IMAN KEPADA QADA DAN QADAR ALLAH - Pondok Belajar

Thursday, October 27, 2016

IMAN KEPADA QADA DAN QADAR ALLAH

IMAN KEPADA QADA DAN QADAR ALLAH (UNTUK BAIK DAN UNTUNG JAHAT). Dalam menggarungi kehidupan ini, sebagai manusia kita sering mengalami berbagai macam persoalan kehidupan apalagi dijaman yang sekarang ini dimana keadaan sudah sangat jauh berbada dari masa dahulu baik dari segi persaingan dalam berkarir ataupun dalam berdikari sendiri untuk menompang kehidupan ini. Kita tahu, sebagian besar orang sangat sulit untuk menwujukan sesuatu yang dia harapkan terjadi sebagaimana yang mereka citakan. Akan tetapi, terkadang ada juga sebagian orang yang sama sekali tidak memiliki masalah dalam kehidupannya, dimana semua yang diinginkan/dicitakan dia peroleh dengan sangat mudah tanpa harus bersusah-susah. Itulah gambaran umum (sedikit) mengenai contoh dari berlakunya Qadar Allah kepada kita manusia baik yang mendapatkan qadar baik ataupun qadar buruknya dari Allah.

Iman Kepada Qadar Baik dan Buruk dalam Islam
Iman Kepada Qadar Allah
Sangat disayangkan, ada sebagian orang yang terkadang tergelincir ke lembah kufuran disebabkan oleh karena tidak bisa menerima ketetapan Allah yang sudah ditetapkan kepadanya, misalnya mereka akan dengan mudah mengatakan jika Allah tidak adil karena kegagalan yang mereka hadapi didalam hidup mereka. bahkan yang lebih tragis lagi ada yang melakukan bunuh diri dengan anggapan sebagai solusi dari sebuah persoalan yang dihadapi. Subhanallah, sunguh disayangkan jika orang yang bunuh diri itu akan dipandang sebagai orang islam yang mati dalam keadaan tidak beriman di hadapan Allah. 

(Baca Penjabaran Qanaah Dalam Konsep Islam)

Sebagai orang Islam yang beriman kepada-Nya, kita pasti akan percaya dan beriman kepada semua ketepan apapun yang telah ditetapkan Allah kepada kita baik untung baik ataupun untk buruk. Akan tetapi maksud kata menerima segala ketetapanNya disini, bukanlah menerima segala kegagalan kita dengan pasrah saja, tetapi kita diharapkan untuk terus memperbaiki dan berbenah diri atas segala kegagalan yang ada supaya kita bisa menerima sebuah kesuksesan yang kita idamkan. Seperti yang Allah tegaskan dalam Firmanya

Tidak akan aku ubah nasib suatu kaum, kecuali mereka merubahnya sendiri.

Adapun maksud dari kata ayat tersebut bisa kita pahami secara umum jika Allah menghendaki manusia untuk terus dan tetap berusaha semaksimal mungkin dalam mewujudkan segala sesuatu yang kita impikan. Jadi disini jelas sekali jika kita tidak boleh hanya pasrah saja untuk menerima semua kegagalan yang ada tanpa berusaha kembali untuk memperbaiki diri kita dengan merefleksikan segala kelemahan kelemahan yang ada pada diri kita. teruslah jalani kehidupan ini, karena hidup ini hanya sekali, dan yakini jika hidup itu adalah anugerah Allah yang paling besar buat kita. jangan pernah menyesali terhadap apapun kegagalan kita yang disebabkan oleh kita sendiri, sehingga menyebabkan kita terus terjebak kedalam kehidupan yang tidak pernah pasti. 

Sebenanya kita selaku manusia terlalu lemah ilmu yang kita miliki untuk mengetahui segala hilmah dari ketetapan Allah yang ada pada kita. kita harus menyakini jika apapun yang Allah tetapkan pada kita itu adalah yang terbaik yang tidak mampu kita pahami dengan ukuran ilmu yang kita miliki. Terkadang sebagian orang baru menyadari hikmah sesuatu hal yang buruk terjadi kepadanya adalah yang terbaik ketika dia mengamati kejaidian yang terjadi selanjutnya. Misalnya seeorang yang mau berangkat keluar negeri, jauh-jauh hari dia telah mempersiapkan segalanya untuk berangkat pas pada hari keberangkatan di harus gagal berangkat karena demam, pada saat itu dia merasa kesal dengan penyakitnya karena menyebabkan keberangkatan dia gagal, namun sesuatu hal buru terjadi dimana pesawat yang rencanya dia berangkat memgalami musibah. Pada saat itu baru dia pahami hikmah yang baik dari kekgagalan keberangkatan dia ke luar negeri. Itu hanya contoh kecil saja, pada hal banyak sekali hikmah-hikmah lain yang terkandung dalam setiap kegagalan kita dalam mengarungi kehidupan ini, cuman terkadang kita terlalu naif untuk mampu menemukan semua hikmah tersebut, kecuali hanya bagi mereka yang memiliki sikap tawadhuk dan qanaah, dan tetap mensyukuri apapun yang kita perolah/miliki sebagi bentuk syukur kita kepada sang Khaliq Allah ‘Azawajalla.

No comments:

Post a Comment

terimakasih telah berkomentar