat Mendorong peserta didik untuk dapat berpikir secara intuisi dan dapat merumuskan hipotesis mereka sendiri.
  • Dapat Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik dari kegiatan pembelajaran tertentu.
  • Pendekatan pembelajaran ini mampu menciptakan situasi belajar menjadi lebih terangsang.
  • Dapat Meningkatkan penghargaan pada siswa dalam menjalankan proses pembelajaran.
  • Memudahkan siswa untuk memanfaatkan berbagai jenis sumber bahan belajar baik internet atau pun lingkungan tertentu.
  • Dapat mengembangkan pola bakat dan kecakapan pada individu peserta didik.

2) Kelemahan Penerapan Discovery Learning.
  • Dapat Menimbulkan asumsi bahwa peserta didik harus memiliki kesiapan pikiran tersendiri sebelum mengikuti proses belajar mengajar. Bagi peserta didik yang memiliki daya lemah, mereka akan mengalami kesulitan abstrak berpikir, dan mengungkapkan hubungan antar konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi bagi mereka.
  • Pendekatan ini kurang efisien untuk diterapkan pada kelas yang memiliki jumlah peserta didik dalam jumlah banyak, karena akan mengalami kendala dengan waktu dalam membantu mereka untuk menemukan teori atau dalam pemecahan masalah lainnya yang timbul.
  • Pendekatan ini akan terbentuk dengan pemahaman guru yang telah terbiasa dengan cara-cara/gaya belajar yang lama.
  • Pengajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang sesuai.
  • Pada beberapa mata pelajaran tertentu, misalnya IPA sepertinya akan mengalami kendala karena kurangnya fasilitas sekolah yang dapat mengukur gagasan atau pun konsep tertentu yang dikemukakan oleh para siswa.
  • Pembelajaran ini akan membatasi pola pikir siswa terhadap materi tertentu karena topik dan batasan pembelajaran sudah dipilih dan ditentukan  terlebih dahulu oleh pendidik.

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah berkomentar